Kamis, 02 Agustus 2012

We Need To Talk About PHP

PHP. Istilah ini tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Entah itu secara langsung maupun tidak langsung. PHP seperti sudah menjadi tren sendiri yang lahir di dunia maya. Seseorang yang disebut PHP ini tergantung dari siapa yang menilainya. Tapi secara garis besar PHP bisa diartikan secara umum. Yaitu dari singkatannya sendiri PHP (Pemberi Harapan Palsu). Siapa saja yang biasanya dipanggil PHP ? Harapan seperti apa yang biasanya dijanjikan oleh PHP ? Dan mungkin dampak apa yang dirasakan oleh orang yang diberi harapan palsu tersebut. 

PHP. Ini bukan saja terjadi dalam pasangan, kalau kita lihat lebih luasnya lagi PHP juga terjadi dalam pertemanan ataupun relasi lainnya. Contoh simpelnya seperti ini. Jika ada cowok dan cewek sudah dekat dan mungkin bisa dibilang sudah dalam ranah pedekate. Pasti secara langsung maupun tidak langsung diantara mereka berdua terucap janji ataupun ungkapan-ungkapan lain yang sekiranya menjadi sebuah lampu hijau bagi keduanya untuk menjalani sebuah hubungan yang lebih serius. Misalnya pacaran. Ketika dalam proses pedekate itu, akan ada sinyal ataupun kode yang membuat satu sama lain berharap ini akan menjadi sebuah hubungan yang menghidupkan. Mungkin jika dilihat dari pihak ceweknya, cowok itu sudah memberi sebuah janji kebahagiaan jika kelak mereka akan benar-benar jadian. Atau mungkin sebaliknya. Ya mungkin bilang akan setialah, akan perhatianlah, atau apalah. Yang biasanya kedua belah pihak akan mati-matian menunjukkan sikap terbaiknya didepan pasangannya supaya dinilai baik. Mungkin dari penampilannya, tutur katanya, sikapnya dan apapun itu yang mungkin bisa meyakinkan pasangannya.

Panggilan PHP tidak hanya disematkan bagi cewek atau cowok. Namun ini sudah menjadi rahasia umum kalau kesetaraan gender antara cowok dan cewek sudah menyamai batas. Cowok yang cenderung lebih sering dipanggil PHP karena mereka seperti menjanjikan lautan untuk diberikan kepada gebetannya ataupun pasangannya. Namun pada kenyataannya akan ada titik dimana mereka merasa kalau hal itu tidak mungkin dilakukan. Sehingga mereka akan memutuskan untuk menyudahi memberi sejuta harapan. Seperti semua kasus, segala sesuatu bisa dilihat dari berbagai sisi. Dari pihak cowok. Cowok yang biasanya sudah menjalani proses pedekate sampai pertengahan jalan akan memutuskan berhenti dan tidak memberikan harapan lagi kepada si cewek karena berbagai alasan. Dilihat dari sisi baiknya, mungkin memang cowok itu pada akhirnya menemukan titik dimana merasa kalau cewek ini ataupun hubungan mereka hanya akan menyakiti satu sama lain jika diteruskan. Sehingga si cowok memutuskan untuk berhenti meski sudah ditengah jalan. Ini kadang terdengar klise bagi cewek. Namun setiap hati punya rahasia. Begitu juga dengan cowok. Meskipun cowok terlihat cuek dan sama sekali nggak peduli namun jauh di pikirannya atupun di hatinya, mereka juga akan selalu bernego dengan dirinya sendiri atas apa yang akan diputuskan dan di jalaninya. Jadi setidaknya kita harus melihat dan sadar sisi ini dari pihak cowok. Karena tidak semua cowok bisa digeneralisasikan karena ini sudah menyandang dengan stereotipe yang mungkin sudah dipatenkan. Padahal tidak ada standar khusus bagaimana kita bisa menilai cowok. Mungkin karena faktor subjektivitas juga hal ini yang biasanya terlontarkan sebuah labeling bagi mereka yang sering dianggap menyakiti cewek. Setelah tadi bahas sisi baik mengapa cowok mengehentikan proses pedekatenya ditengah jalan, kini coba kita lihat dari sisi negatifnya. Seorang cowok yang dalam proses pedekate ternyata menebar benih dimana-mana, secara tidak langsung si cowok itu jatuhnya akan membandingkan antara cewek satu dan cewek lainnya yang dia dekati. Dan dari situ seorang cowok akan punya standar sendiri cewek mana yang pantas ia pilih. Sehingga cowok itu merasa kalau dirinya pantas untuk mendapatkan yang terbaik. Ini wajar karena tidak hanya cowok cewek juga begitu. Dengan membandingkan antara satu dengan yang lainnya itu, cowok itu akan memberi harapan dimana-mana, sehingga mereka terkesan tidak fokus dengan satu cewek. Ini juga wajar. Alibi yang telontar pastinya setiap orang ingin memilih yang terbaik bagi dirinya diantara banyak pilihan. Toh selama masih memilih harapan itu bisa diberikan kepada siapa saja tinggal mana nanti yang akhirnya dipilih. 

Nah, bukan hanya cowok saja yang dipanggil PHP. Kebanyakan cewek juga dipanggil PHP karena mereka sering memberikan harapan kepada siapa saja yang mendekatinya, alasannya sama ingin mendapatkan yang terbaik untuk dirinya. Ini sangat manusiawi. Seperti mau tapi tak mau, jatuhnya menjalani hanya setengah hati. Sana sini oke. Tapi setiap hati selalu punya alasan tersendiri mengapa mereka melakukan hal yang mereka jalani dan lakukan. Kita tidak bisa memaksakan kehendak orang yang kita ingini menjadi apa yang kita mau. Kadang yang kita ingini itu belum tentu terbaik untuk kita. 

Segala sesuatu itu memang harus butuh persiapan. Begitu juga dalam sebuah hubungan entah itu sudah resmi atau belum harus siap mental dengan konsekuensi yang mungkin saja terjadi ditengah perjalanan. Ada awal pasti ada akhir. Walaupun akhir itu belum tentu harus melewati hal yang indah terlebih dahulu. PHP itu kadang hanya sebuah sebutan. Sebutan PHP untuk seseorang itu didapat dari orang yang merasa dikecewakan oleh perlakuan orang yang dianggap memberi harapan-harapan bagi dirinya. Padahal mungkin jika dilihat dari sisi orang yang dicap PHP itu, dia merasa biasa saja, menjalani apa yang mereka yakini dan tidak lebih. Simpelnya seperti ini, jika ada seorang cewek yang mengatakan kalau cowok yang pernah dekat dengan dia itu PHP. Secara tidak langsung, cewek itu pernah merasa diberi harapan dan berani berekspektasi kedepan, tapi kenyataannya cowok itu tiba-tiba menjauh. Mungkin untuk melampiaskan kekecewaannya cewek itu akan menilai kalau cowok itu hanya memberi harapan palsu, tidak serius dan lain sebagianya. Jadi, PHP itu hanya sebuah labeling, dan tidak semua bisa disamaratakan. Namun akhir-akhir ini PHP menjadi trend tersendiri. Itu hak masing-masing dalam menilai. Tetap objektif dan menilai segala sesuatu dari berbagai sisi. Dengan mencoba memakai sepatu orang lain, kita akan lebih bisa melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain juga sehingga kita lebih bisa memposisikan diri supaya tidak asal memberi label kepada seseorang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)