Jumat, 31 Agustus 2012

hati-hati terjebak "false chemistry"

KOMPAS.com - Katakanlah satu bulan belakangan ini atau baru-baru ini, Anda sedang dekat dengan sesorang dan merasakan chemistry yang dashyat dengannya. Segalanya begitu sempurna, cocok dan setiap pertemuan, pembicaraan terasa menakjubkan. Hingga saat ini, Anda tidak pernah merasakan koneksi yang begitu intens sebelumnya dengan orang lain. Tapi tak berapa lama setelah itu tak terjadi apa-apa. Jangankan berlanjut, malah perasaan 'klik' itu tiba-tiba hilang. Lebih buruk lagi saat berpacaran chemistry-nya lenyap. Mungkin Anda tertipu oleh namanya false chemistry. Tak jarang orang sering menanggapi sebuah pertanda terlalu berlebihan. Itulah yang mendorong pada kekecewaan. Harapan Anda sudah terlalu tinggi terhadapnya. Nah, kenali tanda-tandanya sebelum Anda merasa tertipu. Sebab ada keadaan dan alasan tertentu yang membuat Anda merasa memiliki chemistry atau ketertarikan yang sama, tapi ternyata salah. 

1. Anda berdua saling mengagumi 
Hal yang sering terjadi adalah mereka begitu terfokus dalam mencari, menemukan hingga mendapatkan seseorang pacar. Kalau pun pada akhirnya mereka menemukan seseorang, mereka cenderung memaksa prosesnya dengan terburu-buru. Ingin segera mencocokkan segala hal dengannya. Setiap saat hanya fokus pada hal-hal yang dia suka dan kalian sukai bersama. Tanpa sadar tidak menunjukkan diri Anda sepenuhnya. Jika Anda menginginkan hubungan berlangsung, menghilangkan kepalsuan itu penting, kata Mira Kirshenbaum, penulis Is He Mr. Right? Everything You Need to Know Before You Commit. 
"Tidak menjadi diri sendiri adalah kesalahan yang sering orang perbuat saat tahap pendekatan," kata Kirshenbaum. "Mereka takut jika terlalu terbuka orang yang ditaksir tidak akan tertarik." Maka, chemistry begitu terasa kuat awal-awal lalu memudar seiring waktu berjalan. 

2. Dia berbeda dengan mantan sebelumnya 
Baiklah kita sepakat bahwa asmara lama Anda telah tutup buku, benar-benar padam. Nah, sekarang sedang bersama pria yang Anda sangat sukai. Bedanya, kali ini dia adalah tipe orang yang berbeda dengan mantan terdahulu. Kalau dulu sang mantan adalah orang yang berpikiran sempit, sementara orang baru ini sangat menyenangkan dan mempunyai pemikiran yang terbuka. Kalau mantan dulu sangat cuek dan kurang perhatian, kali ini si dia menjadikan Anda prioritas. Kedengarannya bagus, bukan? Salah, kata Kirshenbaum. "Ketika skenario ini terjadi, Anda terjebak pada false chemistry. Pada dasarnya Anda begitu terbuai dalam menemukan kualitas yang kurang dan dambakan dalam hubungan masa lalu yang Anda salah artikan dengan chemistry. 
"Beri waktu enam bulan baik setelah putusnya hubungan dan sebelum mulai mencari yang lain," kata Dr Helen Fisher, Ph.D., antropolog dan penulis Why We Love: The Nature of Chemistry and Romantic Love. Maksudnya waktu untuk menikmati dengan diri sendiri, tanpa hubungan romantis atau mencoba dekat dengan seseorang hingga benar-benar siap mencari yang baru. Dengan begitu, Anda dapat memulai hubungan tanpa perasaan masa lalu. Jika saat ini, menemukan orang yang kebalikan dari sang mantan, tahan dulu rasa antuisme berlebih. 

3. Anda merasa ia sangat mengerti Anda 
Tentu saja, semua orang ingin disukai. Cepat atau lambat, Anda pasti pergi keluar dengan seseorang yang berpikir Anda adalah orang yang benar-benar menakjubkan. "Anda mungkin merasa hangat dengan semua perhatiannya," kata Kirshenbaum. "Satu-satunya masalah adalah bahwa orang lain menyukai Anda bukan merupakan indikasi bahwa Anda berbagi tingkat ketertarikan sama." Chemistry harus seimbang dari dua pihak. 

4. Dia melakukan segala hal yang mengesankan 
Dia mengirimi bunga, makan malam di restoran terbaik dan selalu menbukakan pintu. Dia memesona, menarik atau tampan dan yang paling penting tampaknya tertarik dengan setiap aspek kehidupan Anda. Anda yakin bahwa dialah yang terbaik. Berhati-hatilah jika si dia membuat Anda merasa seperti orang paling menarik yang pernah ada. Mungkin benar, tetapi juga dapat berarti bahwa dia seorang pro dalam membuat setiap perempuan merasa seperti ini. "Manusia adalah mahluk hidup yang paling hebat dalam urusan menipu, tapi sangat buruk dalam memilah penipuan (orang lain), "jelas Dr Fisher. "Ketika kita sedang jatuh cinta, daerah otak tertentu hanya menutup, menyebabkan Anda untuk mengabaikan kelemahan orang itu." Meskipun sulit, ketika merasa seolah-olah Anda mungkin hanyut, Anda perlu mengambil langkah mundur dan mengevaluasi." 

5. Kami memiliki banyak kesamaan
Anda berdua menyukai jenis musik yang sama, menyukai film, sama-sama bisa bermain gitar. Apakah ini adalah pasangan yang sempurna? Belum tentu. "Hanya karena memiliki minat yang sama, nilai, dan latar belakang tidak berarti Anda berbagi chemistry," kata Kirshenbaum. "Tentu saja, bagus untuk menemukan seseorang yang klop dengan Anda, tetapi hal ini tidak memprediksi hubungan jangka panjang." Kesamaan minat tidak selalu berarti buruk, tetapi hal tersebut tidak cukup untuk membangun hubungan serius hanya dengan alasan kesamaan. Jadi tanyakan pada diri: Jika kalian berdua tidak sama-sama menyukai musik rock, atau tidak bisa bermain gitar, tidak menonton film setiap hari Minggu, tidak membicarakan hal yang membuat kalian sama- sama tertarik misalnya politik, filosopi atau seni. 
Nah, akankah hubungan Anda seperti hari ini? Jika demikian, Anda mungkin menemukan belahan jiwa. Jika tidak, maka Anda hanya memiliki hubungan yang baik "di atas kertas". Pastikan Anda benar-benar menyukai orang ini bukan hanya fakta bahwa selera dan gaya hidup yang sama. Jika tidak, ini adalah persahabatan yang fantastis bukan percintaan seumur hidup.


Sumber  : kompas.com 

Kamis, 30 Agustus 2012

ABC sukses

MANUSIA cerdas tidak Cuma dari kecerdasan otak atau IQ saja. Peran kecerdasan emosional atau EQ pada kesuksesan bahkan melebihi porsi IQ. Seorang pakar EQ bernama Patricia Patton memberikan tips bagaimana kita menemukan dan memupuk harga diri, yang disebutnya alfabet keberhasilan pribadi. 

A : Accept. Menerima diri kita sebagaimana apa adanya. 

B : Believe. Kepercayaan terhadap kemampuan kita untuk meraih apa yang kita inginkan dalam hidup 

C : Care. Kepedulian pada kemampuan kita untuk meraih apa yang kita inginkan dalam hidup. 

D : Direct. Mengarahkan pikiran kita pada hal-hal positif yang meningkatkan kepercayaan diri. 

E : Earn. Menerima apa saja yang diberi orang lain dengan tetap berusaha menjadi yang terbaik. 

F : Face. Menghadapi masalah yang ada didepan kita dengan keyakinan sepenuh hati. 

G : Go. Berangkatlah dari kebenaran. 

H : Homework. Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk pengumpulan informasi. 

I : Ignore. Abaikan celaan dan omongan orang yang akan menghalangi jalan anda mancapi tujuan. 

J : Jealously. Kecemburuan dan rasa iri bisa membuat kita tidak menghargai kelebihan kita sendiri. 

K : Keep. Terus berusaha dan berusaha walaupun beberapa kali gagal. 

L : Learn. Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya. 

M : Mind. Pikirkan dengan fokus tentang apa yang terbaik bagi kita. 

N : Never. Jangan pernah melakukan kegiatan yang merugikan diri kita dan orang lain. 

O : Observe. Amati dan perhatikan segala hal di sekeliling kita. Perhatikan, dengarkan, dan belajar dari orang lain. 

P : Patience. Jadi kesabaran sebagai kekuatan tak ternilai yang membuat kita terus berusaha. 

Q : Qustion. Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar-benar menambah ilmu. 

R : Respect. Hargai diri sendiri dan juga orang lain. 

S : Self confidence, self esteem, self respect. Percaya diri, hargai diri, citra diri, penghormatan diri membebaskan kita dari saat-saat tegang. 

T : Take. Bertanggung jawab pada setiap tindakan kita. 

U : Understand. Pahami bahwa hidup itu naik turun, namun tak ada yang tepat mengalahkan kita. 

V : Value. Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah melakukan yang terbaik. 

W : Work. Berkerja dengan giat, dan berdoa. 

X : X’tra. Usaha lebih keras membawa keberhasilan. 

Y : You. Andan membuat sesuatu berbeda. 

Z : Zero. Usaha nol membawa hasil nol pula.


*** 

friends-with-benefits

“Friends are like melons; shall i tell you why ?To find one good you must one hundred try.”-Claude Mermet 

Kata banyak orang teman itu tempat berbagi suka dan duka, tempat berbagi cerita, tempat mencurahkan kasih dan banyak artian lagi. Karena saking banyaknya istilah itu, setiap orang sampai memiliki deskripsi masing-masing tentang arti teman. Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Oleh karena itu mengapa ada teman yang selalu berada disekeliling kita untuk menjadikan kita utuh sesuai dengan kodrat kita. Akan menjadi manusia yang egois jika kita merasa segalanya bisa sendiri dan tidak butuh apa itu yang namanya teman. Seberapa mandirinya orang itu tetap butuh sosok teman yang selalu ada disampingnya, entah itu sebagai artian untuk saling bertukar cerita, atau mungkin memang untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk sebuah komunikasi. 

Tapi bagaimanakah dengan fenomena “friends-with-benefits” ? semua orang pasti tahu arti gamblangnya, teman dengan keuntungan. Setiap manusia memang memiliki kebutuhan entah itu yang terlihat atau tidak terlihat. Secara sadar dan tidak sadar kita selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang menunjang kelangsungan hidup kita itu. Namun bagaimana jadinya jika teman dijadikan objek untuk pemenuhan kebutuhan ? 

Ini bisa dipandang dari dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif. Mengapa diciptakan teman untuk kita ? ya itu tadi, kita diciptakan sebagai mahkluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri dan selalu membutuhkan orang lain. Kebutuhan kita akan sebuah komunikasi yang menunjang kehidupan kita sehari-hari. Bayangkan bagaimana jika ternyata kita hanya diam dan tidak berkomunikasi sama sekali dengan orang lain ? itulah mengapa juga diciptakan sebuah bahasa untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan kita akan komunikasi. Dengan komunikasi kita bisa saling bertegur sapa, saling bercerita, saling menanyakan kabar, saling bertukar pikiran dan masih banyak lagi mengapa teman itu diciptakan untuk kita. Ah betapa sepi dan hampanya hidup ini jika kita hidup sebatang kara. Dan masih banyak sisi positif lain mengapa diciptakan teman untuk kita. 

“Friends-with-benefit” terkesan sebuah kosakata yang negatif. Ya seperti tadi selain bisa dilihat dari sisi positifnya, ada artian negatif tentang istilah itu. Yah gamblangnya memang begitu, berteman untuk mendapatkan sebuah keuntungan. Misalnya, kita berteman dengan orang yang kaya supaya kita bisa ikutan numpang “mulyo” atau mungkin biar bisa dapet gratisan terus. Kita berteman dengan orang pintar, mungkin dengan begitu kita bisa selalu dibantu mengerjangkan tugas. Atau mungkin keuntungan-keuntungan lain yang bisa didapat dari sebuah pertemanan. Tergantung dari konteks setiap orang mengartikan keuntungan apa yang bisa didapatkan dalam hubungan pertemanan itu.

Ada sebuah lelucon yang mengatakan “orang baik dan orang bego itu beda-beda tipis”. Yah memang kalau dipikiri-pikir memang begitu adanya. Contohnya, kita udah mau bersusah payah membantu teman kita mengerjakan tugas sekolahnya atau tugas kuliahnya. Ya karena kita menganggap kalau dia itu teman kita, tanpa keberatan pastinya kita akan berusaha sebiisa mungkin membantu mereka untuk mengerjakan tugas. Mungkin, yang dimintai tolong pada dasarnya adalah orang yang suka menolong tanpa pamrih dan tidak pernah menolak jika dimintai tolong, tapi bagaimanakah jika dipandang dari sisi yang minta tolong ? Memang benar jika teman itu harus “saling” membantu satu sama lain dalam keadaan bagaimanapun. “The Real Friends” adalah mereka yang selalu bersama dalam segala keadaan, bukan hanya ada disaat bahagia dnamun juga berada disaat teman dititik terbawah dalam hidupnya. Itulah mengapa kadang orang baik itu beda tipis dengan orang bego, karena karena saking baiknya mereka sampai tidak memandang siapa yang mereka bantu dan mereka yang meminta bnatuan. Mereka tidak pernah memandang dengan sebelah mata dan tidak terbesit pikiran negatif tentang mereka yang sudah disebutnya teman itu. 

Dalam pertemanan memang tidak selalu semulus yang diharapkan. Pasti akan selalu ada cobaan yang menguji seberapa kuat mereka bertahan dalam pertemanan tersebut. Bukan pertemanan namanya jika salah satu pihak diantara mereka sudah merasa sempurna tanpa adanya yang lain. Karena pertemanan itu saling melengkapi, saling mengingatkan, dan saling peduli satu sama lain. Ya tragis memang jika kenyataannya ada fenomena “friends-with-benefit”. Berteman dengan seseorang karena ada modus tertentu. Dan setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, lalu pergi begitu saja dan masa bodoh dnegan keadaan teman yang ditinggalkan. Betapa mirisnya keadaan ini ? Inilah kenapa kadang dalam pertemanan itu ada istilah “seleksi alam”. Karena siapa yang bertahan dalam sebuah pertemanan, dialah yang nantinya teruji untuk menjadi “real friend”. 

Namun itulah yang dinamakan kehidupan. Selalu ada yang datang dan pergi. Kita memang tidak punya kuasa dan daya untuk selalu mempertahankan apa yang sekarang ada pada kita. Memang kita mau tidak mau harus memiliki sikap yang bijak untuk menghadapi realitas yang ada. Lebih baik menjaga sebaik mungkin apa yang masih ada daripada mencari yang sudah hilang. 

Jika ternyata kita merasa dalam hubungan pertemanan kita ada istilah “friends-with-benefits”, yasudahlah. Mungkin memang begitu cerita yang harus kita lalui. Manusia memang selalu dihadiahi cerita yang unik dan beda dari yang lainnya, supaya nantinya dalam perjalanan hidupnya ada sebuah kisah yang tidak akan lekang oleh waktu. Mengikhlaskannya itu menjadi sikap yang bijak dibandingkan harus menyumpahi mereka yang ternyata hanya mencari keuntungan dari pertemanan kita. Percayalah, dikubangan tinta sekalipun akan ada sebuah sinar permata yang mampu memberi cahaya pada barang yang tenggelam didalamnya. Leluconnya, “bersyukur saja, berati kita masih bermanfaat buat orang lain, buktinya masih ada orang yang mau memanfaatkan kita”. Buat apa membenci mereka yang sudah bersikap seperti itu kepada kita, toh apa kuasa kita akan itu ? Semua terjadi karena sebuah alasan. Tidak ada yang percuma dengan segala kejadian yang kita alami. Semua itu akan menjadi nilai plus buat kita kalau kita tetap sabar dan ikhlas untuk mengahadapinya. Percaya saja, kalau semua itu sudah disetting seapik mungkin untuk kita, dan itu yang memang terbaik untuk kita. Akan selalu ada pelangi diakhir badai. 

“Friendship is unnecessary, like philosophy, like art. It has no survival value; rather it is one of those things that give value to survival.”- C.S Lewis 

“Some people come into our lives and quickly go. Some stay for awhile and leave footprints on our hearts. And we are never, ever the same”- Anonymous 


“A real friend is one who walks in when the rest of the world walks out.”- Walter Winchell


women between culture and choices

Wanita identik dengan istilah feminis. Dimana istilah feminis itu didapat karena wanita menjadi sosok yang familiar dengan kelembutan, perasaan, melow, dan mungkin banyak kata-kata lagi jika orang ingin mengidentifikasikan satu kata tentang wanita atau mungkin banyak kata-kata yang akan terlontar jika mendengar tentang wanita. 

Wanita istimewa dengan cara dan pembawaannya masing-masing. Memiliki karakter yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Namun dengan karakternya itu menjadikan wanita memiliki sebuah value yang bisa dibanggakan dari dirinya sendiri. Dengan value itu juga wanita memiliki standar-standar khusus dalam memilih mana yang terbaik untuk dirinya. Setiap orang pastinya ingin yang terbaik untuk dirinya. Sampai ada sebuah kata bijak yang mengatakan kalau wanita cantik itu banyak namun wanita yang berkarakter itu yang jarang ditemukan. Namun bagaimanakah wania dihadapkan dengan sebuah keputusan ? 

Dalam menjalin sebuah hubungan, wanita kadang lebih berada dalam pihak minor dibandingkan dengan laki-laki yang lebih dominan berada dalam pihak mayor. Hal ini yang kadang menjadi indikator dalam pengambilan keputusan untuk kelangsungan sebuah hubungan. Seandainya ada seorang laki-laki dan wanita yang sudah menjalin hubungan cukup lama dan sama-sama serius untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius namun ada satu hal yang menjadi halangan untuk kelanjutan hubungan mereka sebut saja berbeda keyakinan. Bagaiamankah mereka harus bersikap ? 

Dalam kasus seperti ini biasanya memiliki dua alternatif jalan keluar yang bisa dipilih. Pertama, salah satu mengalah namun mau tidak mau harus mengorbankan keluarga besar jika ternyata keluarga besar tidak merestui. Kedua, dari awal mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan mereka. Karena mereka sama-sama menyadari kalau hal itu hanya akan menyakiti kedua belah pihak jika terus dilanjutkan. 

Nah, namun tidak sesimpel itu dalam pengambilan keputusan. Wanita lebih cenderung menggunakan perasaannya untuk memilih jalan keluar dalam penyelesaian masalahnya. Tetapi laki-laki lebih cenderung untuk menggunakan logikanya. Dan kebanyakan kasus seperti ini wanita menjadi pihak yang lemah dan mau tidak mau mengalah dan harus mengikuti pihak laki-laki. Hal ini bisa dilihat dari beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Selain karena perasaan, ada juga karakter wanita yang lebih cenderung mengiyakan permintaan laki-laki karena sudah menjadi sebuah kebiasaan dalam masyarakat kita kalau wanita itu mengikuti jalannya laki-laki. 

Pernah dengar lagu ini, “ wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan perhiasan sangkar madu” ? penggalan lagu ini mungkin bisa mnggambarkan keadaan wanita pada masa dulu waktu jaman R.A Kartini. Dengan keadaan itu pula yang mendorong R.A Kartini untuk memperjuangkan nasib para wanita di Indonesia. Membebaskan dari keterbatasan suara, ide, dan diri dari sebuah istilah yang mungkin sampai saat ini masih familiar terdengar di telinga kita. Pingit. Seperti memberi ruang terbatas untuk wanita di Indonesia untuk mengapresiasikan pilihannya masing-masing. Tapi sekarang istilah “pingit” itu sudahkan bergeser ? 
Budaya ketimuran yang masih sangat kental dan dipertahankan oleh masyarakat Indonesia menjadikan kita cenderung terikat dengan budaya patriatik. Dimana laki-laki masih menjadi pokok dalam pengambilan keputusan. Tidak hanya itu juga, kebudayaan kita yang sepertinya membatasi wanita untuk lebih menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Dengan kebudayaan itu menjadikan wanita Indonesia masih terkolong oleh sebuah kebiasaan di masa lalu. Yang menindikasikan kalau wanita itu tidak bisa berdiri tanpa adanya lelaki di sebelahnya. 

Namun dengan berkembangkan budaya moderenisasi menjadikan wanita lebih bisa mensejajari langkah laki-laki. Namun, apakah benar jika jaman sekarang wanita sudah memiliki kekuatan untuk bilang “ini atau itu” ? 

Seperti dalam contoh kasus tadi memberi sebuah gambaran bagaimana keadaan wanita Indonesia saat ini. Kadang wanita lebih bisa mengalahkan logikanya untuk menuruti perasannya. Namun ketika sudah berbicara soal keyakinan, tergantung dari seberapa individu itu meyakini apa yang mereka yakini selama ini. Pemikiran kolot yang masih memandang kalau wanita itu kelak akan menjadi wanita yang selalu berada dirumah dan harus berkerja dibalik layar seperti menjahit, memasak, menjaga anak, dan hal-hal lain yang berbau rumah. Memang masih ada orang-orang yang mungkin mempertahankan pemikiran itu. Beriringnya pemikiran dewasa pada jaman globalisasi ini, pemikiran kolot seperti itu semakin ditinggalkan oleh orang-orang modern. Seperti yang kita lihat saat ini, banyak wanita yang bisa menuntut kariernya setinggi mungkin dan bebas menjadi apa yang dia mau. Tidak lagi terbatas dengan pemikiran sempit yang masih selalu memandang wanita itu selalu berada dibelakangnya laki-laki. 
Ada pendapat yang mengatakan, semakin tinggi posisi laki-laki dalam kariernya bisa dikatakan dia lebih mudah memilih pasangan hidupnya. Tetapi bagi kaum wanita, semakin tinggi posisi kariernya akan semakin sulit menemukan lelaki yang bisa berada diatasnya atau setidaknya mensejajari posisinya. Ya memang tidak bisa juga memungkiri sebuah fakta yang seperti itu dalam kehidupan dewasa ini. Setiap orang seperti meninggikan standarnya ketika mereka sadar kalau mereka berada dalam sebuah level dimana mereka harus didapatkan atau mendapatkan yang juga selevel dengan posisi dan keadaan mereka. 

Jika dipandang dari sudut pandang lain, tidak mesti posisi itu yang menentukan. Tapi seberapa bisa orang itu diajak susah untuk kehidupan selanjutnya. Karena pastinya setiap wanita mau kalau diajak bahagia, namun bagaimana jika diajak untuk hidup susah ? 

“Ladies first” sering diartikan wanita yang diutamakan. Tapi apakah benar demikian artinya ? kadang wanita dianggap sebaggai makhluk yang lemah dan tidak bisa berdiri sendiri tanpa topangan dari sosok laki-laki. Memang benar adanya kalau manusia itu diciptakan untuk berpasang-pasangan, namun bukan berarti wanita tidak bisa menjadi mandiri. Kenyataannya sekarang banyak wanita yang sudah bisa berdiri sendiri dengan suara, kedudukan dan posisinya mereka miliki. Bahkan sekarang dalam kehidupan sehari-hari wanita sudah memiliki peran yang tidak dianggap remeh lagi. Sehingga setiap wanita yang ingin memutuskan untuk menjalin hubungan atau melangkah ke jenjang yang lebih serius memiliki pertimbangan-pertimbangan yang memang harus dikompromikan dengan laki-laki sebelum memutuskan sebuah keputusan besar dalam kehidupan mereka. Karena melangkah ke hubungan yang lebih serius bukan sekedar sebuah komitmen namun harus banyak hal lagi yang diselaraskan. Tidak mudah memang menyatukan dua kepala menjadi satu pemikiran yang nantinya akan dilalui bersama. Oleh karena itu saling menghargai dan tahu bagaimanna cara memperlakukan satu sama lain itu menjadi sebuah modal yang tidak bisa disepelekan lagi, dan ini bukan sekedar main-main semata. 

Sabtu, 25 Agustus 2012

" OJO CILIK ATI "

Setiap orang istimewa dengan caranya masing-masing. Semua sudah ditakar sesuai dengan porsi dan kodratnya sebagai pribadi yang utuh. Walau kadang dipandang sebelah mata, namun Tuhan tidak pernah menciptakan kita tanpa maksud dan tujuan. Meski kadang kita merasa rendah diri dengan keadaan kita, namun itu porsi yang terindah yang sudah di tentukan Tuhan untuk kita. 

Kita diset sedemikian rupa untuk menemukan jati diri kita masing-masing. Menguasai diri kita pribadi. Tahu akan apa yang kita cari dan ingin kita raih. Golongan atau kasta itu hanya pengelompokan orang-orang yang sedemikian ekstrem menjunjung tingginya perbedaan untuk menjadi pembatas antara yang satu dengan yang lainnya. Semacam dibuat sebuah cluster untuk mendefinisikan mana yang memang terpandang dan mana yang hanya rakyat awam biasa. Namun bukan itu standar yang memang dibuat untuk membuat kita terpisah dalam standar pembatasan yang tidak jelas. 

Semua manusia sama. Namun yang tidak boleh dilupakan, kita sebagai mahkluk yang dikaruniai akal, pikiran dan perasaan harus mampu dan mau mengenali dirinya sendiri untuk menemukan esensi diri yang terdapat dalam diri kita. Setidaknya bisa menjadi sebuah cermin yang digunakan untuk mengetahui dimana kita berada dan apa yang sejatinya yang memang harus kita lakukan. 

Sadar dimana posisi kita. Membuat kita lebih menyadari dimana kita berada dan bukan berarti kita harus memanjakan keterbatasan yang kita miliki. Setiap orang memiliki daya dan upaya untuk melawan keterbatasan yang mereka miliki. Bukan berarti untuk melawan kehendak Tuhan, namun ini menjadi sebuah upaya manusia untuk memanfaatkan dan memaksimalkan anugrah yang sudah manusia dapat dari Tuhan. 

“Ojo cilik ati” sebuah wejangan orangtua Jawa yang menjadi nasihat bagi anak-anak mereka. Kita memang harus tahu diri siapa kita, tidak harus muluk-muluk untuk mensejajarkan level dengan mereka yang nyatanya memang selalu memandang remeh kaum awam, namun setidaknya kita masih selalu punya kekuatan untuk berusaha. Because there is a will, there is a way. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Semua ketidakmungkinan itu akan lenyap jika kita percaya kalau semua itu akan indah pada waktunya. 

Klise memang kalau harus mendengungkan berkali-kali tentang kata-kata “semua akan indah pada waktunya”. Namun ini setidaknya menjadi sebuah sugesti bagi diri kita sendiri, kalau apa yang kita yakini masih ada kemungkinan untuk terealisasi. Karena siapa yang tidak percaya, dia bahkan seperti penjelajah yang tidak tahu arah. Semua sudah terskenario dengan apiknya untu kita. Haruskan kita mendahului apa yang memang sudah tertulis untu kita ? 

“Tak terbatas kuasaMu Tuhan semua dapat Kau lakukan. Apa yang kelihatan mustahil bagiku itu sangat mungkin bagiMu.” 

Ada banyak hal yang kadang membuat kita takut dan ragu ? Kita sering termakan oleh realitas saat ini dan bayangan akan masa yang akan datang. Hari ini cukupkanlah untuk hari ini saja. Tuhan masih menyiapkan banyak hari untuk kita sampai pada janji kehidupan itu menjemput kita. Banyak orang yang takut mati dengan alasan banyak hal yang belum saya lakukan, saya belum mencapai cita-cita saya, saya belum membahagiakan orangtua saya dan banyak hal lainnya yang selalu membuat orang takut akan kematian. Toh hidup ini siapa yang punya ? 

Ibaratnya ketika kita memiliki barang. Barang itu menjadi barang kesayangan kita. Bahkan orangpun sampai tidak boleh menyentuh barang milik kita itu. Karena kita terlalu mencintai apa yang kita punyai. Dan pada akhirnya kita yang berhak penuh akan barang kesayangan kita itu. Akan membuangnya ? akan menjualnya ? akan mengabaikannya ? atau bahkan akan memeberikannya pada orang lain ? Itu semua kita yang menentukan. Sama seperti Tuhan yang utuh memiliki kuasa atas kita. Kita hanya sebagai pemain dan menjadi sosok yang memang Tuhan sudah mengenal kita sejak kita belum ditempatkan di rahim ibu kita. 

Namun kita sebagai manusia kadang bertindak seperti kita yang tahu akan jalan kehidupan kita. Menjadi sok tahu akan apa yang akan terjadi dalam hidup kita. Tuhan itu Maha Kasih. Seberapa jauh kita meninggalkanNya, ia tetap akan mencari kita. Walaupun seperti kita ketahui tanpa kitapun, Tuhan masih memiliki kuasa akan kehidupan kita. Dia bisa mempergunakan kuasanya untuk menjerat kita kembali. Namun itu menjadi bukti betapa sayangnya Tuhan pada kita. Dia menunggu kita sampai kita kembali kepada asal kita. Dimana kita bermula disitu juga nantinya kita akan berakhir. 

Apa sih yang sebenarnya manusia ingin cari ? Kemewahan ? Kekuasaan ? Populer ? Darimana semua itu ? Orang selalu membanggakan dirinya sendiri dengan apa yang dia dapat. Dia merasa kalau apa yang dia peroleh itu karena hasil kerja kerasnya, namun kadang kita lupa darimana sebenarnya sumber dari segala sumber tentang apa yang kita peroleh itu. Kita terlampau sibuk mempertahankan apa yang kita miliki, kita lupa kalau semua itu hanyalah sementara. Itu semua hanya titipan. Dan sebenarnya untuk apa semua itu ? apa hanya untuk kita pertahankan ketika kita sudah mendapatkannya ? Tidak. Ada hal yang lebih penting dari semua itu. Berbagi dengan KASIH. Kasih mengajarkan banyak hal dalam hidup ini. Kesederhanaan, ketulusan, kesetiaan, kemurah hatian dan pengampunan. 

Faktanya sekarang orang banyak yang saling berlomba dengan ego yang mereka miliki. Saling mengunggulkan siapa dirinya dengan segala kepunyaannya. Hingga pada akhirnya nanti saling bermusuhan, saling menjatuhkan dan saling mendendam. Dan saat orang saling bermusuhan mereka dengan sejuta cara mencari alasan untuk tampil lebih baik dari musuh mereka. Mereka saling menjelekkan dengan mengumpat kejelekan mereka masing-masing di hadapan publik. Bahkan lupakah kita akan apa yang tertulis ? “Kasihanilah musuhmu dan berdoalah untuk mereka yang menghinamu”. Ooooh pasti ini terdengar sangat konyol sekali, bagaimana mungkin kita dengan mudahnya bisa mendoakan musuh kita ? ini kedengaran seperti sebuah lelucon. Namun ini yang memang menjadi tantangan dan ujian untuk kita. Kadang bertatap muka dengan musuh kita saja itu sudah menjadi hal yang paling menyebalkan, bagaimana bisa harus mendoakan mereka ? 

Kita kembali lagi ke pokok bahasan kita. “Ojo cilik ati”. Kadang dengan ego yang kita miliki kita tidak mau menyadari kekurangan dan kejelekan kita sendiri. Kejelekan yang kita lontarkan tentang orang lain itu sebenarnya cermin dari sikap kita sendiri. Apa upah kita jika hanya mengasihi mereka yang memang sudah mengasihi kita ? Ini ibaratnya hanya sebuah permainan. Bagai seorang petualang, ia suka tantangan. Dan kita adalah petualang ulung dalam kehidupan ini, itu yang menjadi tantangan bagi kita. Mengampuni mereka yang memusuhi kita dan mendoakan mereka yang menjelekkan kita. Susah, namun ini akan menjadi sebuah mutiara hati ketika kita memiliki kemurahan hati akan sebuah pengampunan. 

Tetap menjadi pribadi yang tangguh. Bahkan sperti batu karang yang tidak akan rapuh begitu saja ketika harus diterjang ombak berkali-kali. “ojo cilik ati” membuat kita tahu bagaimana kita harus bersikap. Memiliki kebesaran hati dan lautan kemurahan hati yang tak terbatas bagi siapapun. Entah itu yang memberikan feedback atau mereka yang mengabaikan kita. “Ojo cilik ati”. Memberi sebuah ruang untuk membuat kita melebarkan langkah dalam melawan keterbatasan yang selalu membelenggu kita. “Ojo cilik ati” membuat kita lebih bijak menyikapi realitas yang nyata dihadapan kita. 

Kamis, 23 Agustus 2012

LET IT BE !

Kadang tidak semua tanya itu harus terjawabkan. Tidak semua jalan itu harus ditemukan. Tidak semua teka-teki itu harus terpecahkan. Dan kadang mengabadikan ketidaktahuan itu yang lebih memberikan sebuah ruang untuk lebih mengerti. Setiap orang belajar untuk mengetahui apa yang tidak mereka ketahui. Namun banyak juga yang mampu mengabaikan sesuatu yang hanya akan membawa keterpurukan bagi diri mereka sendiri. Itulah mengapa semua itu dinamakan dengan sebuah kesaksian misteri. 

Terjun dalam kehidupan seseorang itu harus siap dengan segala konsekuensinya. Tahu. Paham. Mengerti dan merasakan. Hingga seakan sebagian jiwa kita sudah menyatu dengan apa yang dibiasakan dalam kehidupan seseorang itu. Cara dia bertutur. Cara dia bersikap. Dan mampu menyatu dengan pemikiran yang terlontar darinya. Menyenangkan pastinya. Berbagi dengan sudut pandang yang berbeda. Melihat duniapun dengan cara yang berbeda. 

Obrolan ringan sampai tidak jelas itu masih sangat terngiang jelas pastinya bagi mereka yang selalu hadir dalam setiap momen yang mereka ciptakan. Mungkin inilah mengapa yang membuat orang selalu lupa caranya untuk berdamai dengan masa lalu. Karena mereka terlalu “hadir” dalam setiap momen yang tercipta diantara mereka. 

Tidak semua kerumitan itu harus terdefinisikan. Kadang ini akan menjadi lebih indah dengan segala tanya yang membatasi setiap sudutnya. Tak terjawabkan. Mungkin dengan seiringnya waktu. Setiap orang akan menemukan cara mengubur setiap tanya yang menguap begitu saja. Berproses untuk sebuah kematangan berpikir, hingga entah apa itu menjadikan waktu sebagai sebuah arena untuk membuka sebuah ruang yang lama telah tertutup. Mengapa harus dihadirkan sebuah cerita jika itu hanya akan menjadi sebuah luka ? Ketika semua tak lagi sama. Itu hanya akan menjadi sebuah bisikan kegelisahan yang lama telah ingin dilupakan. 

Kepergian itu menjadi sebuah harga mati. Namun bagaimana bisa kehilangan tanpa pernah bisa memiliki ? Apakah ada sebuah definisi khusus untuk satu pertanyaan ini. Tuhan yang Maha membolak balikkan hati umatNya. Dia selalu ada cara untuk membuat semuanya mengerti apa yang nantinya akan kita dapati. 

Tidak semua keinginan ini terpenuhi. Karena apa yang kita ingini kadang belum tentu yang tebaik untuk kita. Ingin melanjutkan sebuah kecompang campingan cerita itu harus ada nyali khusus untuk menerima resikonya. Sebagaiaman kita tahu, kadang ekspektasi itulah yang bisa membunuh. Harus terbuka dengan fakta yang nantinya akan terjadi di hadapan kita. Mampu menginterpretasikan dengan gamblang apa yang menjadi sebuah kesesakan dalam diri kita. Jujur pada diri sendiri itu memang sangatlah sulit jika harus dibandingkan jujur pada orang lain. Sampai mana dan sampai kapan kita mampu membohongi diri kita yang selama ini selalu bersama-sama dengan kita ? 

Adakah tempat untuk membebaskan sebuah keresahan ? Hanya satu. Dihadapan Dia serasa kita tidak memiliki ruang terbatas untuk lebih jujur dengan semua kata yang selalu tertahan dalam benak kita. Dialah jawaban yang mampu memberi sebuah keterbukaan yang nyata bagi diri kita. 

Bersabar dalam sebuah proses itu memang sangatlah sulit. Apalagi bersahabat dan berdamai dengan sebuah kesakitan yang bisa melemahkan setiap pikiran kita. Senyum itu seketika akan berubah menjadi sendu ketika kesakitan itu tiba-tiba muncul dan kembali mengusik dengan berbagai tanya. Menyalahkan diri sendiri akan sebuah keadaan itu bukan sikap yang bijak. Jika memang senyatanya ini yang sampai saat ini masih terasa, apakah masih mampu berkilah lagi dengan suara hati nurani ? 

Apa yang perlu kita kuatirkan ? toh semua sudah tertulis untuk kita. Mungkin memang tidak ada pilihan lain kecuali mengahadpinya dengan hati yang lapang. Percaya dan ikhlas itu yang menjadi kunci. Karena tidak ada yang percuma ketika kita menyerahkan semua kepadaNya yang memiliki kuasa atas hidup kita. Kekuatiran hari ini cukuplah untuk hari ini karena esok akan ada kekuatirannya sendiri.


lakukan apa yang mesti kita lakukan

Saat kita bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi, haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu. Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat. 

Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya. Karena seumur hidup manusia,teman sejati tak mudah ditemukan.

Saat bertemu Penolongmu, Ingatlah untuk bersyukur padaNya. Karena dialah yang mengubah hidupmu. 

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai, ingatlah dengan tersenyum untuk berterima kasih. Karena dialah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih. 

Saat bertemu orang yang pernah kau benci, sapalah dengan tersenyum. Karena dia membuatmu semakin teguh dan kuat. 

Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, baik-baiklah berbincang dengannya. Karena jika bukan karena dia, hari ini kau tak memahami dunia ini. 

Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai, Doakanlah dia. Karena saat kau mencintainya, bukankah, berharap dia bahagia? 

Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu, Berterimakasihlah bahwa dia pernah ada dalam hidupmu. Karena dia adalah bagian dari masa lalumu. 

Saat bertemu orang yang pernah salah paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannya. Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan. 

Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup, berterimakasihlah sepenuhnya bahwa dia mencintaimu. Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati. 

Saat membaca tulisan ini, 
Renungkanlah... 
Satu saat semua yang kita miliki harus DILEPASKAN... Karena di Dunia ini TAK ADA yg KEKAL ABADI.. Tuhan memberkati kita semua

 ***

WISE ( help without hurt )

Suatu ketika terdapatlah seorang pertapa muda yang sedang bermeditasi dibawa pohon yang teduh dipinggir sungai. Saat sedang konsentrasi tiba-tiba perhatiannya terpecah dengan suara yang berisik. Kemudian ia membuka matanya untuk melihat apa yang terjadi. 

Ternyata suara yang ditimbulkan oleh seekor kepiting yang sedang berusaha keras untuk mencapai tepian sungai dengan melawan arus. Karena merasa kasihan, pertapa itu mengulurkan tangannya untuk menolong. Seketika keriting itu dengan sigap menjepit tangan pertapa itu. Meskipun jarinya terluka karena jepitan kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena telah menyelamatkan si kepiting . 

Belum lama bersila untuk melanjutkan meditasinya terdengar lagi suara yang sama dari tepi sungai , ternyata keriting itu mengalami kejadian yang sama. Kemudian pertapa itu kembali menggunakan cara yang sama untuk menolong kepiting itu, yang menyebabkan jari-jarinya terluka dan semakin membengkak. Melihat kejadian ini, ada seorang tua yang kemudian datang dan menegur si pertapa muda itu, “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hati yang baik. Tetapi , mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukai jarimu hingga sobek dan bengkak?” Pertapa itu mencoba menjelaskan, “Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Oleh sebab itu saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka, asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain, saya sudah senang! “ 

Mendengar jawaban pertapa itu, kemudian orang tua itu mengambil ranting, lalu dijulurkan kearah kepiting yang terlihat sedang melawan arus. Segera si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya. “Lihat anak muda, melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak harus dengan mengorbankan diri sendiri. Ranting pun kita bisa manfaatkan, bukan begitu?” Kata-kata arif itu keluar dari mulut sang orang tua. Seketika itu juga pertapa itu tersadarkan. 

------------------------------------------------- 

Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang. 

Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu. Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.

***

Tetaplah Berlari ! ( a letter from God )

AnakKu yang terkasih, Aku hampir tidak percaya ketika membaca suratmu. Bukankah baru beberapa minggu yang lalu engkau berjanji tidak akan menyerah? Aku tahu, mungkin minggu-minggu ini terasa sangat sulit bagimu, tapi, anakKu, kuatkan hatimu. Tetaplah berlari dalam track yang sudah kusediakan karena Aku tahu yang terbaik bagimu. Bila kau merasa lelah, berhentilah sejenak, ambil roti dan air hidup yang PutraKu telah tawarkan dan makanlah. Aku yakin, setelah kau mendapatkan keduanya, kau akan merasa segar kembali. Setelah itu, tarik nafas dalam-dalam dan mulai langkahkan kakimu untuk bergerak maju. Fokuskan pandanganmu pada apa yang ada di depanmu, pada tujuan yang kau miliki, yaitu menyelesaikan perlombaan dan menjadi juara. 

Buanglah kemarahan dan sakit hati yang menghantui pikiranmu. Amarah dan sakit hati itu tidak ada gunanya, hanya menguras tenaga dan menghambatmu mencapai tujuan. Terkadang Aku mengijinkan hal-hal yang buruk terjadi karena Aku ingin melatihmu. Aku ingin kaki-kakimu menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Dengan begitu engkau dapat berlari dengan lebih cepat. Berhentilah mengasihani dirimu sendiri, berdirilah tegap, dan punyailah mental seorang pemenang. Seorang pemenang, bukan dilihat dari berapa kali ia sukses meraih gelar juara. Di mataKu, seorang pemenang adalah seorang yang tidak pernah menyerah terhadap kegagalan, yang mau bangkit setiap kali ia jatuh. Karena itu, jangan pernah menyerah ketika kau jatuh tersandung kerikil-kerikil di sepanjang jalanmu. Jangan pula kau merasa malu terhadap dirimu sendiri. Angkat kepalamu dan teruskan perjalananmu mencapai finish. 

Ketika pertandingan dimulai, Kuharap kau bisa mengacuhkan omongan orang-orang yang menonton di bangku stadion. Jangan merasa sombong karena pujian atau karena kau diunggulkan. Pujian dan pengagungan yang keluar dari mulut mereka terkadang hanya sekedar basa-basi di depan para juara. Tak jarang, kata-kata manis itu akan segera berubah menjadi kritikan pedas dan kecaman ketika para juara itu gagal. Karena itu, kau juga tidak perlu risau ketika mendengar pernyataan-pernyataan skeptis yang mengatakan engkau pasti kalah. Kau bukan bertanding atas kemauan mereka. Kau juga tidak hidup berdasarkan omongan mereka. Pelari yang berpengalaman tahu akan hal itu. Karena itu, tidak usah pusing dengan perkataan-perkataan mereka. Fokuskan pikiranmu pada tujuan yang semula, bukan untuk mendapatkan pujian atau penghargaan dari orang lain, tapi untuk menyelesaikan pertandingan. Aku, Pelatihmu, tidak pernah meragukan kemampuan yang kau miliki. Aku tahu seberapa besar potensi yang ada padamu dan Aku tahu kau pasti bisa mencapai garis finish dengan gemilang. Selamat berjuang anakKu, Aku menunggumu di garis finish. 

Yang mengasihimu, Ayahmu, Pelatihmu, Sahabatmu, Penonton setiamu 


Tuhan.


***

Minggu, 19 Agustus 2012

ESENSI DIRI

Alkisah di suatu desa, ada kabar yang menggembirakan. Orang-orang di desa itu gembira mendengar bahwa putra sulung sang kepala desa akhirnya akan pulang ke desanya setelah meraih gelar sebagai seorang dokter. Rencananya, ia pulang untuk mencari istri alias pendamping hidupnya. 

Mendengar si putra sulung kepala desa akan mencari seorang calon istri, Orang-orang di desa sibuk memikirkan putri siapa yang pantas disandingkan dengan putra sulung kepala desa. Ketika berkumpul di aula desa, diputuskanlah bahwa ada 3 orang gadis yang menurut mereka paling sesuai disandingkan dengan putra sulung kepala desa. Yang pertama adalah putri seorang juragan beras yang kaya di desa. Selain kaya, putri juragan ini sangat cantik dan molek. Perawakannya bak peragawati. Ramping, langsing dan singset. Menurut mereka, inilah pasangan yang cocok bagi putra sulung kepala desa. Yang satu cantik, dan yang lainnya ganteng. Yang kedua adalah putri bendahara desa. Bendahara desa adalah seorang yang terpelajar, semua anaknya terpelajar. Putri sulung bendahara adalah seorang yang sangat pintar. Ia sangat jeli dan banyak membantu ayahnya. Nantinya ia diharapkan bisa menjadi pengganti ayahnya sebagai bendahara desa. Lagi-lagi, menurut orang-orang desa, inilah pasangan yang ideal. Sama-sama pintar, bendahara pintar dan dokter hebat. Yang ketiga adalah putri seorang dokter desa. Menurut orang-orang desa, pasangan ini ideal ‘wong sama-sama dokter. Apalagi yang kurang? 

Lalu, tibalah saat yang mendebarkan bagi seluruh isi desa. Putra sulung kepala desa akhirnya tiba di desa. Untuk membuktikan pilihan siapa yang paling tepat. Maka bergiliranlah putri si juragan, putri bendahara desa, dan putri dokter desa bertandang ke rumah Pak kepala desa untuk berkenalan dengan putra sulung pak kepala desa. Tiga hari berturut-turut mereka berdatangan. Tetapi, tidak ada satupun dari mereka yang dipilih oleh putra sulung kepala desa menjadi istrinya. Orang-orang di desa terheran-heran akan kenyataan ini. 

Satu bulan kemudian, putra sulung kepala desa meminang putri seorang tukang kayu. Setelah melangsungkan pernikahan, mereka langsung meninggalkan desa, menuju ke kota tempat praktek si putra sulung sebagai dokter. Setelah kepergian mereka, orang-orang desa yang penasaran bertanya kepada Pak kepala desa. “Bapak, kenapa anak bapak malah memilih anak seorang tukang kayu menjadi istrinya?” 

Dengan tersenyum pak kepala desa menjawab,”Ia sudah memilih yang terbaik. Ia memilih apa yang ada di dalam, bukan apa yang tampak di luar.” “Maksud bapak?” Tanya orang-orang desa yang penasaran. Lalu pak kepala desa menjelaskan dengan bijaksana “Benar, bukan putri juragan yang cantik, molek, dan langsing yang dipilih anakku. Karena, ia tidak melihat fisik seseorang. Wajah yang cantik, tubuh yang langsing tidak akan bertahan lama. Ia akan pudar seiring waktu. Bukan juga, putri bendahara desa yang pintar. Karena, kepintaran tidak menjamin apapun. Ia juga tidak memilih putri dokter desa. Karena, profesi hanyalah bagian dari pekerjaan seseorang. Bukan menentukan bagaimana sebenarnya orang itu” “Kalau akhirnya anakku memilih putri si tukang kayu, itu lebih karena esensi diri yang baik. Putri si tukang kayu setiap sore selalu menyempatkan diri memberi minum pada beberapa kelinci yang tidak ia pelihara. Meskipun ia telah lelah membantu ayahnya bekerja. Esensi dirinya yang sederhana, tulus, dan rela melakukan pekerjaan yang sekecil apapun membuat anakku memilihnya sebagai pendamping hidupnya. Itu adalah hal yang terpenting bagi anakku.” 

Tuhan tidak memerlukan seorang worship leader yang cantik luar biasa atau langsing luar biasa di dalam pelayanan-Nya. Tuhan juga tidak memerlukan seorang yang luar biasa pintar mengatur di dalam pelayanan-Nya. Bahkan, Tuhan juga tidak memerlukan seseorang yang punya jabatan luar biasa tinggi di perusahaannya untuk pelayanan-Nya. Ia hanya melihat esensi diri kita. Hati kita yang tulus, rela dalam melakukan pelayanan-Nya. Itu saja. 

Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan apa yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” ( 1 Samuel 16:7) Semoga bermanfaat. 

Tuhan memberkati.... 

KEDAMAIAN YANG SEJATI

Ada seorang raja yang akan memberikan hadiah pada seniman yang dapat membuat suatu lukisan terbaik tentang kedamaian. Banyak seniman yang mencoba. Raja melihat semua lukisan itu. Tetapi hanya ada dua yang ia suka, dan ia harus memilih salah satu di antaranya. 

Salah satu lukisan menggambarkan danau yang tenang. Danau itu bagaikan cermin yang sempurna bagi gunung-gunung yang menjulang tinggi di sekelilingnya. Di atasnya langit biru dengan awan di sana-sini. Semua orang yang melihatnya akan berpendapat itulah lukisan yang sempurna tentang kedamaian. 

Lukisan yang satu lagi menggambarkan gunung-gunung juga, tetapi tampak tegak, angkuh dan kasar. Langit hitam berawan gelap, ada halilintar di situ. Di bawah ada air terjun yang airnya bergejolak. Tampak tak ada kedamaian sama sekali. Tetapi raja melihat di belakang air terjun ada sarang burung. Di antara riak gejolak air, duduk seekor induk burung yang sedang memberi makan pada anaknya dengan penuh kedamaian. 

Lukisan yang mana yang Anda kira akan menang? Raja memilih lukisan yang kedua. Karena, kata raja, damai bukan berarti tempat yang tidak ada kegaduhan, permasalahan dan kerja keras. Kedamaian berarti bila di tengah-tengah semuanya itu tetap ada ketenangan di hati Anda. Itulah makna sejati kedamaian. 

Tuhan memberkati...

***

STOP membandingkan

Belum tentu orang lain lebih bahagia daripada kita. Hidup selalu terbungkus oleh banyak lapisan. Kita hanya melihat lapisan luar & tidak tahu isi dalamnya.BKita selalu tertipu oleh keindahan di luar & tidak tahu realita yang di dalam. 

Sesungguhnya semua keluarga punya masalah. Semua orang punya cerita suka dan duka. Begitulah hakekat hidup. Untuk apa mengeluh karena masalah. Hayatilah makna di balik semua masalah maka semua akan membuat hidup menjadi bermakna. Untuk apa bandingkan hidupmu dengan orang lain, karena orang lain belum tentu lebih bahagia dari kita.... 

RENCANA kita boleh INDAH, tapi rencana TUHAN yang TERINDAH.... 
HIDUP kita mungkin baik-baik saja, tapi hidup bersama TUHAN lebih SEMPURNA.... 
PEKERJAAN kita mungkin MENJANJIKAN, tapi BERKATNYA-lah yang menjadikan KAYA.... 
KEKUATAN tangan kita mungkin sanggup membawa kita menjadi orang HEBAT, tapi hanya BERSAMA TUHAN, kita menjadi LUAR BIASA.... 
Sebab TUHAN bukan hanya MENCUKUPI apa yang kita perlukan, tapi ia memberi dengan BERKELIMPAHAN.... 

Tuhan memberkati..

***

pursuite of happiness

Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana. ... 

"Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua. "Apa yang kau risaukan..?" 

Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?" Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Di pandangnya wajah lelah di depannya. 

Lalu, ia mulai bicara, "di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan. "Ya...tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek mengulang kalimatnya lagi. 

Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu. 

Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar. Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat. 

Sampai akhirnya ada teriakan, "Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah." Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu. 

"Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?" Sang Kakek menatap pemuda itu. 

"Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu." "Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri." 

Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya. 

*** Percayalah, kebahagiaan itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya. 

Tuhan memberkati....

***

Sabtu, 18 Agustus 2012

ACCEPTANCE

Setiap orang punya masa lalu. Entah itu masa lalu yang patut untuk dikenang dan dibagikan kepada orang lain, atau masa lalu yang hanya tersimpang untuk dirinya sendiri. Bukan menjadi hak kita untuk menyalahkan atau membenarkan pengalaman seseorang yang mungkin kini sedang berjalan beriringan dengan kita. Kita harus mampu menyadari kalau kita saat ini adalah pengalaman kita di masa lalu. Banyak pembelajaran atau hal-hal lain yang menjadi dasar kehidupan kita saat ini. 

Prasangka atau judgement sebenarnya itu hanya sebuah definisi yang kita standarkan sendiri. Memang dibutuhkan sebuah penerimaan yang tak bersyarat jika kita ingin terjun dalam kehidupan seseorang. Seperti sudah menjadi sebuah paketan yang lengkap. Baik dan buruknya kita adalah kombinasi yang membentuk diri kita saat ini. Bahkan seperti dua sisi mata uang yang memiliki sisi yang bertolakbelakang dan berbeda. 

Dibutuhkan sebuah penerimaan yang ikhlas jika kita ingin menjalani kehidupan dengan seseorang yang kita pilih. Setiap orang memiliki cerminya masing-masing. Cermin untuk memandang dirinya sendiri. Penilaian yang jujur dan tanpa embel-embel untuk memahami diri kita sebagai pribadi yang utuh tanpa dibuat-buat. Namun kadang penerimaan itu harus dibumbui oleh penilaian dan komentar orang lain. Dimana orang itu belum tahu persis apa yang dia nilai dan dia komentari. Contohnya seperti ini. Jika seandainya yang menjadi pasangan kita saat ini dulunya adalah seorang permapok, haruskan kita ikut menjudge dia seperti orang-orang yang beropini sesuka mereka tanpa memandang sisi lain dari pasangan kita ?”Kenapa kamu mau dengannya ? Ah kamu terlalu baik untuk dia. Ah jangan-jangan kamu hanya dimanfaatkan saja.” Dan masih banyak bumbu-bumbu opini lainnya yang biasanya kita dengar dari pihak di luar kita. Kita menerima dia karena dia yang sekarang bukan dia yang dulu. Dia yang dulu adalah dia yang sudah menjadi sebuah ceritanya di masa yang sudah lamapu. Tidak etis kedengarannya jika kita masih mempeributkan dia yang dulu padahal kita berada dan hidup di saat ini. Apa yang sudah berlalu adalah sebuah sejarang. Apa yang akan datang adalah sebuah misteri. Tidak ada pilihan lain kecuali hari ini. Jadi untuk apa hanya memperdengarkan judge orang tentang dia akan masa lalunya. Penerimaan itu juga harus fleksibel, tidak kaku dan open minded. 

Bagaimana seharusnya kita bersikap ? Ada dua sikap yang bisa kita tunjukkan. Mendengarkan dan mengabaikannya. Mendengarkannya sebagai sebuah masukan. Pribadi yang bijaksana adalah mereka yang terbuka akan sebuah masukan. Bukan hanya terbuka namun sekaligus pandai memilah mana yang baik untuk dirinya dan mana yang buruk untuk dirinya. Mengabaikannya. Terdengar bebal memang. Namun apa yang mereka tahu tentang hidup kita ? Opini orang memang tidak akan pernah bisa kita bentuk sesuai dengan kehendak kita. Sekalinya bisa kita bentuk itu hanya akan menimbulkan sebuah disonansi kognitif tidak pure dari dalam diri mereka masing-masing. Oleh karena itu diperlukan adaptasi diri untuk menyesuaikan pola yang menjadi kebiasaan kita dalam bergaul dengan sesama kita. Itulah mengapa setiap pribadi memiliki prinsip masing-masing untuk menjaga pertahanan yang mereka yakini. 

Tapi bagaimana jika hanya sebuah pengakuan dari khalayak banyak itu yang diinginkan ? Tentang reward akan pembuktian bahwa dia bisa mendapatkan dan memperjuangkan apa yang diperebutkan banyak orang ? masa bodoh akan pendapat orang. Sikap cuek kadang memang sangat dibutuhkan untuk menangkal opini orang yang nyatanya hanya ingin menjatuhkan kita. 

Tidak perlu banyak babibu lagi untuk memutuskan sesuatu jika kita sudah yakin dengan jalan yang ingin kita tempuh. Sejatinya, sebanyak dan sejauh apa kita mencari banyak pembenaran akan sikap kita, semuanya akan kembali lagi pada diri kita sendiri yang akhirnya akan memutuskan dan memilihnya. Kita yang tahu akan diri kita sendiri. Kita yang tahu apa mau kita sendiri dan akhirnya kita sendiri yang nantinya tahu mana yang terbaik untuk diri kita. 

Bukan pilihan namanya jika tidak melahirkan pro dan kontra. Kita harus terbuka oleh fakta itu. Karena setiap orang memiliki sudut pandang mereka masing-masing. Bukan pencarian namanya kalau ternyata satu pihak sudah memiliki kesempurnaan. Kita ini hanya tiga perempat dan mencari seperempat bagian dari kita yang hilang untuk menemukan sebuah kesempurnaan. Apa yang kita dapat nanti itulah cermin akan sikap kita selama ini. Kita tidak berhak menilai kehidupan seseorang jika kita tidak mengerti dan paham betul. Kadang yang tahu sekalipun tidak memiliki hak untuk menilai kecuali memberi masukan apalagi mereka yang berada jauh di luar pribadi yang di nilai. Dan jika ternyata penilaian itu salah dan tidak sesuai dengan fakta yang ada hanya akan menjadi sebuah fitnah. Kita juga tidak berhak selalu membenarkan atas sikap kita sendiri. Itulah mengapa harus ada masukan dari orang lain untuk menjadi referensi dan supaya bisa melihat dari banyak sisi yang berbeda. Tetapi jika kita hanya mengiyakan apa kata orang, kita bisa kehilangan kendali akan diri kita sendiri. Kita adalah motor dari diri kita sendiri. Apa mungkin kita harus menjadi 1000 orang yang berbeda untuk menjadi apa yang orang lain mau ? Kita dianugrahi akal dan perasaan untuk memfilter setiap “tamu pikiran” yang masuk kedalam diri kita. Begitu juga opini mereka tentang apa yang kita pilih. Ikhlas dalam penerimaan akan selalu memberi ruang kepada hati nurani untuk membisikkan mana yang terbaik untuk hidup kita. 

Jumat, 17 Agustus 2012

cerita kepada kawan

Kawan, maukah kamu mendengarkan ceritaku ? Sudah lama kita tidak bersua dengan cerita kita masing-masing. Apa kabar hidupmu sekarang ? 

Masihkah kamu dengan senyummu yang dulu ? Oh sungguh aku merindukan tawa itu. Tawa bersamamu dibawah hujan yang memberi kesejukan bagi setiap cerita kita. 

Kawan, aku ingin kamu tahu akan ini. Kerinduan ini. Kerinduanku  akan tawa yang tiada henti. Kerinduan akan waktu yang tak berbatas. Kerinduan akan menghabiskan malam dengan cerita kita masing-masing. Masih sangat jelas lekuk wajahmu ketika kau mengisahkan lukamu. Sungguh aku tak kuasa jika harus kembali menyaksikan lagi luka yang telah lama kau simpan sendiri. 

Kawan, pastinya kini kamu sudah dengan senyummu yang baru. Mana banyolamu yang dulu ? Lelucon akan hidup yang keras. Namun masih dengan santainya kita menertawakanya bersama. Untuk apa kita mengabiskan waktu kita untuk sebuah cerita yang sudah ada alurnya, itu ucapmu saat ini. Masih ingatkah kamu akan lagu kita ? Lagu tentang hujan. Yah aku rindu menikmati hujan denganmu. Melihat bulir-buliran air itu turun dari tempat di surga. 

Kawan, ingatkah kamu tentang awan yang terbuka dengan indahnya ketika kita menikmati dinginnya sore di hadapan ciptaan Tuhan yang sungguh mengagungkan ? Hanya sepenggal cerita memang. Hanya diam kita bisa merasakan keriuhan hati kita masing-masing. Menertawakan mereka yang dibuai oleh cinta tanpa memandang ruang dimana mereka berada. Pasti hanya tawa jika aku mengingat akan cerita itu. Katamu, “itulah cinta bisa memabukkan siapa saja. Bisa menjadi candu, namun bisa juga menjadi racun. Tergantung porsi bagaimana kita menikmatinya.” Obrolan sok bijaksanamu yang masing selalu membuatku tertawa. Ah ternyata itu sudah berlalu. 

Oya, mana ceritamu lagi ? Sungguh ingin aku mendengarkan tentang kisahmu lagi. Tentang kamu yang dulu, tentang mimpi-mimpimu, tentang kisah cintamu, tentang apa saja, tentang kamu. Pastinya itu. Maafkan aku kawan jika aku terlalu banyak komentar akan kebiasaanmu, namun sungguh bukan niatku untuk mengguruimu. Namun, aku tidak tega melihatmu terlalu terpenjara oleh masa lalumu. Jika mereka punya hak untuk bahagia, begitu juga dengan dirimu. Sungguh berhak untuk bahagia. 

Kawan, aku salut dengan segala sikapmu. Sikapmu yang selalu berusaha untuk seimbang. Caramu menjaga, caramu memanjakan. Dan caramu menghormati. Itu mampu membuka mataku untuk selalu menjaga dan mensyukuri apa yang kita miliki saat ini sebelum semuanya terlambat dan pergi. 

Kawan, masih mengangakah lukamu yang dulu ? Semoga itu semua tinggal menjadi cerita. Aku ingin melihatmu dengan senyummu yang baru ketika bertutur tantang kisahmu yang baru. Kawan, aku rindu akan cara kita melihat dunia. Perbedaan bukan menjadi pembatas. Kamu selalu berucap semoga aku mendapatkan yang terbaik. Tidak jauh beda darimu, bahkan dalam setiap doaku aku ingin kamu mendapatkan apa yang kamu cari. Bahagia yang ingin kamu rengkuh dan cita yang ingin kamu capai. 
Kawan, saat aku bisa ikut merasakan bebanmu. Aku tahu sangatlah berat beban yang kamu panggul. Aku tidak bisa banyak ucap dan sikap. Aku hanya mampu memberimu sebuah doa. “Tuhan, dampingilah dia dan kirimkanlah dia pendamping untuk menemaninya melewati kerasnya dunia ini.” Hanya itu, tidak lebih lagi aku berharap. 

Kawan, aku rindu mengabiskan malam disudut-sudut kota bersamamu. Menikam dinginnya malam saat kita bercerita tentang hidup. Bertukar cerita tentang ulasan akan sebuah cinta, cita dan hidup. Ketulusan, pengorbanan, keikhlasan. Mungkin itu yang aku pelajari darimu. 

Kawan, saat berhadapan denganmu. Aku seperti menemukan dunia untuk lebih bisa mengerti. Mengerti akan arti melepaskan, mengerti akan arti sebuah kehilangan dan arti sebuah perjuangan. Aku masih terlalu ingat senyum itu ketika kamu menanyakan bagaimana dirimu dimataku. Ah itu terlalu retoris. Bahkan itu tidak seharusnya kamu pertanyakan dan tidak aku jawab. Karena aku tahu kamu terlalu cerdas untuk menilai dirimu sendiri. 

Kawan, sepertinya sudah lama kita tidak berjumpa. Perjumpaan terakhir itu kamu aku dengar sudah dengan hidupmu yang baru. Semoga selalu begitu ketika kita bertemu. 

Kawan, mungkin ini sama. Bahkan tidak ada artinya jika dibandingkan. Namun terimakasih kawan akan pembelajaran yang telah kamu berikan. Karena tawa ejekanmu waktu itu, kini aku semakin bisa mencintai mimpiku. Aku ingin jika kita bertemu nanti kita sudah bersama dengan kisah baru kita masing-masing meskipun entah mengapa aku masih tetap merindukan senyum kita yang dulu.

Kawan, mungkin hanya ini ceritaku padamu. Tetaplah berlari di jalan yang kamu yakini. Tetaplah menjadi pribadi yang aku kagumi. Rengkuhlah bunga yang kau cari untuk mendatangkan bahagia yang ingin kamu miliki. 

Tuhan, jagalah dia dan dampingilah dia selalu. Amin. 




Dari kawan lamamu.

Rabu, 15 Agustus 2012

what-makes-it-feel-so different ?

Kita hidup dalam keberagaman. Kita dibesarkan dan dibiasakan dalam keberagaman juga. Perbedaan. Itu menjadi hal yang sangat biasa dan wajar ditemui dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun kini perbedaan kadang menjadi sebuah bumerang yang bahkan bisa merusak kedamaian yang sudah tercipta. Semua menjadi ikut-ikut mempermasalahkan kefanatikan yang menjadi-jadi sehingga kehilangan sebuah kebersamaan yang pastinya akan indah jika bisa dibina dan dilestarikan supaya menjadi sebuah keunikan tersendiri dalam hidup ini. 

Bagaimanakah perbedaan jika dipandang dari seseorang yang dipertemukan dalam sebuah hubungan ? Pertemanan ? Mungkin jika masih dalam batasan ini, perbedaan tidak sangat ketara dilihatnya. Karena ini menjadi sebuah ajang untuk saling memahami dan mengerti satu sama lain. Tapi bagaimanakan jika perbedaan itu ditemui dalam sebuah “hubungan” yang lebih ? Bahkan sekarang kotak-kotak itu semakin dijelaskan untuk memberi batasan sampai mana orang yang menjalin sebuah hubungan mengerti dan paham akan sebuah benteng yang mungkin memang sulit untuk diruntuhkan itu. Sebuah penghalang yang banyak orang menentang dan keras bilang “tidak” dalam hal ini. Kadang sampai kehilangan tolerannya jika kedua insan dipertemukan dalam sebuah ikatan namun terhalang oleh perbedaan itu. Bukankan sungguh menyesakkan ? 

Jika diruntut adil atau tidaknya, pastilah secara gamblang akan dianggap tidak adil. Namun inilah kenyataan. Pihak minoritas menjadi sasaran dalam segala dilema yang timbul karena perbedaan ini. Mengalah ? Itu pastinya yang selalu diluangkan dan dilakukan oleh pihak minoritas. Ya mungkin bukan hanya pihak minoritas saja namun pihak mayoritas juga begitu adanya. Tinggal bagaimana jalan keluar yang dipilih. 

Ada pihak yang keras dengan keadaan ini. Tidak ada istilah tawar menawar. Dari awal jika feel itu memang ada, senyatanya logika harus dimainkan dan dipergunakan secepat mungkin untuk menyangkal. Ah, haruskan semua harus dibatasi oleh perbedaan ? Salahkah jika membiarkan semua berjalan sebagaimana diinginkan walau itu dalam perbedaan ? Apa yang salah ? Cara kita ? Tindakan kita ? Ataukkah karena kasta kita ? Bukankah semua sama ? Bukankah semua memiliki hak yang sama ? Apa yang menjadi standar kalau ini salah seperti kebanyakan orang mengatakannya ? 

Bisakah ini dikatakan picik ? Mungkin orang-orang yang pro kalau perbedaan itu bisa dipahami akan mengatakan demikian. Tapi bagi orang yang kontra kalau sekali berbeda ya tetap berbeda akan mengatakan kalau memang senyatanya tidak ada yang picik atau bagaimana, atau mungkin mengharuskan orang yang dimaksud itu sadar diri. Yah, mungkin pendapat ini yang harus dicamkan dari awal. 

Perbedaan itu bisa dipandang dari dua sisi yang berbeda. Jika perbedaan itu dipandang secara positif, ia akan melahirkan sebuah pemahaman untuk saling mengerti dan menghargai dalam perbedaan itu sehingga lebih bisa merekatkan hubungan yang terjalin. Tetapi, bila perbedaan bisa dipandang dari sisi negatifnya. Perbedaan itu ya hanya dipandang “beda” dan tidak ada titik temu untuk menyamakannya sehingga tidak ada penawaran untuk ini. Mana yang benar ? Tinggal siapa dan bagaimana orang-orang mau lebih open minded akan hal ini. Karena pemahaman dan pengalaman setiap orang berbeda-beda. Orang yang bisa bersahabat dengan perbedaan, dirasa lebih bisa menyikapi perbedaan yang ada dan menjadikannya sesuatu yang unik untuk lebih bisa dimengerti. Namun jika tidak, akan sebaliknya yang terjadi. Akan timbul sebuah makian ataupun cacian dan jatuhnya akan saling merendahkan atau bahkan menjelekkan satu sama lain. 

Pernahkah kita sedikit meredakan keegoan yang ada dengan melihat sudut lain dari perbedaan ? Ego yang terlepas dari mana yang paling benar dan paling baik. Perbedaan mengajarkan arti melepaskan. Perbedaan membuat kita mengerti akan arti sebuah kerelaan. Perbedaan memberi cara untuk mengikhlaskan. Perbedaan memberi ruang untuk berbagi. Perbedaan memberi cara untuk bersabar. Bahkan perbedaan juga mengajarkan cara untuk menekan ego. Banyak hal yang bisa kita dapat dari arti perbedaan itu. Bukan hanya sebelah mata yang bisa kita pandang dari perbedaan. Disini akan kita temukan sebuah ruang untuk melatih perasaan dan logika untuk dimainkan sehingga bisa menciptakan sebuah harmoni dalam berproses. Sampai kapan semua akan terkotakkan dalam perbedaan ? Yah selalu ada istilah mengalah dan pergi dalam hal ini. Memang jika jurang itu terlalu dalam dan tidak bisa disebrangi karena akan terlalu susah. Tidak bisa dinego dengan pikiran sesehat apapun. Karena semakin kesini orang-orang kita semakin mejelaskan perbedaan itu sebagai garis keras dan harus bisa dipertahankan. 

Harus sadar diri untuk akhir dalam sebuah proses. Mungkinkah mengorbankan orang banyak untuk kesenangan sendiri ? Ini yang harus dipikirakan berulang-ulang untuk lebih membuka mata. Untuk lebih membuka mata kita juga untuk mengetahui posisi dimana kita berada ? Yah walaupun pada akhirnya ending kita sama. Namun mungkin setiap orang yang terbatas oleh perbedaan menganggap kalau proses dalam pencapaian ending itu yang berbeda. Nafas yang terhirup sama. Sejauh mata memandang juga sama. Namun hanya cara dan penyampaian kita berbeda serta penyebutan kita yang berbeda. Inilah mengapa kadang kita harus melihat sisi lain yang ternyata indah dari sebuah perbedaan tanpa memberinya batasan. 

“Taukah kau mengapa Tuhan menciptakan langit dan laut ? Semata agar kita tahu, dalam perbedaan, ada batas yang membuat mereka tampak indah dipandang. Kita memang berbeda. Aku tahu. Sama tahunya seperti dirimu. Warna yang mengalir di nadimu tak sewarna dengan yang mengalir di nadiku. Namun, bukankah kita tak pernah bisa memilih warna apa kita lahir ? Kita lahir, lalu menemukan tawa bersama. Menyatukan cerita bersama. Menjumputi memimpi bersama. Lalu, apa kabarmu ? Mengangakah masih lukamu yang dulu ? Atau, kini sudah terpilihkan bagimu akhir yang bahagia ? Maafkan aku. Maafkan karena tak bisa selalu menjadi laut yang tetap menyimpan rahasiamu.”-Rumah di Seribu Ombak 



“Why did God create us differently if God only wants to be worshipped in one way ? That’s why God create Love. So all the differences could be united” –cinta the movie

CINTA dari sudut pandang PSIKOLOGI

Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia. Sudah lama tertarik dengan konsep cinta (misalnya Eric Fromm dan Maslow) karena manusia satu-satunya makhluk yang dapat merasakan cinta. Hanya saja masalahnya, sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknya sehingga sulit untuk didekati secara ilmiah.

Seorang psikolog, Kelley, membagi cinta menjadi tiga yaitu: 
1. Cinta karena nafsu.
Cinta jenis ini cenderung tak terkontrol karna hubungan antara dua orang yang atas nama cinta ini dikuasai oleh emosi yang berlebihan. Di sini istilah cinta buta berlaku. 
2. Cinta Pragmatis.
Pada cinta jenis ini ada keseimbangan antara suka dan duka, atau ada hubungan timbal balik. Sepasang insan cenderung dapat mengontrol perasaannya. 
3. Cinta altruistic. 
Nah, cinta yang ini biasanya dimiliki oleh ibu untuk anaknya. Biasanya disertai kasih sayang tak terbatas. 

Sedangkan menurut Erich Fromm, seorang psikoanalis, cinta hanyalah memberi. Memberi adalah ungkapan kemampuan atau potensi yang paling tinggi. Dengan melihat orang yang dicintai bahagia tumbuh dan berkembang secara fisik, psikis, dan spiritual, maka kita pun akan bahagia. Bahagia semacam ini muncul karena kita merasa mampu dan berarti bagi orang lain. Menurut Fromm, cinta yang bersifat take and give, bukanlah cinta sejati, tetapi cinta dagang. 

Pengorbanan waktu dan energi menjadi ciri cinta rasional. Fromm menjelaskan bahwa ada beberapa unsur cinta: 
1. Care atau peduli.
Kalau kita mencintai seseorang, kita harus menaruh perhatian serius pada kebahagiaan dan perkembangan pribadinya 
2. Bertanggung jawab. 
Artinya, siap memenuhi kebetuhan psikis orang yang dicintai dan membuatnya bahagia 
3. Respect atau hormat. 
Maksudnya, kita mampu memandang dan menerima orang yang kita cintai dengan apa adanya, kebaikan maupun keburukannya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa mencintai seseorang berarti minta orang itu memiliki kepribadian dan perilaku seperti yang kita inginkan dan menuruti segala keinginan kita. Hubungan cinta yang ideal itu tidak saling bergantung dan mengeksploitasi. Masing-masing mandiri, namun pada saat yang sama dapat saling memberi, saling mendukung, dan saling memperkembangkan. 

Sekarang kita pilih teori seorang psikolog, Robert Sternberg, yang telah berusaha untuk menjabarkan cinta dalam konteks hubungan antara dua orang. Menurut Sternberg, cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat, dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan, dan sebagainya. Kisah setiap orang berasal dari "scenario" yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita, dan sebagainya. Kisah ini biasanya memperngaruhi perang bagaimana dia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan. 

Sternberg terkenal dengan teorinya tentang Triangular Theory of Love. Segitiga cinta itu memiliki komponen: 
1. Keintiman (intimacy) 
2. Gairah (passion) 
3. Komitmen (commitment) 

Keintiman adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust), dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain, seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau saling merangkul bahu.
Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam yang bersifat seksual. 
Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan kehidupan bersama. 

Menurut Stenberg, setiap komponen itu pada setiap orang berbeda derajatnya. Ada yang hanya tinggi di gairah, tapi rendah di komitmen. Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang sesuai pada waktu yang tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang paing besar adalah komponen keintiman. Setelah keintiman, berlanjut pada gairah yang lebih besar (dalam beberapa budaya), disertai dengan komitmen yang lebih besar. Misalnya melalui pernikahan. 

Yang perlu diwaspadai adalah bahwa cinta dalam sebuah hubungan ini tidak selalu berada dalam konteks perkawinan. Pola-pola proporsi ketiga komponen ini dapat membentuk berbagai macam tipe hubungan. Sehingga dari ketiga komponen cinta di atas, dapat membentuk delapan kombinasi jenis cinta sebagai berikut: 
1. Nonlove
Sama sekali tak ada gairah yang timbul. Biasanya hubungan dengan orang dalam lingkungan sehari-hari karena interaksinya hanya bersifat sepintas saja, tidka memiliki komponen gairah, keintiman, dan komitmen. 
2. Liking
Sebagai salah satu komponen emosi, yang ada adalah perasaan suka, bukanlah cinta, hanya memiliki komponen keintiman. Hanya intim saja, dekat dan merasa nyaman bersamanya. Juga akan timbul perasaan merasa cocok, nyambung bila diajak ngobrol, dan selalu merasa mendapatkan keuntungan bila bersama dengannya. Tapi sama sekali tidak ada gairah atau bahkan malah komitmen. Hanya suka saja, bukan sebagai cinta. 
3. Infatuation Love
Gairah yang timbul tanpa keintiman dan komitmen, biasanya cinta yang terjadi pada pandangan pertama. Nah, bila anda termasuk orang yang susah menjaga pandangan mata, maka akan sangat berpeluang menderita cinta jenis ini. Ada mungkin akan terngiang-ngiang dengan warna jilbabnya, ataupun bening wajahnya. Semuanya karena cinta pada pandangan pertama 
4. Empty Love
Ada unsur komitmen tetapi kurang intim dan kurang gairah. Hubungan yang lama akan semakin membosankan. Biasanya terjadi pada suami-istri yang tidak bisa menjaga keharmonisan, kemesraan bersama pasangannya. Mereka hanya bertahan karena aspek komitmen menjaga pernikahan tetap utuh, tapi keintiman mereka semakin menipis, gairah mereka pun semakin berkurang dari hari ke hari. Cinta jenis ini berbahaya, karena menyimpan bom waktu. Lam kelamaan apa yang dijalani serasa hambar bak masakan tanpa garam. Hidup jadi terasa kering dan tidak lagi bisa dinikmati. 
5. Romantic Love
Hubungan intim yang menggairahkan tetapi kurang komitmen sehingga pasangan yang jatuh cinta romantis ini terbawa secara fisik dan emosi, tetapi tidak mengharapkan hubungan jangka panjang. Cinta jenis ini harus dihindari karena hanya dimotivasi oleh perasaan syahwat saja. Hubungan intim yang dijalani hanya sebatas perasaan ingin menikmati fisik, ingin merasa aman secara emosi tapi tidak mau diikat oleh ikatan pernikahan. Dia tidak ingin dikekang oleh satu wanita, tapi dia bisa ke mana saja mengumbar cintanya. Inilah mungkin yang kemudian mendorong orang untuk memilih kumpul kebo, hidup seatap dengan non mahram tanpa ikatan pernikahan. 
6. Companionate Love
Hasil dari komponen keintiman dan komitmen tanpa adanya gairah cinta. Dalam perkawinan yang lama, tidak akan menggairahkan secara fisik lagi. Hubungan cinta jenis ini adalah hubungan ketika sebuah pasangan suami istri tidak lagi menjadi gairah sebagai unsur utama jalinan kasih sayang mereka. Tapi lebih pada melanggengkan hubungan yang nyaman, saling menguatkan, dan memberi dukungan hidup. Fisik yang tidak lagi menarik, tidaklah menjadi sesuatu yang salah atau bahkan dicela. Namun, justru itu menjadi sesuatu yang alami dan harus dijalani. Karena cinta mereka tidak lagi butuh gairah yang menyala-nyala, cukup dengan rasa intim dan komitmen saja. 
7. Fatous Love
Mempunyai gairah dan komitmen tetapi kurang intim, di mana cinta ini sulit dipertahankan karena kurang adanya aspek emosi. Cinta jenis ini sangat labil. Mudah diterpa godaan dan juga mudah disapu angina topan. Kekurangintiman bisa disebabkan banyak hal, salah satunya mungkin pada aspek banyaknya ketidakcocokan antara kedua belah pihak. Kalau anda pasangan pengantin baru, dan baiknya sesi tahun pertama digunakan untuk lebih mengenal pasangan anda. 
8. Consummate Love
Yaitu cinta yang tersusun atas komponen keintiman, gairah, dan komitmen. Cinta ini komplit, lengkap, dan paling sempurna. Ketiga unsurnya telah bersatu dan menjadi sebuah kekuatan tersendiri. Psangan suami istri yang memiliki cinta jenis ini akan mendapatkan keindahan cinta. Tapi bukan berarti tidak ada persoalan atau konflik. Konflik tetap saja ada, namun hanya berbeda pada aspek solusinya saja. 

Walau sudah pernah jatuh cinta, belum tentu kita bisa menjelaskan “cinta” dengan baik. Tiap orang memang punya penghayatan yang berbeda beda. Tapi, tahu enggak, mengenali “cinta” adalah salah satu cara untuk mengenali diri? Waktu perkenalan kita dengan cinta ketika kita deg degan saat bertemu seorang cowok/cewek. Lalu, pada saat kita bersedia mengorbankan kepentingan diri untuk kepentingan si cowok/cewek itu, cinta mulai berperan. Cinta dapat membuat orang menjadi bijak, arif, dan progresif, namun sebaliknya juga bisa membuat orang linglung, menderita, atau sedih berkepanjangan. Semuanya sangat tergantung penghayatan seseorang terhadap pengalaman cintanya. 

Seorang psikolog, Kelley, membagi cinta menjadi tiga yaitu: 
1). Cinta karena nafsu. Cinta jenis ini cenderung tak terkontrol karena hubungan antara dua orang yang atas nama cinta ini dikuasai oleh emosi yang berlebihan. Di sini istilah cinta buta berlaku. 
2). Cinta pragmatis. Pada cinta jenis ini ada keseimbangan antara rasa suka dan duka, atau ada hubungan timbal balik. Sepasang insan ini cenderung dapat mengontrol perasaannya. 
3). Cinta altruistik. Nah cinta yang ini biasanya dimiliki oleh ibu untuk anaknya. Biasanya disertai kasih sayang tak terbatas. 

Cinta yang asik itu kalau emosi dan rasio kita “berteman”. Memang, sih, untuk bisa sampai ke sana tidak mudah. Tapi, sebenarnya seperti apa sih cinta emosional itu? Ini, nih, ciri cirinya:
1. Adanya perasaan yang kuat atau terus menerus (biasanya) kepada lawan jenis. Perasaan ini begitu kuatnya sehingga waktu dan energi habis habisan dicurahkan untuk memikirkan si pacar. 
2. Adanya egoisme. Kita begitu menggebu, perasaan begitu senang, bahagia, karena melihat sang kekasih begitu sempurna. Pas dengan bayangan kita. Jadi, kita mencintainya karena dia bisa memenuhi kebutuhan kita. Dia bisa bak putri atau pangeran dalam imajinasi kita. Dengan demikian, cinta itu mudah luntur ketika si pacar bertindak atau bersikap yang tak sesuai dengan tipe ideal kita. Cinta emosional ini kadang juga disebut “cinta romantis”, cinta yang bak dongeng. “Musuh” dari cinta emosional ini adalah rutinitas. Aktivitas yang itu itu lagi membuat cinta dongeng itu melempem karena bosan atau jenuh. Selain itu, cinta emosional juga mengandung unsur erotik (berasal dari kata “eros” yang berarti dorongan seksual). Biasanya, sih, cinta model begini dianggap tidak “mantap” jika dijalani tanpa sentuhan fisik. 

Nah, cinta yang asyik akan muncul bila kadar emosi itu “ditemani” oleh cinta rasional. Akal pikiran atau rasio jadi ciri cinta jenis ini. Dahsyatnya, orang yang punya cinta rasional tak mementingkan cintanya terbalas atau tidak karena yang lebih penting adalah memberi tanpa syarat/pamrih. 

Menurut Erich Fromm, seorang psikoanalis amrik, cinta hanyalah memberi. Memberi adalah ungkapan kemampuan atau potensi yang paling tinggi. Dengan melihat orang yang dicintai bahagia tumbuh dan berkembang secara fisik, psikis dan spiritual, maka kita pun akan bahagia. Bahagia semacam ini muncul karena kita merasa mampu dan berarti bagi orang lain. Menurut Fromm, cinta yang berprinsip take and give bukanlah cinta sejati, tetapi cinta dagang. Pengorbanan waktu dan energi menjadi ciri cinta rasional. 

Fromm menjelaskan bahwa ada beberapa unsur cinta: 
1. Care/peduli, kalau kita mencintai seseorang, kita harus menaruh perhatian serius pada kebahagiaan dan perkembangan pribadinya. 
2. Bertanggung jawab. Artinya, siap memenuhi kebutuhan psikis orang yang dicintai dan membuatnya bahagia. 
3. Respect/hormat. Maksudnya, kita mampu memandang dan menerima orang yang kita cintai dengan apa adanya. Paket lengkap: kebaikan maupun keburukannya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa mencintai seseorang berarti meminta orang itu memiliki kepribadian dan perilaku seperti yang kita inginkan dan menuruti segala keinginan kita. Hubungan cinta yang ideal itu tidak saling bergantung dan tidak saling mengeksploitasi. Masing masing mandiri, namun pada saat yang sama dapat saling memberi, saling mendukung, dan saling memperkembangkan. 

Tanda-tanda cinta 
Cinta merupakan hal yang sangat subyektif, satu orang dengan orang lainnya akan memaknai secara berbeda. Namun, ada tanda tanda umum yang menunjukkan adanya perasaan cinta: 
1. Ada unsur ketertarikan atau kekaguman. Biasanya cinta didahului rasa ketertarikan dan kekaguman, baik itu karena tampilan fisik, karakter, sifat, kemampuan, dan hal hal yang bersifat materi. Tiap orang juga punya daya tarik yang berbeda. 
2. Selalu teringat pada orang yang dicintainya, baik fisik, tingkah laku, maupun interaksi yang pernah terjadi. 
3. Adanya pengorbanan. Perasaan cinta menimbulkan perasaan ingin berbuat apa saja yang dapat menyenangkan atau membahagiakan orang yang kita cintai. Tapi, perlu diingat bahwa pengorbanan tidak berarti “penyerahan diri” (merendahkan diri, mengabdi, merelakan diri untuk diperlakukan apa pun). 
4. Ada ketertarikan seksual. Ketertarikan seksual ini diwujudkan dalam bentuk keinginan untuk dekat secara fisik (ingin terus bertemu), muncul perasaan rindu, keinginan untuk disentuh, dibelai, dicium, dan sebagainya. 

Cinta pada pandangan pertama 
Cinta pada pandangan pertama itu baru tahap jatuh cinta atau pesona pada ketertarikan fisik saja. Cinta seperti itu digolongkan dalam passionate love yang ditandai oleh rasa rindu yang hebat untuk bertemu. Berbeda true love yang lebih dewasa, sangat jauh dari emosi yang menggebu gebu dan merupakan perpaduan antara rasa kasih sayang yang mendalam, pengertian, komitmen, dan keintiman. Ketertarikan atau pesona pada pandangan pertama bisa saja kemudian berubah dan berkembang menjadi true love setelah diikuti dengan proses berikutnya, yaitu perkenalan dan penjajakan. 

Beda cinta dan sayang 
Sebetulnya kedua hal ini adalah bagian yang berkaitan dengan perasaan, afeksi, dan emosi dalam kehidupan manusia. Keduanya adalah bagian penting yang dapat menenteramkan perasaan manusia. Hanya saja, masyarakat membedakan “cinta” itu untuk lawan jenis (cewek/cowok) dan “sayang” itu berlaku umum (ortu, saudara, teman, atau sahabat). Jika pembagiannya demikian, cinta itu mengandung unsur erotis atau gairah, sementara rasa sayang umumnya tidak mengandung erotis atau passion. 

Dampak cinta bagi kita 
Cinta memiliki dampak positif dan negatif dalam kehidupan kita . Oleh karena itu, cinta sebetulnya membutuhkan kematangan agar cinta dapat bermakna positif bagi kehidupan kita. 
1. Banyak problema cinta yang cenderung menguras energi dan emosi kita seperti: putus, naksir sepihak, ngelaba alias selingkuh, dan konflik dengan pacar atau ortu. Pengalaman ini bisa mendukung kita menjadi lebih matang, atau malah sebaliknya jika belum siap, bisa menyebabkan kita menjadi kurang produktif seperti melamun, malas bergaul, prestasi menurun, dan sebagainya. 
2. Perasaan cinta bisa mendukung perubahan perilaku yang progresif. Cinta kadang kadang dapat memotivasi kita untuk bertingkah laku lebih baik, misalnya seseorang yang tadinya malas belajar jadi rajin belajar, rajin gaul, dan ikut aktivitas positif lainnya. 
3. Sebaliknya, perasaan cinta juga dapat membuat seseorang malah menunjukkan perilaku yang regresif, ketergantungan pada orang lain, atau melakukan hal hal negatif yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Misalnya mulai berani berbohong sama ortu dan sebagainya. 
4. Belajar mengenal dan menerima orang lain dalam kehidupan pribadi. 
5. Jika tak kuat iman, kita bisa terjebak melakukan hubungan seksual sebelum waktunya. 
6. Banyak berfantasi (melamun) yang jika dilakukan berlebihan merupakan tindakan memanjakan diri.