Senin, 23 September 2013

wanita (mandiri) itu

Wanita mandiri itu adalah dia yang selalu tersenyum walaupun dia tahu ini tidak akan mudah. Dia akan selalu membuka hatinya untuk siapa saja yang ingin mendapatkan rasa aman. Dia tidak pernah mengharapkan balasan jika nyatanya yang dia berikan tidak sebanding dengan apa yang mereka berikan. Dia selalu memiliki cara untuk tersenyum walaupun dunia menjauh darinya. Dia yang selalu tahu bagaimana caranya untuk berdiri ketika banyak cobaan mengoyahkan langkahnya. Dia selalu tahu bagaimana bersabar untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya.

Wanita mandiri itu adalah dia yang selalu mencoba melakukan yang terbaik namun dia siap dengan kemungkinan terburuk sekalipun. Dia selalu berusaha untuk tetap tegar walaupun banyak cara untuk menjatuhkannya. Dia tahu bagaimana caranya untuk menjaga hati demi yang tersayang. Dia mengerti bagaimana harus bersikap ketika banyak persaingan yang tidak menyehatkan. Dia tidak ingin merepotkan banyak orang hanya demi kepentingannya sendiri. Dia mau merendahkan hatinya hanya untuk memberikan kesempatan kepada orang lain. Dia yang selalu menunggu dengan tulus tanpa harus menuntut yang lebih. Dia tidak mengharapkan sejuta pujian untuk membuatnya tersanjung, karena dengan sebuah senyuman dia mampu mengerti akan rasa yang dia punya. Dia selalu melangkah dengan pasti walau dia tahu kalau didepan sana banyak cobaan yang menanti.

Wanita mandiri itu selalu berani mengambil resiko namun dia selalu bijak dalam menentukan pilihan. Dia tidak pernah dengan cepatnya melupakan sebuah janji, karena bagi dia janji adalah hal yang harus ditepati. Dia selalu menuturkan apa yang dia rasakan dengan lembut walaupun dia tahu dia kadang tidak pernah sedikitpun diperdengarkan. Dia selalu dengan ikhlas membantu walaupun kadang bantuan itu dianggap sebelah mata oleh orang yang meremehkannya. Dia selalu memiliki maaf yang tulus karena baginya maaf adalah jalan untuk memberikan kasih. Dia tidak pernah menuntut semuanya menjadi sempurna. Karena dia tahu tidak ada yang sempurna didunia ini. Dia tahu bahwa, "bagi mereka pencari kesempurnaan, mereka harus siap dikecewakan oleh apa yang dicarinya". Dia selalu memiliki rasa yang utuh yang akan diberikan kepada yang tercinta.

Wanita yang mandiri itu bukan berarti tidak pernah menangis. Karena bagi dia air mata adalah rasa yang tidak pernah terungkap. Dia tidak ingin dipandang lebih, karena bagi dia kesederhanaan adalah kesehariannya. Dia ingin tampil apa adanya, dipandang bukan dari mana dia, tapi karena siapa dia saat ini. Dia selalu tampil anggun meskipun dia bukan terlahir sebagai putri. Dia tahu bagaimana harus memperlakukan orang. Dia tidak pernah membeda-bedakan dengan siapa dia berucap. Karena bagi dia semuanya adalah sahabat. 

Wanita mandiri itu tidak harus memiliki tampilan fisik yang dapat memukau banyak mata lelaki. Dia selalu tampil dengan caranya sendiri. Dia tidak ingin dipandang terlalu berlebihan. Dia ingin mendapati dirinya dianggap sama seperti yang lain. Bukan karena tangguh atau karena sikap sok tegarnya. Namun, dia yang mandiri adalah dia yang selalu mendapat nilai plus dimata orang awam tanpa harus mendeklarasikan siapa dirinya.

Wanita mandiri itu mencoba untuk memantaskan hatinya menjadi yang terbaik untuk yang terbaik. Tidak perlu harapan yang berlebihan. Dia ingin dicintai dengan sederhana, bukan dengan cara yang luarbiasa. Karena baginya, keutuhan itu hanya bisa didapat jika dua pihak saling mencinta. Bukan tentang dicinta dan mencintai namun pada arti sebuah cinta untuk mereka jalani. Wanita mandiri memiliki keanggunan yang tak tertandingi, meski banyak orang selalu meremehkankannya. Dia tidak pernah menyimpan dendam. Karena bagi dia dendam hanya akan menjadi sampah hati yang membebani. Dia tahu caranya menikmati hidup. Karena bagi dia bahagia adalah hak untuk setiap orang. Bagi wanita mandiri, bahagia itu sederhana. Melakukan yang membuatnya bahagia. Dan meninggalkan sesuatu yang hanya membuatnya sendih. Dan dia tahu kalau semua ini akan berlalu. 

Jumat, 13 September 2013

WHO ARE YOU ?

Hei, siapa kamu ? Kamu yang setiap harinya ada dalam pikiranku ? Kamu menyapa dengan tidak sopannya hingga membuat aku letih dengan sapaanmu. Harusnya aku tidak suka dengan ketidakpastian ini. Menyapa dengan sesukamu, meninggalkan sebuah cerita lalu dengan mudahnya kamu pergi begitu saja. Sementara ? Yah, aku rasa begitu adanya. Terlalu lugas jika harus menyimpulkan dalam waktu yang sekejap. Bukankah semua itu butuh proses ? Ah kalimat yang terlampau klise untuk diperdengarkan. Karena memang kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok. Yang kita tahu apa yang terjadi kemarin itu adalah sebuah cerita yang tidak bisa diulang kembali. Lalu, bukannya kamu hadir dalam masaku yang sudah lalu ? Lalu maumu apa lagi ? Apa kurang segala perilakumu yang hanya membuatku selalu mempertanyakan emosiku sendiri ? Dalam sekejap kamu bisa merubah keadaan menjadi lebih baik dan begitu juga menjadi lebih buruk. Coba katakan siapa kamu ? Sejak awal aku tidak pernah mengenal sosokmu yang tiba-tiba ada dalam hiudpku. Mungkin bisa dipastikan ini sama seperti yang lain. Namun mengapa aku selalu mengalami hal yang berbeda jika itu kamu. Kamu yang tiba-tiba membuatku mengerti apa itu yang namanya berharap ? bahkan aku sudah lebih jika harus memberatkan diriku jika harus terlalu berharap akan sesuatu yang tak pasti.  Lalu berharap yang seperti apa lagi yang kamu hadirkan ? Sesaat. Karena terlalu nyata jika itu hanya dimainkan dalam kata-kata yang merangkai sebuah perasaan. Ini terlalu basi jika harus mengungkapkannya dalam satu kata yang mengungkap segalanya. Coba, sejenak mari kita renungkan. Kebetulan ? Lalu, bukannya tidak ada yang kebetulan didunia ini ? Rencana Tuhan ? Oh Tuhan, semacam apa lagi ini ? Bukannya ini terlalu impossible. Kedengarannya terlalu pesimis. Tapi seperti itulah keadaannya. Terlalu nyata, jelas, dan gambalang untuk berkata "tidak". Alasan mana lagi yang masih kamu ragukan ? oya, memang sudah tidak ada alasan lagi untuk kembali duduk bersama dan mengkompromikan segalanya. Logika terlalu bermain dalam hal ini. Walk away itu jalan yang memang harus ditempuh. Logika oh logika. Apakah logika membuat orang tidak mau bahkan tidak berniat untuk berjuang ? Tapi kali ini bukan tentang berjuang, tapi lebih pada sebuah pertanggungjawaban akan kejujuran. Oke, bisa dipahami jika ada yang mengatakan kalau jujur itu menyakitkan. Tapi apakah tidak ada cara bijak lain yang bisa memperhalus kejujuran itu supaya menghambarkan sakit ? Hahaha. Terlalu berat jika harus dipikirkan detailnya. Kadang harus dimengerti kalau segala pertanyaan itu tidak perlu ada jawabannya. 

Lalu, siapakah kamu ? Kamu yang setiap harinya hadir dalam mimpi-mimpi dimalamku ? Sepertinya terdengar sedikit puitis. Tapi bagaimana kalau itu kenyataannya. Bukannya takut untuk menghadapi kenyataan tapi kali ini terlampau jelas supaya logika bermain untuk lebih berpikir realistis. Alasan mana lagi yang bisa dipertahankan untuk berjuang. Dengan tegas menjawab "tidak ada". Karena memang tidak ada. Toh, buat apa memperjuangkan sesuatu yang nyatanya tidak mau bahkan tidak memperjuangkannya balik. Itu terlalu konyol. Biar saja. Anggap saja ini semacam angin lalu yang sudah jauh tertinggal dibelakang sana. Bukankah ini hanya masalah waktu ? Waktu yang menghadirkan kejutan ini, maka waktupula yang akan menguapkan setitik kejutan ini. Bukan tentang euforia dan denial, karena memang dari awal lebih memilih untuk menikmatinya. Bukan tetang tergantung tapi lebih pada kebiasaan. Hingga jika nanti semuanya kembali ke kehidupan normal, tidak ada lagi bayangan-tidak-sopan-itu karena semuanya akan berlalu. Apa yang terjadi kini itu akan pergi. Pergi untuk kembali ke dunia yang memang seharusnya cukup bisa untuk dimengerti. 

Siapa kamu ? Kamu yang membuat aku mati-matian belajar tentang arti dejavu. Sebentar, dejavu ? Apa itu ? Sedikit demi sedikit mencoba untuk menguraikannya. Anggap saja ini hanya bunga tidur dan esoknya tanpa sengaja terjadi apa yang memang bisa dipastikan hampir mirip dengan bunga tidur itu. Sudah, jangan anggap berlebihan tentang ini. Karena semuanya terlampau jelas perbedaan itu. Bukan lagi sebuah ketakutan atau apa yang membuat berat melepaskan sesuatu yang memang tidak bisa digenggam. Karena semuanya sudah ada jalan pasti yang akan dilalui. Percaya saja, akan lebih banyak kejutan lagi didepan sana. Meski bahagiamu hanyalah bahagianmu saja, dan anggap apa yang sudah terjadi itu kejutan dari Tuhan yang tidak bisa tergantikan. Siapakah dirimu ? Dirimu ternyata menjadikaku semakin tangguh. Tangguh untuk lebih berani menghadapi kenyataan dan menjemput mimpi. Karena kamu yang aku kenal mungkin hadir untuk semakin menguji seberepa ikhlas aku dalam menjalani, menerima, memberi, dan melepaskan. 

Senin, 09 September 2013

unreasonable

Tanpa ada alasan semuanya terjadi sebagai mana mestinya. Seperti hujan yang memang seharunya turun di musimnya. Seperti daun yang jatuh ketika seharusnya begitu. Tidak menyangkal untuk terjadi. Namun semuanya ada dan nyata dihadapan. Lalu semacam apakah yang memang hanya sesaat tanpa permisi ? Bukan untuk dipertahankan atau diperjuangkan. Apa daya untuk menjadikannya semua seperti yang diharapakan ? Ataukah ada daya lain untuk menghentikan semuanya seperti yang ingin terhindarkan ? Sudahi saja segala ekspektasi yang merajalela tanpa akhir. Tidak ada yang kebetulan. Memang begitu adanya. Mungkin hanya masalah waktu. Fakta demi fakta menjadikannya nyata. Bukan untuk melanjutkan langkah tapi lebih pada lebih berhenti untuk berharap. Pesismis. Apatis. Atau semacamnya. Mungkin seperti itu adanya. Tapa alasan semuanya menjadi sebuah kenangan yang semakin berat untuk ditinggalkan. Marah, benci, rindu dan entahlah menyatu menjadi satu akan apa yang dinamakan dengan sebuah pemberhentian harapan. Ini hanya semacam kilasan untuk sejenak kembali merefleksikan diri. Atau mungkin ini semacam langkah untuk kembali menemukan jalan lanjutannya. Saling bertegur sapa namun semakin membukakan kenyataan untuk saling mengabaikan. Peduli atau tidak peduli itu semacam pertimbangan. Karena kadang menjadi sosok yang pura-pura tidak peduli itu lebih menyusahakan dibandingkan menjadi sosok yang sok peduli. Seperti berjalan dalam sebuah ruang yang tidak tahu dimana akhirnya. Ini akan berlalu. Ini hanya masalah waktu. Waktu yang menghadirkan segalanya yang berupa kejutan, maka waktu juga yang nantinya akan menghanyutkan segala asa yang memang semetinya untuk dihindari. Saling memaklumi dan lebih terbuka dengan logika yang sesungguhnya. Siapa yang harus mengalah ? Bukan tentang mengalah, namun lebih pada penerimaan akan keadaan yang tidak bisa dipersalahkan. Mungkin ini akan menjadi penggalan kisah bisa ditebak dimana ujung ceritanya. Tidak perlu dibuat semakin berbelit. Bukan siapa-siapa itu mungkin bisa dijadikan logika. Lgika yang beralasan menerima dengan lapang akan kenyataan yang memang tak berpihak. Terima saja. Akan ada saatnya memaklumi itu adalah jalan yang terbaik akan semua pertanyaan. Tidak perlu lagi membuang banyak waktu karena nantinya semua akan terbukti. Bukti yang nyata kalau ini hanya persoalan waktu. 

Kamis, 05 September 2013

SO......

Hei kau mimpi, rasa-rasanya baru kemarin aku menghindar dari mimpi-mimpi yang selalu menyambangi disetiap malam. Membungkam dalam sebuah ekspektasi yang selalu ingin aku hindari. Perlahan-lahan sepertinya kamu semakin mendekat dan semakin jelas saja. Lalu apa maumu ? Hei, lihat macam apa ini. Sebuah harapan yang tiba-tiba lahir dari sebuah ketidaksengajaan. Waktu demi waktu semakin membuka tabir itu. Semacam tabir yang ingin selalu terhindari. Namun nyatanya selalu hadir lagi dan lagi. Detail-detail yang semakin jelas membuka setiap rasa yang juga ingin terabaikan. Ini hanya semacam euforia. Euforia yang hanya sesaat dan akan menguap seiring berjalannya waktu yang tidak lagi mengenal kompromi. Yah, berharap seperti itu. Mana ? Mana kata yang sempat menjadi sebuah pengakuan. Hanya sebatas itu ? Mungkin bisa dipahami. Yah, karena itu memang hanya sesaat. Dan dalam sekejap semuanya tidak lagi bermakna. Mungkin memang lebih baik perlahan berjalan keluar dari sebuah lingkaran yang hanya akan mengurung dalam ketidakpastian semata. Lupakan saja apa yang sudah terjadi, masukkan saja semuanya dalam bingkaian kenangan bersama dengan album cerita lainnya. Yang mungkin hanya begitu dan tidak pantas untuk dilanjutkan. Itu tidak seberapa. Banyak hal yang harus bisa lebih dimengerti lagi. Mencoba untuk lebih membuka logika untuk menujukkan jalan mana yang seharusnya ditempuh. Ini hanya semacam pertemuan singkat dalam sebuah perjalanan yang tanpa sengaja bertemu dipersimpangan dan saling menahan untuk saling bertegur sapa. Lantas, ketika waktunya sudah habis, saat itulah saling mempersilahkan untuk pergi untuk melanjutkan langkah. Lihta ini bukan apa-apa. Pengakuan itu hanya akan meninggalkan sedikit goresan. Entah itu goresan apa, karena memang mungkin seharusnya begitu adanya. Lupakan saja semua malam-malam yang pernah terlewati. Semua cerita-cerita yang pernah terangkai dan semua ungkapan yang tersirat itu. Itu hanya pelengkap untuk perjalanan. Hingga akhirnya semua itu hanya tertinggal jauh dibelakang sana nantinya. Ada kalanya melepaskan itu menjadi sebuah pembuka jalan. Karena saling mempertahankan hanya akan menimbulkan sebuah persoalan baru. Tertahan dalam asa yang tak sempat dimengerti hanya akan mengacaukan segalanya. Sama-sama tahu kalau lorong gelap itu hanya akan semakin gelap jika tak ada satu yang membukkan jalannya. Untuk apa sebuah pengakuan jika nyatanya tidak ada usaha untuk saling memperjuangkan ? Bukankah itu hanya omong kosong. Sebuah kelegaan bukannya didapat namun yang ada hanyalah sebuah rasa yang ingin segera terabaikan. Ini nyatanya, hanya sesaat dan menghilang bersama dengan ketidakberanian diri untuk saling mengupayakan. Yang ada saling menjauh untuk saling melupakan. 

Rabu, 04 September 2013

time flies so fast

Ini hanya semacam perputaran yang terus menerus berulang hingga kita temui sebuah titik dimana kita sendiri kadang tidak bisa sadar dimana kita berada. Waktu yang menghadirkan segalanya. Meski banyak orang mengatakan tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Yah, memang begitu adanya. Ada kalanya dimana kita harus mampu mengerti kalau sebuah cerita itu trelahir tanpa kita sadari. Ada dan berjalan sebagaimana mestinya semua itu harus terjadi. Kamu percaya dengan adanya Tuhan ? Yah, berarti kamu juga harus percaya kalau sudah ada skenario luar biasa juga untuk kita. Tuhan selalu menghadirkan berbagai macam pertanda lewat apa saja, mungkin semacam mimpi ataupun pertanda lain, entah itu apa. Manusia tidak bisa memungkiri lagi kalau nyatanya itu yang memang harus terjadi. Terjadilah apa yang memang seharusnya terjadi. Kalau kata orang Jawa, "manungsa mung sederma nglakoni." Kita tidak akan pernah tahu awalnya dan dimana nanti kita akan mengakhiri perjalanan panjang ini. Namun yang pasti bisa kita lakukan adalah selalu "aware" dengan apa yang trejadi saat ini.

Ketika ada pertemua pasti ada pepisahan. Bukankah itu sudah harga mati ? Yah karena memang itu adanya. Lakukan apapun yang memang semestinya kita lakukan. Berusaha saja untuk tidak mengharapkan balasan. Meskipun itu sepertinya tredengar naif dan bodoh. Namun coba kali ini kita bermain dengan sedikit teori. Ketika kita melakukan sesuatu dan kita mengharapkan balasan, itu sama saja dengan kita sedang melakukan sebuah investasi. Dimana menurut ilmu ekonomi, dalam sebuah investasi itu yang diharapkan pastinya sebuah laba yang menyenangkan bagi investornya. Dan pastinya juga para investor menghindari apa itu yang dinamakan dengan rugi. Namun itu adalah dua kemungkinan yang memang harus diterima dan siap didapati oleh seorang investor. Sama saja ketika kita melakukan kebaikan pada seseorang, kita selalu ingin dianggap dan mengharapkan sebuah balasan, kita sama saja mengharapkan mendapat laba dari apa yang kita lakukan. Namun, ketika kita tidak dianggap dan tidak mendapatkan balasan setimpal dari apa yang kita lakukan pasti kita akan merasa kecewa dan banyak emosi lainnya yang menyertainya. Nah, beda halnya jika kita melakukan kebaikan tanpa pamrih. Kita tidak pernah mengharapkan balasan. Kita melakukannya dengan tulus, entah itu nantinya akan mendapatkan balasan setimpal atau tidak itu urusan belakangan karena sejatinya kita melakukannya tanpa tujuan untuk investasi.

Baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain. Cukup menurut kita belum tentu cukup buat orang lain. Ini sangatlah wajar tejadi. Taukah kamu apa yang kadang membuat kita merasa sakit dan kecewa ? Ketika kita memprioritaskan sesuatu tapi ternyata yang kita prioritaskan itu hanya menganggap kita sebagai second option, inilah yang membuat banyak orang kecewa dan tidak lagi melakukan kebaikan sebagaimana mestinya. Meskipun banyak hal dilakukan tanpa harus memiliki alasan, karena itulah yang dinamakan dengan ketulusan. Semua pertanyaan itu tidak harus terjawabkan dengan logika, karena tidak semua logika itu bisa menjawab sebuah perasaan. Ini mungkin semacam hukum alam. Disinilah kita diuji untuk semakin menguatkan kepercayaan kita akan sesuatu yang dinamakan dengan keajaiban. Banyak hal yang terjadi dalam hidup kita dengan tiba-tiba, meskipun itu tidka trejadi begitu saja, namun akan banyak kisah yang nantinya akan menyertainya. Lalu apa yang bisa menguji segala yang terjadi saat ini ? Yah, hanya waktu. Meskipun waktu akan memapu menggilas bagi mereka yang tidak siap dengan perubahan. Namun waktu akan mampu menghadirkan banyak kisah yang sebenarnya selama ini selalu dipertanyakan. Percayalah meski waktu berlalu begitu dengan cepat, disaat itu juga kita akan bersyukur karena detik yang baru saja berlalu dari hidup kita itulah yang paling berharga. Karena detik itu tidak akan lagi terulang dan semua hanya akan tersimpan dalam sebuah kata kenangan.