Kamis, 13 September 2012

Everything Must Go

kamu ingin tahu bagaimana rasanya sakit itu ? bayangkan ketika kamu harus melihat apa yang kamu ingini tapi nyatanya tidak bisa kamu miliki, bahkan mungkin kamu harus rela melihatnya dengan gamblang dan nyata di depan kamu. Dan mungkin itu bahkan akan lebih menyakitkan ketika sebuah senyuman mau tidak mau harus terurai untuk mengiringi sebuah kerelaan yang mungkin mau tidak mau harus kita berikan.

Kamu masih ingat kapan terakhir kamu terjauh ? Yah mungkin itu akan membuat kita sejenak untuk berhenti untuk menyembuhkan bekas luka yang mungkin sampai kapan penyembuhannya hanya kita sendiri yang kita tahu. Namun itu semoga tidak akan bertahan lama ketika kita tahu bagiaman caranya kembali untuk berdiri.

Kamu ingin tahu bagaimana rasanya berbohong ? Mungkin semua sudah pernah merasakannya. Menyiapkan bermacam-macam topeng untuk mengkamuflasekan apa yang sebenarnya terjadi atau bahkana apa yang sebenarnya dirasakan. Memang benar jika nyatanya kita bisa menutup mata kita untuk tidak melihat sesuatu yang memang tidak ingin kita lihat. Tapi kita harus tahu kalau kita mungkin tidak akan pernah bisa menutup hati kita untuk sesuatu yang memang senyatanya kita rasakan. Ini bukti kongkritnya. Jangan persalahkan keadaan jika ternyata kita tidak mau dan tidak pernah terbuka akan sebuah kenyataan yang memang terjadi untuk kita, entah itu yang menyenangkan atau mungkin yang buruk sekalipun.

Kamu pastinya masih ingat bagaiaman rasanya kecewa. Ah ini. Orang yang tangguh mungkin bisa dilihat dari kapasitas dia mengikhlaskan sesuatu dan bersabar dengan kenyataan yang menghampirinya. Jangan pernah menyepelekan sebuah kekecewaan. Walaupun realnya itu menyakitkan namun itulah yang jadi batu loncatan kita untuk menjadi pribadi yang tangguh dan tegar. Jangan pernah berharap menjadi seperti batu karang, karena ia akan terkikis oleh deburan ombak yang datang silih berganti. Berharaplah akan menjadi sebuah kaktus yang tidak akan pernah mati walaupun kekeringan menimpannya bahkan ia akan selalu menyimpan sumber air yang akan berguna bagi sesamanya saat kekeringan melanda. Ia bisa menjadi pribadi yang mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain. Bahkan dia bisa menyakiti namun tidak berniat untuk menghabisi.

Kamu tahu bagaimana rasanya sepi itu ? Ingatlah ketika malam menjemput dan nyatanya hanya sepanjang gelap yang menjadi sebuah pandangan namun ia tidak pernah memberikan suaranya untuk membalas tanya kita. Hanya mampu terdiam dengan segala repress yang ada, mungkin sampai penat melanda ketika sejuta pikiran datang silih berganti namun tidak kunjung mendapatkan jawabannya.

Kamu tahu apa itu rindu yang terlarang ? Bahkan mungkin merasakan sebuah kerinduan namun tidak tahu pasti untuk siapa rindu itu tertuju. Mungkin hanya untuk merasakan sebuah hasrat yang tertahan. Redamkanlah selagi kita mampu menahan segala kerinduan itu. Karena itu hanya akan membunuh kita dengan sebuah ilusi harapan bahkan akan menghadirkan sebuah bayangan yang semua dan menjadikan segalanya mungkin hanya akan bertambah runyam.

Kamu ingin tahu bagaimana rasanya melepaskan ? Bayangkan ketika kamu memiliki atau mungkin hampir memiliki namun ternyata itu tidak baik untuk kita, entah darimana kita bisa menyimpulkan kalau itu tidak baik untuk kita. Kenyataannya melepaskan itu yang memang menjadi sebuah pilihan ketikda tidak ada pilihan lain jika satu jalan tertutup oleh sebuah kemungkinan.

Apakah kamu tau bagaimana rasanya harus berucap "aku turut bahagia untuk hidupmu" ketika dalam hati nyatanya berucap "jangan tinggalkan aku" ? Harus dengan sekuat hati membiarkan apa yang kita mau menjemput mimpinya dengan semua cita dan cinta yang dia miliki. Sulit, itu tidak bisa dipungkiri lagi. Bayangkan ketika harus mencapai puncak gunung sekalipun harus melewati setiap jalan terjal bahkan tidak terprediksi sebelumnya untuk melihat indahnya sebauh matahari terbit. 

Tidak akan ada habisnya memang melukiskan sejuta kecemasan dan ketakutan jika harus berjalan sendirian. Pasti tidak pernah terpikirkan oleh kita ketika Tuhan membiarkan keadaan seperti ini berarti Dia masih percaya jika kita masih bisa untuk bertahan dengan keadaan ini. Setiap cobaan dan masalah itu pasti datang silih berganti dan akan membuat sebuah luka jika kita hanya ingin merapatinya, namun jika kita mau merenungkannya dibalik sejuta kekuatiran itu ada sebuah nilai kehidupan yang tidak ternilai harganya untuk level kehidupan kita selanjutnya. 

Yah pasti bisa membayangkan ketika ketidakpastian rasa berkecamuk bahkan air matapun rasanya sudah kering untuk mengurai semua rasa, atau mungkin hanya merindukan sebuah pelukan dengan ucap "semua akan baik-baik saja", in fact ? Nothing. Ingin pastinya sangat menyesakkan. Namun yakinlah disetiap sela kesakitan kita ada sebuah bisikan kalau Tuhan mempercayakan masalah ini datang karena Dia yakin kita mampu melaluinya. 

Senin, 10 September 2012

3 M

Manusia dikarunia panca indra untuk meraba, melihat, mendengar, membau, merasa. Untuk apa semua itu ? yah untuk melakukan apa yang memang seharusnya difungsikan. Tapi kadang manusia membisukan mulutnya, membutakan matanya, dan menulikan telingannya akan apa yang terjadi disekitar mereka. Apa sebenarnya yang sudah terjadi ? Sudah bergeser sepertinya peradaban yang terjadi pada manusia saat ini. Kadang mata kita hanya terbuka bagi mereka yang senyatanya memang penting untuk kita lihat. Telinga kita lebih sedia mendengar untuk mereka ynag hanya memang dirasa pantas didengar oleh kita. dan mulut kita kadang hanya bisa berucap untuk mereka yang sekiranya pantas untuk kita sapa atau mungkin berbincang. 

Bukan hal yang tabu lagi jika banyak diantara kita yang saling terbiasa untuk menjantuhkan, saling memfitnah dan lebih lagi saling mengandalkan ego masing-masing. Masih adakah apa itu yang dinamakan dengan kasih ? Ah itu pasti sudah menjadi cerita lama jika kita masih mau mendengarkan dan mempedulikan perasaan orang lain dan mau mengorbankan diri sendiri. Pasti kalimat ini terdengar dan terkesan ambigu. Mana mungkin kita mau mendahulukan orang lain dibandingkan diri kita sendiri ? Ah pastinya konyol dan mustahil sekali jika hal ini masih menjadi tradisi kita saat ini. Saat ini itu sepertinya lebih memasuk akalkan apa yang memang dulu sekiranya bukan menjadi sebuah kebiasaan. Contoh simpelnya, selingkuh. Mungkin dulu hal itu masih sangat tabu dan lebih jarang dilakukan oleh kebanyakan orang. Tetapi untuk saat ini sepertinya sudah menjadi hal biasa dan tidak tabu lagi apa itu yang namanya tikung menikung atau apalah istilah yang diciptakan dengan kreatifnya.

Oya, sepertinya saat ini juga hal yang dianggap klise sudah semakin dianggap remeh. Contohnya seperti ini, jika ada sebuah masalah, kebanyakan orang selalu menuntut untuk mencari penyelesaian yang sekiranya masuk akal dan gamblang untuk jalan keluarnya, ketika ada orang yang mengatakan "berdoalah" pasti seketika akan bnayak penyangkalan yang akan keluar dari mulut kita. Yah memang saat ini logika sangat mengambil peranan penting dalma kehidupan kita. Namun apakah logika itu akan mampu menutupi perasaan kita ? Lalu untuk apa kita memiliki perasaan ? Kita memiliki seribu alasan untuk melogikakan sesuatu tapi apakah kita mempunyai satu alasan untuk merasakan sesuatu ? Ini hanya sebagian kecil saja. Mungkin memang tidak bisa di generalisasikan antara satu orang dengan orang lain ketika memainkan peran logika dan perasaan, karena setiap orang memiliki kecenderungannya masing-masing.

Memang setiap orang itu memiliki caranya masing-masing untuk menjalani hidup yang mereka punya. Namun karena semakin realitisnya orang dalam menjalani hidup, kita kadang menjadi lupa esensi yang bisa kita dapat dari perjalanan ini. Apakah saat ini terpikirkan oleh kita ending hidup ini ? Ah mungkin masih jauh dari pemikiran kita, masih muda ini, mungkin simpel mikirnya seperti itu. Tapi apa iya perjalanan hidup ini akan ditebus untuk sebuah ending di akhir perjalanan cerita semata ? Ini kembali lagi ke pribadi masing-masing. Tapi apa salahnya juga kalau mulai saat ini kita mencoba menjadi pribadi yang baik ? Ah pasti akan terdengar munafik dengan pernyataan barusan. Akan banyak keluar argumen untuk membantah sebuah pernyataan barusan. Ah biarlah, karena hal yang paling tidak bisa dibentuk itu ya opini orang tentang kita dan apa yang kita ucapkan.

Ada banyak hal, cara atau mungkin rumus dalam menjalani kehidupan ini. Orang menjadi guru, insinyur, petani, aapapun itu sudah menjadi baik untuk hiudp kita masing-masing saat ini. Ini tentang 3M. Bukan berarti 3 milyar lho. Ini mungkin bisa dikatakan sebuah saran atau apalah tergantung siapa dan bagaimana orang itu melihatnya. Ini dia tentang 3M itu. 

Pertama, MENDENGARKAN. Banyak dari kita tahu apa itu arti dari mendengar. Tapi kita lebih cenderung mendengar dari pada mendengarkan. Bedanya, kalau kita mendengar mungkin itu hanya terkesan mendengar namun hati kita tidak ikut mendengar apa yang orang ceritakan kepada kita. Pernahkan terpikirkan oleh kita dengan mendengarkan kita bisa menghargai orang lain ? Tidak banyak orang yang bisa mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan menceritakan dengan mudahnya seperti yang terpikirkan oleh kita. Namun dengan mendengarkan dengan antusias, itu akan memberi sebuah aura positif kepada seseorang karena mereka merasa dihargai dan meraksa kalau dirinya itu dipedulikan dengan cara kita mendengarkan. Memang terkesan mudah kalau kita mendegar, tapi bagaiamana cara kita mendengarkannya dengan sepenuh hati ? Seperti banyak yang orang bilang, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Itu menjelaskan kalau bnayak dari kita yang kadang lebih memilih untuk terlihat mendengar daripada memang benar-benar mendengarkan. Seorang good listener itu akan selalu memiliki nilai plus karena dia bukan hanya menyediakan telinganya untuk mendengar namun hatinya juga untuk memperhatikan sehingga dengan begitu orang yang bercerita akan merasa lebih dihargai. 

M yang kedua yaitu MEWARTAKAN. Kita dianugrahi mulut sebagai salah satu panca indra yang kita miliki. Dengan mulut kita bisa memberi arti pada seseorang. Apa yang terucap dari mulut kita seperti dua mata pisau. Ketika kita bisa mengucapkan kata-kata baik, hal itu akan menjadi sebuah nilai positif bagi orang lain dan bagi diri kita sendiri. Tetapi jika mulut mengucapkan kata-kata yang tidak baik, hal itu akan menjadi nilai negatif bagi orang lain dan diri kita sendiri. Kata-kata yang terucap dari mulut kita dapat memuji orang, mengatakan keindahan, menyanjung dan mengucapkan apa saja yang memang lebih indah untuk didengar. Namun dengan mulut kita bisa menyakiti orang, bahkan mulut bisa lebih tajam daripada pisau jika memang tidak bisa dipergunakan sebaik mungkin. Jadi, kita dianugrahi mulut untuk mewartakan yang baik bagi sesama kita, jangan sampai apa yang terucap hanya bisa menyakiti orang lain dan bisa mengurangi nilai yang kita punya.

Dan M yang terakhir yaitu MENJADIKAN SEGALA-GALANYA BAIK ADANYA. Apa yang disekitar kita itu sebenarnya baik segala-galanya. Namun atas kesotoian kita, kadang apa yang memang diciptakan baik adanya menjadi jelek bahkan tidak bermakna karena penilaian dan judgement yang kita buat sendiri. Semua itu tidak ada yang jelek, tinggal bagaimana kita mau memaknai apa yang ada disekitar kita itu dan menjadikannya sesuatu yang bermakna. Ketika hujan, orang merindukan panas. Ketika panas orang merindukan hujan. Seperti itulah yang menjadikan semuanya menjauh dari apa yang memang sudah semestinya. Kite cenderung menilai sesuatu dari apa yang kita lihat saja tanpa mau tau apa yang memang sebenarnya terjadi. Itulah mengapa kadang kita dibutakan oleh apa yang kasat mata dan tertutup dari apa yang semestinya. Buka mata, hati dan telinga. Menyadari kalau semua itu diciptakan baik adanya, kalau ada yang jelek atau bagaimana itu hanya tergantung dari penilaian kita sebagai manusia yang seharusnya tahu akan anugrah yang luar biasa untuk kita. Yah, segala-galanya ini, hidup ini pastinya. 

Jumat, 07 September 2012

FORGIVE TO FORGET

Setiap orang memiliki caranya masing-masing. Tidak ada hal yang bisa digeneralisasikan untuk menyamakan antara pribadi satu dengan pribadi yang lainya. Mungkin adanya teori hanya untuk lebih menyelaraskan perbedaan-perbedaan yang memang diciptakan untuk lebih bisa membuat hal yang ada di muka bumi ini lebih bervariasi lagi. Banyak orang yang tidak setuju dengan teori yang menganggap enteng apa itu hal yang menurut mereka tidak sesimpel apa yang diomongkan. Yah itulah keanekaragaman pemikiran manusia dimana mereka selalu memiliki prespektifnya masing-masing dan mamp melihat suatu hal dengan kaca matanya masing-masing.

Kenyataan memang tidak selalu berbanding lurus dengan apa yang diharapkan. Bahkan mungkin kebanyakan orang merasa sakit hati dan tidak terima karena mereka termakan oleh ekspektasi mereka masing-masing yang memanjakan perasaannya seakan semuanya akan terjadi sesuai dengan harapannya itu. Namun sudah selayaknya kalau manusia itu harus menyadari kalau nyatanya hari-hari kita ini penuh dnegan kejutan yang kita sendiri kadang tidak bisa menebak apa yang akan terjadi pada kita. Tidak ada pilihan lain memang kecuali menghadapi dan menjalaninya. Karena hidup ini bukan masalah yang harus dipecahkan dan dicari jalan keluarnya tetapi hidup ini adalah sebuah proses yang memang harus kita jalani.

Seperti halnya ketika kita berharap dalam sebuah hubungan. Hubungan itu masih bisa dikatakan semu. Belum gamblang apa yang akan terjadi. Jika nyatanya ada kedatangan pasti akan ada istilah kepergian. Dan setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk menghadapi sebuah kepergian itu. Entah kepergian itu terjadi karena adanya kesepakatan bersama dan berakhir baik-baik, atau mungkin kepergian itu karena sebuah kesengajaan dan tidak bisa ditolerir lagi alasannya. Apapun itu alasannya, yang namanya kepergian dan kehilangan itu akna menjadikan orang tegar sekalipun rapuh jika sudah berbicara tentang perasaan. Namun, itu semua tergantung kapasitas dan tengang waktunya  masing-masing. Tapi pastinya apa itu yang dinamakan dengan kepergian atau kehilangan pastinya akan menyakitkan.

Air yang awalnya tenang dan pada akhirnya terkoyahkan akan membutuhkan waktu untuk kembali kekeadaan dimana dia berada dalam keadaan tenang lagi. Sama halnya dengan diri seseorang. Ketika sebuah hubungan itu berakhir, pasti masing-masing dari mereka membutuhkan jeda untuk dirinya sendiri. Dimana jeda itu memberikan waktu dan ruang untuk dirinya mengerti dan membiasakan diri dengan keadaan yang tidak seperti semula. Tidak bisa dipungkiri memang jika masa-masa itulah yang menjadi saat terberat bagi seseorang untuk tahu bagaimana cara untuk menemukan jalan untuk dirinya kembali kesediakala sebelum semuanya terjadi.

Ini yang biasanya dialami oleh mereka yang tidak terbiasakan dengan kesendirian. Mereka yang mungkin biasanya ada teman untuk berkompromi, untuk berbagi, atau mungkin teman yang selalu menemani disetiap waktu mereka dan ternyata kebersamaan itu harus berakhir, pastinya butuh waktu untuk beradaptasi dengan keadaan baru itu. Banyak orang yang memilih untuk menjauh atau bahkan membeci mereka yang membuat hatinya sakit. Mungkin mereka merasa lebih baik demikian karena hal itu yang menjadikan mereka lebih terbiasa tidak melihat apa yang hanya akan membuat hati mereka menjadi bertambah sakit. Hal ini terjadi bukan pada kasus mereka yang berakhir hubungannya saja tetapi pada mereka yang merasa kalau ternyata cinta mereka bertepuk sebelah tangan, atau mungkin kasus-kasus lain yang membuat mereka merasakan sebuah kekecewaan yang mendalam. Apalagi penyebabnya kalau bukan karena kenyataan yang tidak sejalan dengan harapan.

Tetapi apakah benar sikap seperti itu ? Tidak ada yang bisa dikatakan salah atau benar. Itu kembali lai ke pribadi masing-masing. Sebanyak apa dan sejauh mana kita bertanya pada orang lain cara untuk melupakan apa yang sudah terjadi, itu sama saja nihil. Karena sebenarnya jawaban itu ada di dalam diri kita sendiri. Walaupun orang menyarankan a tetapi ternyata jika dipraktekkan cara a itu tidak sesuai dnegan pribadi kita itu sama saja bohong. Itulah mengapa manusia itu identik dengan individual differences. Kalau bisa menyadari hal itu akan menjadikan diri kita lebih bisa menerima apa itu yang dinamakan dengan perbedaan pendapat dan cara pandang. 

Menjauh entah bisa dikatakan sikap yang bijaksana atau tidak itu tergantung siapa yang akan memandangnya. Itu hanyalah bagian dari proses sebuah penerimaan. Penerimaan akan sebuah kenyataan yang ternyata tidak sesuai dengan harapan. Proses untuk berdamai dengan diri sendiri kalau tenyata dirinya tersakiti juga karena ekspektasinya sendiri. Karena kadang emmang benar ada sebuah perkataan yang mengatakan kalau bisa karena terbiasa. Ini hnayalah masalah proses. Jika kita mau bersabar dalam proses, sebenci apapun kita pada keadaan di masa lalu atau dimasa ini nanti pada akhirnya kita akan lelah dan mau tidak mau berdamai dengan keaadaan dan mulai terbiasa dengan keadaan yang baru. 

Apa yang nantinya kita dapati ? Ini hanya masalah waktu. Waktu yang menghadirkan sebuah kenangan, hingga nantinya waktu juga yang akan menguapkan kenangan itu. Merelakan apa yang sudah pergi kadang menjadi sebuah jalan keluar yang bijaksana karena sesuatu yang datang itu pasti pergi. Kita tidak punya daya dan kuasa untuk mempertahankan suapaya apa yang kita maui itu tetap bersama dengan kita. Yang bisa kita lakukan hanya menjaga sebaik mungkin apa yang masih ada dengan kita saat ini, hingga nanti jika apa yang kita jaga itu menghilang atau pergi, kita lebih bisa mengikhlaskan apa yang memang seharusnya terjadi. Sebenarnya menjauh untuk melupakan itu menjadi sebuah kata lain, karena pada akhirnya hanya akan ada istilah FORGIVE TO FORGET. Memaafkan itu dengan cara mengikhlaskan apa itu yang sudah berlalu. Karena sebenci apapun kita dengan masa lalu, toh itu sudah terjadi, tidak akan ada mesin pemutar waktu untuk menjadikannya berulang kembalid na untuk memperbaikinya. Apa lagi pilihannya ? Tidak ada kata lain kecuali memaafkannya, berdamai dengan diri sendiri dan keadaan untuk merelakan atau bahkan melupakan apa yang sudah terjadi. Karena apa yang sudah terjadi itu menjadi bukti betapa besar kasih Tuhan pada kita, karena mereka yang masih diberi sebuah masalah atau cobaan itu pertanda Tuhan masih percaya pada orang itu kalau dirinya mampu melewatinya dan akan naik level dalam kehidupannya. Pastinya TO BE BETTER PERSON. 


Rabu, 05 September 2012

PAY IT FORWARD !

Pernahkah terpikirkan oleh kita apa sebenarnya hakikat kita di dunia ini ? yah, pastinya setiap keyakinan manapun dan kita tahu kalau kita itu diciptakan untuk saling mengasihi dan memberi satu sama lain. Memberi dengan tulus itu menjadi sebuah nilai plus bagi setiap orang yang mau melakukan hal itu tanpa syarat. Tapi sepertinya esensi dari memberi dan mengasihi itu sudah luntur, seiring dengan berjalannya jaman yang tergerus oleh arus moderenisasi dan keegoisan yang semakin marak menguasai kehidupan kita saat ini. Orang lebih cenderung sibuk dnegan urusannya masing-masing. Bahkan kadang sampai tidak mempedulikan dimana dan dengan siapa mereka berpijak ditempat itu. Mereka lebih tertarik dengan aktivitas yang mendatangkan keuntungan bagi diri dan golonganya sendiri. Ah mungkin terlalu mengacuhkan apa itu yang dinamakan dengan sesama.

Seperti yang kita ketahui saat ini. Permusuhan, pertarungan, perselisihan, dan bahkan satu sama lain seolah menjadi momok untuk sesama. Orang semakin merasa tidak aman berada dan berdiam dimana itu yang disebut rumah halaman mereka untuk bernaung. Belum lama ini, perselisihan terjadi di Sampang, bahkan ironisnya lagi sampai mengatas namakan keyakinan yang mungkin mereka sendiripun tidak tahu apa yang mereka yakini itu. Yang namanya keyakinan itu tidak bisa disalahkan dan dibenarkan, itu menurut selera masing-masng. Ketika sudah berbicara tentang keyakinan dan selera memang sudah tidak bisa mengenal lagi istilah tawar menawar. Karena itu menjadi urusan pribadi masing-masing. Bagaimana dan mengapa mereka nyaman dengan pilihan yang mereka pilih, jawaban itu ada di dalam individu masing-masing. 

Dimanakah saat ini kedamaian itu bersembunyi ? Orang merasa terancam di tempat mereka sendiri. Seperti teror yang marak akhir-akhir ini. Kadang sampai kita merasa kalau keselamatan kita terancam di tempat kita sendiri. Mereka yang sudah kita sebut dengan saudara bahkan sudah menjadi musuh dalam selimut yang siap kapanpun mereka mau dengan mudahnya bisa mencarut marutkan keadaan disekitar kita yang kenyataannya sudah begitu kacaunya.  Dimanakah ini akan berending ? Ini menjadi sebuah misteri yang sampai saat ini belum bisa ketahui, karena seperti yang kita ketahui, kemarin akan menjadi sebuha sejarah dan esok akan menjadi misteri, tidak ada pilihan lain selain hari ini.

Sempat  terpikirkan, apakah saat ini orang-orang sudah lupa apa itu yang dinamakan dengan hati nurani ? Seperti sudah terselip oleh kesombongan jaman yang menawarkan keegoisan yang bisa memabukkan siapapun dengan sejuta pesonanya yang bahkan bisa mejerumuskan. Kita kadang lupa milik siapa hidup yang kini kita jalani. Bahkan kita sebenarnya tidak berhak untuk hidup kita ini. Karena hidup ini hanya sementara, hidup dan mati ada ditangan Sang Maha Besar yang tahu akan segala sesuatunya. 

Sebenarnya kunci hidup ini simpel. Kita diminta untuk saling mengasihi satu sama lain. Tapi kenyataannya kadang kita lupa apa itu mengasihi, atau mungkin kita kadang terlalu sibuk mengasihani diri sendiri karena tidak bisa mengikuti arus jaman ? Oh ini sungguh miris. Bukankah lebih indah jika hidup ini lebih bisa dengan tulus membantu satu sama lain, mengasihi satu sama lain, saling memberi, saling menghormati, dan pastinya kedamaian itu tidak akan tersembunyi seperti saat ini. 

Lupakan sejenak tentang kecarut marutan dunia saat ini. Mari kita kembali pada diri kita sendiri. Yah memang penting mengasihani orang lain, namun mengasihani tanpa tindakan itu sama saja omong kosong. Kasih itu berupa sikap, tindakan nyata, bukan hanya sebuah kata-kata. Bahkan banyak orang munafik yang selalu mengumbar ke banyak orang kalau dirinya mengasihani sesamanya namun realitanya mereka jauh dari mengasihani, mereka bahkan hanya memandang rendah dan remeh sesama mereka. Untuk apa kita berlimpah berkah namun itu hanya untuk diri kita sendiri ? Ibaratnya seperti sumur. Sumur itu semaki sering digunakan dan banyak mata ainya, ia akan semakin berguna untuk sekitarnya. Untuk mengairi sekitarnya, untuk menjadi sumber mata air orang yang membutuhkan, dan untuk siapa saja karena terlampau sering sumur itu digunakan untuk memberi berkah untuk sekitarnya. Berbeda dengan sumur yang jarang digunakan. Sebanyak apa mata air yang keluar dari sumur itu namun jika tidak menjadi berkah bagi sekitarnya, sumur itu tidka berguna sama sekali dan tidak ada bedanya dengan kubangan air yang egois dan hanya untuk dirinya sendiri.  

Seperti hidup kita. Orang yang berlimpah berkah jika berbagi dengan sesamanya, maka berkah yang diterimanya akan dilipat gandakan, karena berkah itu tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun juga untuk sesamanya. Berbeda jika orang yang banyak berkah namun hanya untuk dirinya sendiri. Maka berkah itu bahkan akan dihilangkan dan atau mungkin hanya akan menenggelamkan dirinya sendiri dalam kubangan kesombongan yang merugikan bagi dirinya. 

Ketika kita mendapat kasih dan anugrah yang luar biasa dari Tuhan, mau tidak mau,sudah seharusnya kita berbagi dengan sesama kita. Karena itu akan menjadi mata rantai. Sebuah sebab akibat, mungkin untuk diri kita sendiri atau mungkin untuk orang-orang di sekitar kita. Entah kasih dan anugrah itu yang kadang kita syukuri atu tidak karena menurut kita porsinya tidak sesuai dengan yang kita mau. Kembali lagi, kadang apa yang kita ingini tidak Tuhan berikan pada kita karena Dia tahu mana yang terbaik untuk kita dan yang memang kita butuhkan. Dan kadang yang kita inginkan itu belum tentu baik untuk kita. 

Ada sebuah kisah tentang seorang hamba yang memiliki hutang ekpada tuanya 12 talenta, dan ketika sudah tiba waktunya tuan itu menagih hutang kepada hamba itu, namun ternyata hamba itu belum memiliki uang untuk melunasi hutangnya. Sehingga hamba itu meminta waktu untuk dapat mencari uang dan bisa melunasi hutangnya itu. Karena tuan itu murah hati maka diberilah waktu kepada hamba itu untuk bisa melunasi hutangnya. Dan saat hamba itu keluar dari rumah tuanya, di luar dia bertemu dengan temannya yang memiliki hutang 12 talenta kepada dirinya, maka hamba itu memaksa temannya itu untuk melunasi hutangnya saat itu juga, dan temannya itu pun menjelaskan kalau dirinya belum mempunyai uang. Namun hamba itu memaksa sampai memukuli sahabatnya itu untuk melunasi hutangnya saat itu. Karena uang itu akan dia gunakan untuk membayar hutang pada tuannya. Dan kejadian itu diketahui oleh hamba lain dan dilaporkan kejadian itu kepada tuannya. Maka hamba itupun dipanggil ke rumah tuan itu dan dihukum karena dia tidak meneruskan kemurahan hati seperti yang diberikan tuan itu kepada hamba itu. 

Nah, sama seperti kehidupan kita. Kita sudah menerima kasih yang luar biasa dari Tuhan. Namun kadang kita tidak menyampaikannya lagi pada sesama kita. Bahkan kadang kita malah memberi perlakuan yang sangat tidak adil kepada sesama kita. Tuhan tidak menuntut kita banyak, kita hanya diminta untuk saling mengasihi bukan untuk saling menghakimi. Maka ketika ketika menerima sebuah rahmat entah itu dalam kapasitas yang besar atau kecil, lebih baik kita tetap saling berbagi dengan sesama kita dengan tulus dan tak bersyarat seperti yanag Tuhan lakukan pada kita. Ia selalu memberi yang kita butuhkan tanpa pamrih dan tidak bersyarat. HIngga nanti pada akhirnya mengasihi itu akan menjadi sebuah mata rantai yang tidka pernah terputus untuk sesama kita. So, PAY IT FORWARD ! 

Selasa, 04 September 2012

ayah-itu-menakjubkan




Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun-dan selalu membutuhkan kehadirannya. Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan rumah yang kamu sukai. Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar. Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret. Ayah selalu tepati janji. Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.

Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu main kereta api itu. Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka. Karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka. Ayah mulai merancang hidupmu ketika tahu bahwa ibumu mengandungmu, tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi. Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskannya.

Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya. Ayah mungkin tampak galak di matamu, tapi di mata teman-temanmu dia tampak lucu dan menyayangi. Ayah sulit menghadapi rembutnya yang mulai menipis jadi dia menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak kepala. Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, mesti telah memutih, agar kamu bisa “melihat” para malaikat bergelantungan disana dan agar kau selalu bisa mengenalnya. Ayah selalu membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika terbaru. Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup. Ayah benar-benar senang membantu seseorang tapi ia sukar meminta bantuan. Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.

Ayah di dapur. Membuat masakan seperti penjelajah ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya, tidak terlalu mengecewakan. Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu-satunya dalam keluarga yang dapat memasak tumis kangkung rasa barbeque grill. Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.

Ayah sangat senang kalau keluarga berkumpul untuk makan malam walaupun harus makan dalam keremangan lilin karena lampu mati. Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut. Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika pawai lewat. Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu skait, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya. Ayah menganggap orang harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya. Ayah percaya orang harus tepat waktu. Karena itu dia selalu lebih awal menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu dihari pertama masuk sekolah.

Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan. Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweter kesayangannya. Ia membelikanmu lolipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau kamu tidak suka. Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin berbicara. Ia selalu berpikir dan berkerja keras untuk membayar SPP mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya. Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasihatmu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya. Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu. Ayah akan berkata, tanyakan saja pada ibumu, ketika ingin berkata tidak.

Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa ijin. Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepergok menghisap rokok di kamar mandi. Ayah mengatakan tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan. Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu persis seperti caranya. Ayah lebih bangga pada prestasimu daripada prestasinya sendiri. Ayah akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meninggalkan rumah, karena kalau dia sampai memelukmu mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.

Gaji pertamamu terlalu besar untuknya. Ayah tidak suka meneteskan air mata ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-samapi keluar air dari matanya.
Ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu ketika kau bermimpi akan dibunuh monster tapi ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.

Kalau tidak salah ayah pernah berkata, “ kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkualitas tinggi, janganlah mencari di pasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. Begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin mendapatkannya minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya.”

Untuk masa depan anak laki-lakinya, Ayah berpesan “ jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu, berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang terlah kuberi padamu”. Dan untuk masa depan anak gadisnya, ayah berpesan “ jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi ayah di hatimu.”

Ayah bersikeras bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu. Ayah bisa membuatmu percaya diri karena ia percaya padamu. Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tetapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik dan terpenting adalah ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Tuhan, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaimu karena cintaNya. Ternyata ayah itu benar-benar menakjubkan. Maka, sayangilah ayah ibumu.