Rabu, 05 September 2012

PAY IT FORWARD !

Pernahkah terpikirkan oleh kita apa sebenarnya hakikat kita di dunia ini ? yah, pastinya setiap keyakinan manapun dan kita tahu kalau kita itu diciptakan untuk saling mengasihi dan memberi satu sama lain. Memberi dengan tulus itu menjadi sebuah nilai plus bagi setiap orang yang mau melakukan hal itu tanpa syarat. Tapi sepertinya esensi dari memberi dan mengasihi itu sudah luntur, seiring dengan berjalannya jaman yang tergerus oleh arus moderenisasi dan keegoisan yang semakin marak menguasai kehidupan kita saat ini. Orang lebih cenderung sibuk dnegan urusannya masing-masing. Bahkan kadang sampai tidak mempedulikan dimana dan dengan siapa mereka berpijak ditempat itu. Mereka lebih tertarik dengan aktivitas yang mendatangkan keuntungan bagi diri dan golonganya sendiri. Ah mungkin terlalu mengacuhkan apa itu yang dinamakan dengan sesama.

Seperti yang kita ketahui saat ini. Permusuhan, pertarungan, perselisihan, dan bahkan satu sama lain seolah menjadi momok untuk sesama. Orang semakin merasa tidak aman berada dan berdiam dimana itu yang disebut rumah halaman mereka untuk bernaung. Belum lama ini, perselisihan terjadi di Sampang, bahkan ironisnya lagi sampai mengatas namakan keyakinan yang mungkin mereka sendiripun tidak tahu apa yang mereka yakini itu. Yang namanya keyakinan itu tidak bisa disalahkan dan dibenarkan, itu menurut selera masing-masng. Ketika sudah berbicara tentang keyakinan dan selera memang sudah tidak bisa mengenal lagi istilah tawar menawar. Karena itu menjadi urusan pribadi masing-masing. Bagaimana dan mengapa mereka nyaman dengan pilihan yang mereka pilih, jawaban itu ada di dalam individu masing-masing. 

Dimanakah saat ini kedamaian itu bersembunyi ? Orang merasa terancam di tempat mereka sendiri. Seperti teror yang marak akhir-akhir ini. Kadang sampai kita merasa kalau keselamatan kita terancam di tempat kita sendiri. Mereka yang sudah kita sebut dengan saudara bahkan sudah menjadi musuh dalam selimut yang siap kapanpun mereka mau dengan mudahnya bisa mencarut marutkan keadaan disekitar kita yang kenyataannya sudah begitu kacaunya.  Dimanakah ini akan berending ? Ini menjadi sebuah misteri yang sampai saat ini belum bisa ketahui, karena seperti yang kita ketahui, kemarin akan menjadi sebuha sejarah dan esok akan menjadi misteri, tidak ada pilihan lain selain hari ini.

Sempat  terpikirkan, apakah saat ini orang-orang sudah lupa apa itu yang dinamakan dengan hati nurani ? Seperti sudah terselip oleh kesombongan jaman yang menawarkan keegoisan yang bisa memabukkan siapapun dengan sejuta pesonanya yang bahkan bisa mejerumuskan. Kita kadang lupa milik siapa hidup yang kini kita jalani. Bahkan kita sebenarnya tidak berhak untuk hidup kita ini. Karena hidup ini hanya sementara, hidup dan mati ada ditangan Sang Maha Besar yang tahu akan segala sesuatunya. 

Sebenarnya kunci hidup ini simpel. Kita diminta untuk saling mengasihi satu sama lain. Tapi kenyataannya kadang kita lupa apa itu mengasihi, atau mungkin kita kadang terlalu sibuk mengasihani diri sendiri karena tidak bisa mengikuti arus jaman ? Oh ini sungguh miris. Bukankah lebih indah jika hidup ini lebih bisa dengan tulus membantu satu sama lain, mengasihi satu sama lain, saling memberi, saling menghormati, dan pastinya kedamaian itu tidak akan tersembunyi seperti saat ini. 

Lupakan sejenak tentang kecarut marutan dunia saat ini. Mari kita kembali pada diri kita sendiri. Yah memang penting mengasihani orang lain, namun mengasihani tanpa tindakan itu sama saja omong kosong. Kasih itu berupa sikap, tindakan nyata, bukan hanya sebuah kata-kata. Bahkan banyak orang munafik yang selalu mengumbar ke banyak orang kalau dirinya mengasihani sesamanya namun realitanya mereka jauh dari mengasihani, mereka bahkan hanya memandang rendah dan remeh sesama mereka. Untuk apa kita berlimpah berkah namun itu hanya untuk diri kita sendiri ? Ibaratnya seperti sumur. Sumur itu semaki sering digunakan dan banyak mata ainya, ia akan semakin berguna untuk sekitarnya. Untuk mengairi sekitarnya, untuk menjadi sumber mata air orang yang membutuhkan, dan untuk siapa saja karena terlampau sering sumur itu digunakan untuk memberi berkah untuk sekitarnya. Berbeda dengan sumur yang jarang digunakan. Sebanyak apa mata air yang keluar dari sumur itu namun jika tidak menjadi berkah bagi sekitarnya, sumur itu tidka berguna sama sekali dan tidak ada bedanya dengan kubangan air yang egois dan hanya untuk dirinya sendiri.  

Seperti hidup kita. Orang yang berlimpah berkah jika berbagi dengan sesamanya, maka berkah yang diterimanya akan dilipat gandakan, karena berkah itu tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun juga untuk sesamanya. Berbeda jika orang yang banyak berkah namun hanya untuk dirinya sendiri. Maka berkah itu bahkan akan dihilangkan dan atau mungkin hanya akan menenggelamkan dirinya sendiri dalam kubangan kesombongan yang merugikan bagi dirinya. 

Ketika kita mendapat kasih dan anugrah yang luar biasa dari Tuhan, mau tidak mau,sudah seharusnya kita berbagi dengan sesama kita. Karena itu akan menjadi mata rantai. Sebuah sebab akibat, mungkin untuk diri kita sendiri atau mungkin untuk orang-orang di sekitar kita. Entah kasih dan anugrah itu yang kadang kita syukuri atu tidak karena menurut kita porsinya tidak sesuai dengan yang kita mau. Kembali lagi, kadang apa yang kita ingini tidak Tuhan berikan pada kita karena Dia tahu mana yang terbaik untuk kita dan yang memang kita butuhkan. Dan kadang yang kita inginkan itu belum tentu baik untuk kita. 

Ada sebuah kisah tentang seorang hamba yang memiliki hutang ekpada tuanya 12 talenta, dan ketika sudah tiba waktunya tuan itu menagih hutang kepada hamba itu, namun ternyata hamba itu belum memiliki uang untuk melunasi hutangnya. Sehingga hamba itu meminta waktu untuk dapat mencari uang dan bisa melunasi hutangnya itu. Karena tuan itu murah hati maka diberilah waktu kepada hamba itu untuk bisa melunasi hutangnya. Dan saat hamba itu keluar dari rumah tuanya, di luar dia bertemu dengan temannya yang memiliki hutang 12 talenta kepada dirinya, maka hamba itu memaksa temannya itu untuk melunasi hutangnya saat itu juga, dan temannya itu pun menjelaskan kalau dirinya belum mempunyai uang. Namun hamba itu memaksa sampai memukuli sahabatnya itu untuk melunasi hutangnya saat itu. Karena uang itu akan dia gunakan untuk membayar hutang pada tuannya. Dan kejadian itu diketahui oleh hamba lain dan dilaporkan kejadian itu kepada tuannya. Maka hamba itupun dipanggil ke rumah tuan itu dan dihukum karena dia tidak meneruskan kemurahan hati seperti yang diberikan tuan itu kepada hamba itu. 

Nah, sama seperti kehidupan kita. Kita sudah menerima kasih yang luar biasa dari Tuhan. Namun kadang kita tidak menyampaikannya lagi pada sesama kita. Bahkan kadang kita malah memberi perlakuan yang sangat tidak adil kepada sesama kita. Tuhan tidak menuntut kita banyak, kita hanya diminta untuk saling mengasihi bukan untuk saling menghakimi. Maka ketika ketika menerima sebuah rahmat entah itu dalam kapasitas yang besar atau kecil, lebih baik kita tetap saling berbagi dengan sesama kita dengan tulus dan tak bersyarat seperti yanag Tuhan lakukan pada kita. Ia selalu memberi yang kita butuhkan tanpa pamrih dan tidak bersyarat. HIngga nanti pada akhirnya mengasihi itu akan menjadi sebuah mata rantai yang tidka pernah terputus untuk sesama kita. So, PAY IT FORWARD ! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)