Senin, 10 September 2012

3 M

Manusia dikarunia panca indra untuk meraba, melihat, mendengar, membau, merasa. Untuk apa semua itu ? yah untuk melakukan apa yang memang seharusnya difungsikan. Tapi kadang manusia membisukan mulutnya, membutakan matanya, dan menulikan telingannya akan apa yang terjadi disekitar mereka. Apa sebenarnya yang sudah terjadi ? Sudah bergeser sepertinya peradaban yang terjadi pada manusia saat ini. Kadang mata kita hanya terbuka bagi mereka yang senyatanya memang penting untuk kita lihat. Telinga kita lebih sedia mendengar untuk mereka ynag hanya memang dirasa pantas didengar oleh kita. dan mulut kita kadang hanya bisa berucap untuk mereka yang sekiranya pantas untuk kita sapa atau mungkin berbincang. 

Bukan hal yang tabu lagi jika banyak diantara kita yang saling terbiasa untuk menjantuhkan, saling memfitnah dan lebih lagi saling mengandalkan ego masing-masing. Masih adakah apa itu yang dinamakan dengan kasih ? Ah itu pasti sudah menjadi cerita lama jika kita masih mau mendengarkan dan mempedulikan perasaan orang lain dan mau mengorbankan diri sendiri. Pasti kalimat ini terdengar dan terkesan ambigu. Mana mungkin kita mau mendahulukan orang lain dibandingkan diri kita sendiri ? Ah pastinya konyol dan mustahil sekali jika hal ini masih menjadi tradisi kita saat ini. Saat ini itu sepertinya lebih memasuk akalkan apa yang memang dulu sekiranya bukan menjadi sebuah kebiasaan. Contoh simpelnya, selingkuh. Mungkin dulu hal itu masih sangat tabu dan lebih jarang dilakukan oleh kebanyakan orang. Tetapi untuk saat ini sepertinya sudah menjadi hal biasa dan tidak tabu lagi apa itu yang namanya tikung menikung atau apalah istilah yang diciptakan dengan kreatifnya.

Oya, sepertinya saat ini juga hal yang dianggap klise sudah semakin dianggap remeh. Contohnya seperti ini, jika ada sebuah masalah, kebanyakan orang selalu menuntut untuk mencari penyelesaian yang sekiranya masuk akal dan gamblang untuk jalan keluarnya, ketika ada orang yang mengatakan "berdoalah" pasti seketika akan bnayak penyangkalan yang akan keluar dari mulut kita. Yah memang saat ini logika sangat mengambil peranan penting dalma kehidupan kita. Namun apakah logika itu akan mampu menutupi perasaan kita ? Lalu untuk apa kita memiliki perasaan ? Kita memiliki seribu alasan untuk melogikakan sesuatu tapi apakah kita mempunyai satu alasan untuk merasakan sesuatu ? Ini hanya sebagian kecil saja. Mungkin memang tidak bisa di generalisasikan antara satu orang dengan orang lain ketika memainkan peran logika dan perasaan, karena setiap orang memiliki kecenderungannya masing-masing.

Memang setiap orang itu memiliki caranya masing-masing untuk menjalani hidup yang mereka punya. Namun karena semakin realitisnya orang dalam menjalani hidup, kita kadang menjadi lupa esensi yang bisa kita dapat dari perjalanan ini. Apakah saat ini terpikirkan oleh kita ending hidup ini ? Ah mungkin masih jauh dari pemikiran kita, masih muda ini, mungkin simpel mikirnya seperti itu. Tapi apa iya perjalanan hidup ini akan ditebus untuk sebuah ending di akhir perjalanan cerita semata ? Ini kembali lagi ke pribadi masing-masing. Tapi apa salahnya juga kalau mulai saat ini kita mencoba menjadi pribadi yang baik ? Ah pasti akan terdengar munafik dengan pernyataan barusan. Akan banyak keluar argumen untuk membantah sebuah pernyataan barusan. Ah biarlah, karena hal yang paling tidak bisa dibentuk itu ya opini orang tentang kita dan apa yang kita ucapkan.

Ada banyak hal, cara atau mungkin rumus dalam menjalani kehidupan ini. Orang menjadi guru, insinyur, petani, aapapun itu sudah menjadi baik untuk hiudp kita masing-masing saat ini. Ini tentang 3M. Bukan berarti 3 milyar lho. Ini mungkin bisa dikatakan sebuah saran atau apalah tergantung siapa dan bagaimana orang itu melihatnya. Ini dia tentang 3M itu. 

Pertama, MENDENGARKAN. Banyak dari kita tahu apa itu arti dari mendengar. Tapi kita lebih cenderung mendengar dari pada mendengarkan. Bedanya, kalau kita mendengar mungkin itu hanya terkesan mendengar namun hati kita tidak ikut mendengar apa yang orang ceritakan kepada kita. Pernahkan terpikirkan oleh kita dengan mendengarkan kita bisa menghargai orang lain ? Tidak banyak orang yang bisa mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan menceritakan dengan mudahnya seperti yang terpikirkan oleh kita. Namun dengan mendengarkan dengan antusias, itu akan memberi sebuah aura positif kepada seseorang karena mereka merasa dihargai dan meraksa kalau dirinya itu dipedulikan dengan cara kita mendengarkan. Memang terkesan mudah kalau kita mendegar, tapi bagaiamana cara kita mendengarkannya dengan sepenuh hati ? Seperti banyak yang orang bilang, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Itu menjelaskan kalau bnayak dari kita yang kadang lebih memilih untuk terlihat mendengar daripada memang benar-benar mendengarkan. Seorang good listener itu akan selalu memiliki nilai plus karena dia bukan hanya menyediakan telinganya untuk mendengar namun hatinya juga untuk memperhatikan sehingga dengan begitu orang yang bercerita akan merasa lebih dihargai. 

M yang kedua yaitu MEWARTAKAN. Kita dianugrahi mulut sebagai salah satu panca indra yang kita miliki. Dengan mulut kita bisa memberi arti pada seseorang. Apa yang terucap dari mulut kita seperti dua mata pisau. Ketika kita bisa mengucapkan kata-kata baik, hal itu akan menjadi sebuah nilai positif bagi orang lain dan bagi diri kita sendiri. Tetapi jika mulut mengucapkan kata-kata yang tidak baik, hal itu akan menjadi nilai negatif bagi orang lain dan diri kita sendiri. Kata-kata yang terucap dari mulut kita dapat memuji orang, mengatakan keindahan, menyanjung dan mengucapkan apa saja yang memang lebih indah untuk didengar. Namun dengan mulut kita bisa menyakiti orang, bahkan mulut bisa lebih tajam daripada pisau jika memang tidak bisa dipergunakan sebaik mungkin. Jadi, kita dianugrahi mulut untuk mewartakan yang baik bagi sesama kita, jangan sampai apa yang terucap hanya bisa menyakiti orang lain dan bisa mengurangi nilai yang kita punya.

Dan M yang terakhir yaitu MENJADIKAN SEGALA-GALANYA BAIK ADANYA. Apa yang disekitar kita itu sebenarnya baik segala-galanya. Namun atas kesotoian kita, kadang apa yang memang diciptakan baik adanya menjadi jelek bahkan tidak bermakna karena penilaian dan judgement yang kita buat sendiri. Semua itu tidak ada yang jelek, tinggal bagaimana kita mau memaknai apa yang ada disekitar kita itu dan menjadikannya sesuatu yang bermakna. Ketika hujan, orang merindukan panas. Ketika panas orang merindukan hujan. Seperti itulah yang menjadikan semuanya menjauh dari apa yang memang sudah semestinya. Kite cenderung menilai sesuatu dari apa yang kita lihat saja tanpa mau tau apa yang memang sebenarnya terjadi. Itulah mengapa kadang kita dibutakan oleh apa yang kasat mata dan tertutup dari apa yang semestinya. Buka mata, hati dan telinga. Menyadari kalau semua itu diciptakan baik adanya, kalau ada yang jelek atau bagaimana itu hanya tergantung dari penilaian kita sebagai manusia yang seharusnya tahu akan anugrah yang luar biasa untuk kita. Yah, segala-galanya ini, hidup ini pastinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)