Rabu, 29 Juli 2015

Keep Fighting

Kamu adalah pemimpin untuk dirimu sendiri, saat-dimana kamu tidak bisa mengantungkan pada orang. Kamu adalah petunjuk untuk dirimu sendiri. Kamu berlari dengan kecepatan yang pasti, itu menurutmu. Tapi akan ada saat dimana kamu melemahkan langkahmu untuk sejenak saja mengambil nafas panjang bahwa ternyata perjalanan masih panjang. Kamu memberikan komando untuk dirimu sendiri. Sampai mana batas kemampuanmu untuk melawan keterbatasanmu. Kamu dengan tanggungjawabmu. Kamu dengan cara belajarmu. Kamu dengan dirimu sendiri. Saat semua orang tidak bisa diandalkan. Janganlah berhenti hanya untuk menggerutu pada alam. Tujukkan saja pada semua bahwa kamu bisa melampaui apa yang orang katakan padamu. Tetaplah percaya bahwa kamu tidak sendirian, ada tanganNya yang akan menuntunmu menemukan jalan itu.
 
Lelah. Itu pasti akan kamu temui. Menyerah itu mungkin akan menggodamu untuk mengentikan langkahmu. Tapi bukankan petualangan yang sebenarnya adalah saat dimana kita mampu hidup di mimpi kita sendiri. Meraba-raba setiap fase yang seolah hanya menjadi imajinasi kita, dan pada akhirnya kita mampu merealisasikannya dengan upaya kita. Semua memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kamu harus menjadi pejuang yang tangguh, tidak mengenal putus asa dan pasti gigih. Kamu sadar bahawa ini tidak akan mudah. Banyak gelombang kehidupan yang akan menempamu menjadi sosok yang lebih mampu diandalkan lagi, bukan hanya untuk dirimu sendiri tapi juga untuk orang lain.
 
 
Berbahagialah apapun keadaannya. Mungkin itu akan menjadi obar mujarab ketika ditengah jalan nanti kamu menemui jalan buntu, seolah-olah tidak ada harapan lagi yang membimbingmu untuk menemui titik cahaya itu. Cukup. Itu hanya pemikiran sesaatmu saja. Berbahagialah, mungkin itu adalah caramu menghibur dirimu sendiri. Hingga pada akhirnya keadaan juga akan membahagiakanmu. Kamu adalah magnet untuk sesamamu. Ketika bahagiamu menjadi nilai positifmu, yakinlah sekitarmu akan turut berbahagia bersamamu. Memandang dunia dengan lebih menyenangkan, karena itu yang sejatinya kita cari. Kalau kata orang Jawa "HIDUP ITU YANG SEMELEH", lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan, toh pada akhirnya ini akan segera berlalu. Hingga kamu menemukan dirimu yang sesungguhnya, tanpa harus dunia tahu, karena yang sanggup mengapresiasi dirimu adalah dirimu sendiri dengan caramu untuk tetap bersyukur.
 
 

Kamis, 23 Juli 2015

(?)

Pernah nggak sih kamu merasakan merindukan seseorang padahal setiap harinya kamu bercengkerama dengan orang itu ? Ada perasaan dimana kamu hanya ingin duduk berlama-lama dengan banyak obrolan walaupun terkadang hanya sampai duduk termangu dan saling memandang. Itu yang terkadang membuat kita hanya bisa hening dan membayangkan. Menanyakannya pada diri sendiri apa sebenarnya yang salah. Ketika sesuatu itu memenjarakanmu, apa kamu hanya akan diam tanpa mengungkapkannya ? Mungkin yang kamu butuhkan saat ini hanya sejenak saja rehat dan coba berbicara dengan dirimu sendiri. Apa yang kamu maui dan apa yang kamu cari. Kamu tahu perjalanan ini tidak akan mudah. Kamu akan menemui banyak fase dalam kehidupanmu yang akan menguji seberapa kuat kamu untuk berlari. Ada kalanya kamu butuh sejenak saja istirahat mengambil air dan pada akhirnya kamu akan kembali lagi berlari.
 
Mungkin ada fase-fase dimana kita tidak tahu apa yang kita maui dan apa yang terjadi pada diri kita. Kita hanya bisa diam dan seolah mencari celah jawaban dari diri kita sendiri. Bahkan mungkin kamu akan sampai meneteskan air matamu sendiri karena kamu tidak tahu apa yang perlu kamu perbuat untuk sejenak saja memberi ruang pada penatmu. Kamu butuh pergi, pergi untuk kembali. Kembali dengan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang kamu buat sendiri. Pergi bukan untuk menjauh, mungkin pergi sejenak untuk menemukan apa yang kamu cari. Hingga pada akhirnya kamu akan tahu apa itu artinya berkoreksi. Koreksi dengan batinmu sendiri. Berkoreksi akan perilakumu sendiri yang membuat sikapmu seolah selalu membuat banyak tanya yang tidak dapat dijelaskan.
 
Mungkin saat ini kamu hanya butuh tarikan nafas yang panjang dan menanyakan pada dirimu sendiri. Benarkan ini yang kamu mau ? Kemana kamu akan memantapkan langkah untuk menemukan penghujung jalan itu ? Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri atas semua tanda tanya itu. Nikmati saja, cari saja hingga kamu menemukan apa yang memantapkan langkahmu bahwa sesungguhnya kamu butuh sejenak saja untuk memahami dirimu sendiri.

Kamu dan Dirimu Sendiri

Kamu dan dirimu sendiri. Apa dan siapa kamu sekarang adalah salah satu peranan yang harus kamu mainkan secara apik. Orang diperankan untuk menjadi bagian penghubung sejarah orang lain. Kita saling terhubung, meskipun tanpa kasat mata sekalipun. Aku, kamu, kita dan semua adalah satu bagian dalam paralel yang saling terikat. Terkadang kita selalu mencari alasan untuk memutuskan hubungan dengan orang lain, akan tetapi sejauh apapun kita berlari dan menghindar kita tidak akan pernah terlepas dari benang merah itu. Apa masih saja kamu ragu dengan keberadaanmu saat ini ? Kamu penting dan kamu ada untuk yang lain.
 
Kamu dengan dirimu sendiri. Tidak lagi dengan orang lain. Kamu dapat menggantungkan bahagia hanya pada dirimu sendiri, jangan pernah menggantungkan bahagiamu pada orang lain. Lalu jaminan seperti apa jika nyatanya selamanya dia tidak bisa memberikan apa yang kamu harapkan ? Ketika kita lepas dari orang itu, akan banyak celah untuk meratapi kepergiannya, karena kita menaruh bahagia padanya, maka ketika dia pergi kita juga akan kehilangan bahagia kita juga. Bahagialah dengan dirimu sendiri terlebih dahulu setelah itu lakukan yang terbaik untuk membagikan bahagiamu dengan yang lain. Bukankah mudah jika mengatakan, "Terimakasih Tuhan hidupku asik" ? Seberat apapun beban hidup kita, percayalah bahwa semuanya akan teratasi. Kita tidak akan kehabisan cara untuk membahagiakan hidup kita. Trust it.
 
Kamu dan dirimu sendiri adalah seorang petualang yang hebat. Kamu bisa pergi kemanapun yang kamu mau. Kamu bisa melakukan appaun yang kamu sukai. Kamu juga bisa bertemu dengan banyak orang yang ingin kamu ingin temui. Bebaskan semuanya. Jalani saja detik demi detik dengan penuh sukacita, toh terkadang tidak ada gunanya jika kita harus terus merengek meminta apa yang sejatinya bukan menjadi bagian dari hidup kita. Sedikit banyak ataupun berlebih itu tergantung bagaimana dan seperti apa kita memandangnya. Kita sellau melihat dengan kacamata orang lain, mungkin itu yang memabut apa yang kita miliki selalu merasa kurang dan kurang. Lepaskan saja kacamata itu dan pakai apa yang sudah tersediakan untukmu. Llau ucapkan dengan lantang "Terimakasih". Mungkin itu akan lebih dari cukup.
 

Senin, 20 Juli 2015

Right Time (1)

Sampailah kita pada titik ini. Titik dimana sedari dulu mungkin belum pernah terbayangkan sekalipun. Ada masa dimana aku dan kamu menjadi sebuah kompromi untuk lebih dewasa lagi memandang keadaan. Bukan hanya menurut persepsi kita, tetapi lebih luas lagi. Tentang ketidakmungkinan yang sedari awal kita ragukan, akhirnya menjadi sebuah kemungkinan yang susah untuk dilogikakan. Mungkin masih banyak hal yang sampai saat ini semua begitu cepat dan tanpa kita sadari kita sedang berlari untuk mencapai satu tujuan. Semoga tujuan yang kita ingin capai itu adalah tujuan yang pasti.
 
Saat aku dan kamu sedang sibuk memandang dunia dengan begitu sederhananya, ternyata ada banyak hal yang harus mulai terpikirkan bukan lagi untuk disepelekan. Mungkin kedengarannya sangat konyol. Yang awalnya hanya saling sapa, mungkin saat ini aku dan kamu harus mau duduk sedikit labih lama lagi mendiskusikan yang mungkin dulu menjadi hal yang kita hindari.
 
Bukankan ini sangat lucu ? Semacam menjadi lelucon jika harus dianalisis tidak akan ada titik temunya. Bahkan saat aku dan kamu duduk berhadapan sekalipun, aku seolah masih ada dalam dimensi lain yang membawaku pada ingatan di masa laluku, dimana aku dan kamu yang tidak pernah akur.  Tuhan, inikah bukti dimana engkau adalah maha sutradara yang sulit untuk ditebak kebersambungan sebuah cerita hidup manusia ?
 
Percayalah. Ini akan menjadi sebuah kisah yang tidak akan pernah ada habisnya untuk aku kulik menjadi sebuah cerita atau novel sekalipun. Bahkan mungkin sampai berlembar-lembar kertas foliopun tidak mampu mengungkapkan betapa takjubnya aku dengan jalan cerita yang sangat lucu ini. Apakah begitu juga dengan kamu ? Mungkin banyak yang masih harus kita teliti, bukan tentang masa lalu kita tetapi bagaimana kita mengambil intisari dari perjalanan panjang di belakang kita. Menjadikan itu sebagai bekal kita untuk terus berlari. Bukan lagi empat kaki tetapi menjadi sepasang kaki yang terus belajar untuk saling menyeimbangkan.
 
Aku tahu awal ini tidak akan mudah, bahkan untuk menjawab semua tanya sampai pada titik inipun aku dan kamu sudah melewati cerita-cerita yang tidak mengenakkan. Dengan berbagai celoteh yang entah mana yang benar. Tapi percayalah, aku saat ini hanya memainkan peranku sebagai pribadi yang menjadi alat untuk melengkapi kisah hidup kita. Aku percaya, semoga kamupun juga begitu. Pernah satu dua melewati yang tidak mudah untuk beranjak, tapi apda akhirnya siapa kita ? Kita hanya mampu menjalani cerita yang memang sudah tergariskan itu. Kalau kamu ingin tahu, sampai saat inipun aku masih belum bisa melogikkan masa ini. Tapi untuk apa mencari celah jawaban jika nyatanya aku memang menerima yang terindah.
 
Terimakasih semesta. Engkau selalu saja menjawab apa yang seolah menjadi cerita abu-abu diawalnya, tapi semoga semakin nyata diujungnya. Semesta, yakinkan aku selalu bahwa segala rahasiamu adalah tteka-teki yang selalu asik untuk dikulik, begitu juga dengan segala macam bentuk cerita yang engkau beri, semoga apapun yang terjadi aku selalu bisa menyebut kesengajaan semesta ini dengan destiny.