Rabu, 02 Maret 2016

take a chance

Dari kita kecil kita tidak pernah terlepas dari apa itu yang dinamakan dengan pilihan. Kamu mau permen yang warna merah atau hijau, kamu mau memakai baju kotak-kotak atau polkadot. Kamu memilih jalan lurus atau berbelok. Dan masih banyak hal lain lagi yang kadang membuat kita ragu untuk memilih. Ragu memilih mana yang semestinya untuk kamu. Kamu selalu mencari yang terbaik dari diri kamu itu sudah sewajarnya dan kamu selalu memilih yang ternyaman itu sudah hakikatnya manusia. Tapi bagaimana jadinya jika pilihanmu itu pada kahirnya membawamu pada sebuah kisah yang sepertinya kamu sendiri enggan untuk menjalaninya ? Semacam memilih pekerjaan mungkin.
 
Yah kadang banyak orang yang terjebah dengan istilah coba-coba. Lihat dulu nanti juga bisa kok. Ya kalau kamu mencobanya akan berending menyenangkan, tapi gimana jadinya jika nyatanya kamu hanya terpaksa. Sebagian besar waktumu tersita karena kamu tidak ada pilihan lain.
 
Tidak ada pilihan tanpa konsekuensi, itu sudah pasti adanya. Jika mungkin kamu memilih untuk belok kanan disana mungkin kamu akan bertemud engan laut yang begitu luas dan menyajikan ombak yang begitu dahsyatnya. Tapi jika kamu memilih untuk belok kiri mungkin kamu akan bertemu dengan sebuah gunung yang pemandangan bukitnya begitu indah seperti lukisan tangan sang maestro, tapi kamu tidak akan pernah tahu betapa berlikunya jalanan gunung itu untuk mencapai bukit dengan pemandangan yang indah.
 
Semacam itulah hidup jika kita umpamakan. Kamu yang memilih, kamu yang menentukan dan pada akhirnya kamu yang memutuskan, akan berhenti atau akan terus berjalan. Atau mungkin kita bisa mengibaratkan perjalanan kita ini semacam berjalan di labirin, ada kalanya kamu bisa menemukan jalan keluarmu dan ada kalanya kamu akan terjebak dengan pilihanmu. Sekali lagi disitulah seni dalam memilih.
 
Lalu apa yang pelu menjadi bekal kita untuk selayaknya agar tetap bisa survive ? Yak, bertahan bukan hanya tentang memilih tetapi bagaimana kita bernai melampaui batas kenyamanan kita untuk mengambil kesempatan itu hinggapada akhirnya kita mampu menaklukkan resiko-resiko itu. Coba sebentar saja kamu renungkan apa yang kamu peroleh saat ini ? Bukankah ini adalah salah stau perjalananmu untuk melampaui keterbatasanmu sendiri ? Sungguh betapaluar biasanya kamu. Tapi kenapa kamu jarang untuk melihat kedalam dirimu sendiri betapa hebatnya kamu ? Atau kamu terlampau sibuk melihat hidup orang hingga kamu mengabaikan dirimu sendiri ? Itulah yang akdang menjadi kelemahan kita. Jangan terlalu sibuk melihat kanan kirimu, coba cintai apa yang ada padamu saat ini. Ketika kamu sudah bisa mencintai apa yang ada pada dirimu, kamu akan menemukan betapa berharganya dirimu, hingga ketika ada pilihan datang menghujammu, tidak ada kata lain selain take a chance dan do itu. Kamu akan tahu sampai mana batasmu berlari.