Rabu, 30 Oktober 2013

Friend (really ?)

Setiap orang memiliki perbagian dalam hidupnya yang mungkin buat dirinya sendiri membutuhkan cara untuk mengertinya. Dengan cara yang kadang diluar akal sekalipun berusaha dilakukan untuk mencari sebuah pemahaman akan dimensi itu. Tahu apa yang dilakukan itu salah, namun disatu sisi ada bagian dari dirinya yang mempersilahkan itu untuk dilakukan. Seolah diri sendiri tidak lagi memiliki daya untuk mengupayakan menahan apa yang ingin dimengerti itu. Mungkin saat itulah kata teman itu ada. Bukan hanya saja diri sendiri, tapi dalam kehidupan ini terelasi dalam sebuah hubungan yang tidka trehingga. Hingga ada korelasi dari satu individu ke individu lain. Walaupun dalam relasi itu memiliki istilahnya masing-masing. Dengan cara penamaannya yang unik, hingga pada akhirnya lahir sebuah nama yaitu pertemanan. Sebatas mana teman itu ada ? Hingga definisinyapun tredengar absurd ketika harus menanyakan batas dari sebuah kata pertemanan. Mungkin ada sisi lain dari kehidupan memiliki cerita yang menjadi latarbelakang mengapa seorang teman itu sangat berarti untuk seorang individu. Karena setiap hati punya ceritanya sendiri-sendiri. Namun ada juga hati yang trelalu riskan dengan istilah teman itu sendiri. Bukannya bermaksud untuk bersikap apatis, namun lebih pada belum bisanya dia melepaskan sebuah kenangan masa lalu yang mungkin mempertanyakan apa itu teman, untuk apa mereka, dan sampai batas mana mereka bisa dikatakan sebagai teman. Ini erat hubungannya dengan kata kepercayaan. Dimana kepercayaan ibartnya aliran darah yang mengalir di pembuluh darah. Pembuluh darah itulah yang dimanakan dengan relasi "pertemanan". Tapi bagaimana, kalau aliran darah yang seharusnya melancarkan sebuah pembuluh darah itu ternyata telah terkontaminasi oleh sesuatu mungkin bisa dikatakan virus hingga tidak ada lagi kepercayaan yang lebih untuh untuk itu. Entah, lagi-lagi tidak bisa mengeneralisasikan dalam satu kalimat yang nyata. Karena senyatanya setiap orang punya hati, rahasia, dan jalannya masing-masing.

Teman. Apa itu teman ? Yah, banyak yang mengatakan seseorang tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya teman. Karena hakikatnya manusia terlahir sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan. Baik itu membutuhkan secara alami ataupun membutuhkan karena adanya sebuah dorongan akan terpenuhinya kebutuhan dirinya sendiri. Teman akan naik tingkatnya menjadi seorang sahabat, sahabat akan naik tingkatnya menjadi seorang saudara. Lalu seberapa besar sebuah kepercayaan menjadi sebuah jaminan dalam sebuah relasi yang dinamakan dengan pertemanan itu ? Mungkin kita bisa berteman dengan siapa saja. Memiliki banyak teman, relasi ataupun hubungan dekat dengan orang disekitar kita dari berbagai lapisan dan golongan sekalipun. Lalu apakah selalu ada unsur kepercayaan di dalamnya ? Rasa-rasanya tidak semua kepercayaan itu menjadi jaminannya. Ketika membuka sebuah hubungan dengan orang lain, memang benar jika kepercayaan itu kadang menjadi taruhannya. Namun ada yang lebih bisa menjamin untuk lebih menjaga dengan baik untuk tidak menaruhkan kepercayaan sepenuh 100 %. Karena itulah kadang manusia lebih dituntut untuk berpikir kosong. Tidak berekspektasi terlalu tinggi akan sebuah relasi, karena ketika relasi itu tidak senyatanya sesuai dengan harapannya, yang diperoleh hanyalah sebuah perasaan kecewa. Dan kecewa itu yang nantinya akan menghilangkan kesan bahkan kepercayaan. Dan jangan terlalu berpikir yang tidak-tidak akan sebuah relasi yang baru. Banyak dari kita lebih tersugesti dengan kesan orang lain akan sebuah relasi, hingga kitapun punya pemikiran yang mungkin melenceng dari sebagaimana mestinya. Hingga kadang kita tidak terlalu jernih dan objektif dalam menilai. Bahkan dalam keadaan dunia yang banyak musuh dalam selimut ini. Mana yang bisa dipercaya ? Entahlah. Setiap orang mungkin punya jaminannya masing-masing dalam hal ini. Lalu apakah salah jika sebenarnya memiliki banyak teman namun untuk kepercayaan bahkan mendekati titik nol ? kedengarannya memang konyol. Namun begitulah adanya. ketika banyak cara dan pengalaman yang menjadikan kepercayaan itu menjadi sesuatu yang sangat berharga dan akan tersimpan dalam sebuah ruang yang tidak mudah tersentuh oleh sembarang sosok baru yang hadir. 

Sabtu, 26 Oktober 2013

Backsong (Broken Vow : Lara Fabian)

Akan ada saatnya ketika mulut yang telah lama diam, harus berujar menyampaikan segala rasa yang terpendam dan tersamarkan. Terbungkamkan oleh sebuah asa yang ingin terhindarkan, namun tidak selamanya bisa terabaikan begitu saja. Karena akan ada masa dimana semua kata yang tertahan itu menjadi sebuah aliran sungai membawa pada sebuah kelegaan seperti sebuah arus yang mengalir dari hilir menuju hulu. Bahkan aliran itu tidak akan pernah melawan sebagaimana mestinya seperti sebuah hukum alam. Semua dijadikannya ada karena memang senyatanya harus begitu. Kata yang tertahan bukan sebuah rahasia, karena semua akan tiba masa hingga itu akan menjadi bulir-bulir embun yang menunggu untuk terjatuh ditepian daun. Dia tidak akan bertahan lama, namun yang pasti dia akan terjauh atau bahkan menguap karena sinar matahai yang menghilangkannya seperti sebuah cerita lalu.

Akan ada saatnya yang ada akan menghilang. Mungkin hanya masalah waktu. Selalu saja bermain dengan teka teki waktu yang penuh dengan tebakan atau bahkan jebakannya. Bukan sebuah kuasa yang ada jika manusia harus selalu menebak untuk melihat apa yang akan terjadi nantinya. Memang sang waktu selalu terkesan egois. Siapa yang tidak siap menyambutnya akan terlindas oleh masa dan asa yang dihadirkan olehnya. Dia tidak pandang bulu akan siapa saja yang nanti ia temui. Karena waktu akan melahirkan sebuah kisah yang berbeda dari masa ke masanya. Hingga mampu kita pahami ketika senja tidak akan selalu menjadi sebuah senja yang menyemu hingga berubah menjadi sebuah kegelapan yang akan menyelimuti setiap insan yang bermain dengannya. Tapi senja itu akan datang lagi. Meski sekali waktu yang ada hanya permainan akan sebuah penantian yang tidak pasti. Karena yang pasti itu akan selalu ada siang dan malam. Dimana senja akan selalu menjadi penghubung akan dua sisi yang sangat berbeda itu. Senja akan selalu menjadi bagian terindah ketika setiap mata mampu memotretnya dibagian yang tak terlihat sekalipun oleh dirinya.

Akan ada saatnya, apa yang kita genggam akan kita lepaskan. Melepaskan tidak selalu berkonotasi menyerah. Melepaskan akan menjadi sebuah kerelaan yang mungkin sulit untuk digambarkan. Melepaskan bukan sebuah keharusan namun itu akan menjadi sebuah rotasi yang selalu berulang setiap masanya. Setiap masa yang membawa sesuatu yang baru. Apa yang datang akan pergi, karena itu harus ada melepaskan. Karena tidak selamanya tangan yang kokoh sekalipun  bisa menggenggam apa yang terlalu risakan untuk dilepaskan begitu saja. Mungkin ini hanya semacam filosofi, namun bukanlah sebuah dinamika. Bahkan tentang dinamikanya sendiri akan ada latar yang nantinya menjadi panggung drama sebuah kata melepaskan itu sendiri.

Akan ada saatnya apa yang ingin kita baca tidak harus selalu terlihat. Lihat saja orang-orang hebat sekalipun, meerka akan selalu mengenakan kacamata untuk membantunya dalam membaca perhuruf dari sebuah kalimat. Untuk apa ? Karena dengan kacamata semua akan bisa diperjelas. Kacamata selalu memiliki sudut pandangnya sendiri. Kacamata setebal pantat botol sekalipun mampu menjelaskan atas bolak baliknya sebuah jaman karena dia mampu memahami sebuah kalimat yang bisa tetap dia interpretasikan dengan begitu indahnya dalam sebuah makna ataupun kata-kata. Apa yang harus terbaca tidak selalu berwujud dalam sebuah kalimat ataupun bacaan panjang kali lebar. Mata hati tidak membutuhkan sebuah kalimat nyata yang merupakan goresan pena diatas sebuah kertas putih. Karena mata hati mampu membaca apa yang tidak terlihat olehnya, bahkan mata hati mampu merangkap fungsinya menjadi telinga. Dimana dia mampu mendengar tanpa harus bersuara.

Akan ada saat dimana kita kehilangan kata untuk tertuang dalam sebuah tulisan. Kata-kata itu seakan menguap dengan sendirinya. Bahkan seketika dia mampu terbang bersama denggan angin yang sepertinya baru saja menghampiri dan menyapa kita. Ia pergi tanpa harus meninggalkan jejak rekaman lainnya yang mampu kita ingat. Ia tidak mampu bertahan dalam sebuah pemikiran yang realistis sekalipun. Walaupun kata-kata itu dengan setengah mati berusaha kita ingat, namun selalu saja berkahir mustahil. Karena kata-kata itu hilang begitu saja. Kemana dia pergi bahkan sekecil bekasnyapun tidak terlihat. Seironis itukah kata pergi dengan cepat ? Karena kata akan seperti sebuah memori yang hanya singgah dan bahkan tidak ingin terlalu bertahan lama untuk tinggal diam hingga tertuang dalam sebuah tulisan indah. Dia pergi mencari sebuah ruang baru yang mungkin akan bisa tertuliskan dengan tinta emas yang bahkan kita tidka menyadari itu ada pada kita atau tidak. Tinta emas itu mungkin sudah berada di suatu dimesi lain yang akan memberikan banyak pemahaman kata untuk tahu dan memberikan sejuta maknanya.

Akan ada saatnya satu detik itu akan lebih berarti daripada seratus tahun sekalipun. Buat apa memiliki waktu seratus tahun sekalipun namun lautan tidak akan pernah memberikan penghidupan bagi segala mahluk didalamnya ? Sedetik akan menjadi sebuah makna yang tidak mampu terungkapkan ketika detik itu juga kita melakukan yang terbaik dalam hidup kita. Tidak harus membangun menara menyangi menara Babilonia sekalipun untuk menjadi sebuah keajaiban dunia. Namun satu deti itu akan membawa pada seuatu masa yang bahkan mungkin kancil sekalipun tidak akan melakukan kelicikan jika satu detik itu membawanya pada sebuah masa yang mampu mengubah hidupnya. Buat apa seratus tahun jika nyatanya semua itu terbuang percuma ? Bukankah lebih kualitas daripada kuantitas. Sebuah teori yang mungkin ada benarnya untuk satu detik yang akan mampu mengubah sebuah dunia menjadi lebih baru dan hidup. Satu detik yang membawa kata kembali. Satu detik yang akan digunakan untuk menjaga supaya tidak kecolongan. Satu detik untuk selalu mengucap syukur akan satu detik itu sendiri.

Akan apa saatnya hati yang keras akan menjadi hati yang lembut. Bahkan mungkin akan melebihi lembutnya kain sutra terbaik di dunia sekalipun. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Segala sesuatunya bergerak begitu dinamis, elastis, dan tidak pasti. Bahkan orang purba jaman dahulu harus hidup secara nomaden untuk bertahan hidup. Apa yang terjadi sekarang belum tentu akan terulang lagi dalam hitungan tahun ataupun abad. Kamu tahu apa yang berharga dalam hidup ini ? Waktu yang baru saja berlalu dari hidupmu itulah yang akan kamu kenang sebagai sesuatu yang berharga. Mungkin tidak dalam sekejap kamu akan mengerti kenapa harus ada pelangi ataupun hujan. Karena setiap mereka akan membawa ceritanya masing-masing. Semua membawa masa yang terangkai dalam sebuah melodi indah yang akan dimainkan dengan nada-nada harmonis yang akan terlantun dengan merdunya.

Akan ada saatnya kesepian dan kesendirianmu akan menjadi sebuah lelucon. Buat apa menghabiskan waktu untuk meretapi sebuah keadaan yang nyatanya kita ciptakan sendiri ? Ingin mendengar hiruk pikuknya dunia, coba langkahkan kaki satu langkah dari tempatmu berada. Karena setiap langkah yang kamu ambil akan menjadi sebuah cara yang unik untuk membuatmu paham apa arti dari langkahmu sendiri. Rasanya terlalu sayang jika harus meratapi dan menangisi kesendirian yang nyatanya selalu kita sukai. Untuk apa mengeluh akan kesepian jika nyatanya dengan kesepian kamu mampu memahami ritme kegelapan yang kesunyian yang ada disekelilingmu. Buang jauh-jauh tentang prasangka miring akan kesepian dan kesendirian itu. Itu tidak akan mengubah dunia dalam sekejap. Yang pasti dunia akan berubah jika kita mampu mengerakkan pena yang telah kita pegang untuk memulai sebuah kata yang menjadi awal cerita panjang itu.

Akan ada saatnya kamu akan menari dan bernyanyi di bawah hujan. Hujan selalu punya auranya sendiri. Tentang sebuah penantian. Tentang sebuah kehilangan. Tentang sebuah kerinduan. Tentang sebuah kata yang hanya bisa menjadi sebuah rahasia. Tentang sebuah rasa. Rintik-rintik hujan yang turun bagai serbuan seribu serdadu utusan surga yang selalu membawa pesan. Pesan yang ingin tersampaikan pada jiwa-jiwa yang mengunggu akan sebuah jawaban akan hujan. Dibawah terik mungkin tidak ada celah untuk tahu, karena itu akan menyilukan. Namun dibawah hujan kamu bisa merasakannya melalui sentuan tetesan-tetesan itu memeluk tubuhmu dalam sekejap. Membawamu untuk merasakannya. Mengenalnya lebih dekat. Rasakan saja. Sepertinya hujan mampu mengerakkan raga yang sudah kehilangan daya akan sebuah harapan. Sepertinya hujan akan memberikan suara bagi mereka yang tidak mampu lagi bernyayi dengan indah. Tidak perlu semua itu, jika nyatanya hujan yang memelukkmu mampu membawamu menari seperti seolah tidak ada orang yang akan melihatmu. Hujan akan membuatmu bernyanyi seperti seolah tidak akan orang yang mendengarmu. Karena hujan akan memahamimu sebagaimana adanya dirimu. Dia tidak menuntut lebih. Meski kita selalu menuntut pelangi diakhir hujan. 

Rabu, 23 Oktober 2013

Ha ? Apa ? Sabar ? Iya.

Pertanyaan retoris macam apa yang ingin kamu tanyakan tentang sabar ? Kamu mau menanyakan apa itu undefined. Walaupun banyak orang mencoba untuk mendefinisikan dengan kata-katanya sendiri. Namun sabar itu adalah sebuah rasa. Rasa yang mampu diartikan dengan jutaan kata ataupun kalimat dalam paragraf-paragraf ekspresif tentang sesuatu yang dirasakan. Menuliskan semua kata-kata tentang sabar tidak akan ada artinya jika kamu tidak mau membuang egoismu yang bahkan semakin lama semakin membatu itu. Sabar itu kamu juga mampu menerima sebuah kenyataan sebagaimana tidak harus sesuai dengan keinginanmu. Lalu siapa kamu ? Harus segala sesuatunya terjadi sebagaimana apa yang kamu kehendaki ? Canggih sekali kamu. Selalu mengatakan "aku sosok yang sabar" tapi kenyataannya kamu ingin mempercepat atau merekayasa segalanya menjadi seperti apa yang kamu mau. Seluruh dunia harus standing applause kalau nyatanya kamu mampu melakukan itu. Ah, rasa-rasanya tidak akan ada habisnya bicara dengan kamu yang masih mempertahankan keegoisanmu yang super itu. Lalu bagaimana dengan aku ? Ha ? kamu menanyakan aku ? Yah, aku memang egois. Coba-coba saja katakan bagian mana hingga aku nampak begitu arogan dengan segala yang ada padaku ? Siapa aku ? Sudah jangan tanyakan itu. Coba kita kembali ke kata sebelumnya. Sabar. Ini bukan tentang aku dan kamu. Tapi ini tentang satu kata itu. Sabar.

sabar ? kamu ingin menanyakan seperti apa itu sabar ? Atau mungkin kamu ingin menanyakan harus berbuat apa supaya sabar ?  Atau masih adakan pertanyaan-pertanyaan lainnya suapaya memenuhi rubik-rubikmu namun jarang kamu baca atau bahkan jarang kamu praktekkan. Ah semacam sebuah omong kosong. Oke jika itu maumu, coba duduklah sebentar, letakkanlah egomu yang seolah-olah tiada tandingannya itu. Sabar ? mungkin jika memang mengenakkan, sabar itu bisa dipandang seperti sebuah cupcake yang enak untuk dimakan atau mungkin cuma bisa dinikmati untuk dilihat saja. Sabar itu, sebuah kata sifat. Sabar itu sesuatu yang tanpa batas. Sabar itu sesuatu yang kadang tidak butuh sebuah jawaban dari pertanyaan apa, mengapa dna kapan. Karena sabar itu sebuah penantian. Karena sabar itu sebuah kata yang tidak mengenal istilah lelah. Lalu mengapa menunggu itu selalu identik dengan kata sabar ? Apa menunggu itu juga masuk dalam kategori kata sifat ? Entahlah sepertinya soal tatanan bahasa atau teori-teori tentang bahasa aku terlalu payah untuk tahu soal itu. Menunggu itu adalah merentangkah jaring kesabaran dan siap untuk sebuah batas yang tipis antara kecewa dan bahagia. Yah, sabar itu selalu memberikan sebuah ruang untuk menciptakan dimensi lainya sehingga dia memampu melebarkan layarnya untuk sebuah perjalanan jauh sekalipun. Sabar itu tidak bisa disamakan pengertiannya antara satu orang dengan orang lainnya. Sabar memiliki ranahnya sendiri untuk memapu dipahami oleh orang yang ingin mengenalnya. Sabar dalam penantian, sabar menunggu, lalu sabar yang seperti apa lagi ? Bahkan nama sabar bisa jadi disematkan sebagai sebuah nama seseoorang, mungkin dengan nama itu sebuah harapan ada untuk lebih bisa memaknai semuanya dengan rasa sabar. Yeah, rasa sabar. Sabar itu juga semacam rasa. Rasa yang

Dari pagi bangun, harus sabar menanti sore dan malam menjelag. Ingin makan, harus sabar jika harus antri untuk membelinya. Ingin mengambil uang, harus sabar untuk mengantrinya di ATM. Lalu bisakah kita menarik sebuah kesimpulan kalau sabar itu bisa menjadi satu inti kalimat dalam segala hal ? Mungkin bisa jadi seperti itu. Oke. Lupakan tentang sebuah kesimpulan itu. Kita hanya mencoba menjabarkan sebebuah kata sabar menurut persepsi sat uarah. Dari sini. Dari sebuah omongan yang mungkin akan menjadi angin lalu buat kamu. Istilah umumya, masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Jaminan apa yang mau kamu berikan kalau omongan tentang sabar ini akan selalu kamu ingat bahkan kamu renungkan ? Sepertinya kamu adalah seorang pengingat yang payah akan sebuah omongan atau mungkin tentang sebuah memori. Ups, maaf jika harus menyinggung tentang memori disini. Bahkan setiap orang rasa-rasanya juga harus sabar untuk menunggu waktu dan membiarkan waktu menyingkap semua memori tentang sebuah kenangan. Penantian akan datangnya masa yang baru, bukan  tentang masa yang itu lagi. Itu ? Yang mana ? Yang itu, yang mungkin sepantasnya menjadi sebuah lelucon untuk diingat bukan untuk menjadi sebuah pembangkit rasa sendu jika sekali dua kali atau bahkan berkali-kali jika mengingatnya. Oh yah, lupa. Bukannya kmau meminta untuk melupakannya ya ? Semacam perintah dan suruhan yang bodoh kalau menurutku. Macam apapula suruh melupakan sebuah ingatan ? Bukannya ini melawan kodrat manusia untuk mengingat ? Lalu haruskah semacam amnesia untuk mampu melupakan semuanya ? Kedengarannya sebuah lelucon yang bodoh. Sabar. Tenang. Waktu akan amat sangat berbaik hati sekali untuk menguapkan setiap detail kenangan yang nyatanya tanpa dimintapun akan menguanp dan menghilang dengan sendirinya. Akan tersisih dan tersimpan dalam sebuah ruang yang mungkin akan terkunci juga oleh waktu. Kurang apa lagi obrolan kita tentang sabar ? Mau berapa ratus kalimat lagi aku diminta untuk menjelaskan tentang satu kata itu. Sini, coba aku bisikin sesuatu. Ini tentang sebuah rahasia, entah benar atau tidak namun patut untuk dicoba. Kamu tidak akan pernah ada habisnya jika menanyakan tentang sabar itu seperti apa, karena kalau kamu tahu sabar itu tidak terhingga dan tak terdefinisi. Kamu akan tahu dan merasakan sabar jika kamu mau melakukan segalanya dengan tulus. Jika kamu percaya pada sebuah keajaiban, nah saat itu kamu aka tahu sabar itu apa. Hingga sabar itu mampu membawamu pada pemahaman akan sebuah dunia baru yang membuat kamu mengerti apa itu percaya dan sebuah mukjizat. 


Selasa, 15 Oktober 2013

n-a-i-f

Kamu selalu memiliki seribu alasan untuk melogikakan sesuatu, tapi apakah kamu punya satu alasan untuk
merasakan sesuatu ? Ini hanya tentang sebuah penerimaan. Penerimaan yang mungkin lebih tepatnya lagi tentang sebuah keikhlasan. Bukan ikhlas namanya jika nyatanya kamu masih menyimpan sejuta alasan tentang rasa yang berbeda ketika kamu melihat apa yang kamu lepaskan mencapai bahagianya meski itu bukan kamu. Kamu akan selalu tersenyum, meski kamu tidak akan pernah bisa berbohong di sisi hatimu yang tersembunyi ada sebuah keraguan apakah mungkin kamu telah bisa merelakannya. Jangan pernah mengharapkan dunia berpihak padamu, jika nyatanya kamu masih selalu memiliki alasan untuk mempertahankannya dalam pikiranmu. Lagi-lagi tentang sebuah kehilangan. Kehilangan akan memiliki dua arti. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa kita akan tahu dan sadar betapa berartinya sesuatu itu jika dia telah pergi dari hidup kita. Tapi pernahkah kita melihatnya dari sisi lain ? Sisi yang selama ini terabaikan oleh sebuah perasaan yang melulu tentang ketidakrelaan yang menyebabkan sakit hati. Kehilangan itu akan membuat kita tahu bahwa di depan sana ada sesuatu yang telah disiapkan untuk kita, yang pastinya itu terbaik untuk kita. Apa yang diambil dari kita akan digantinya dengan lebih baik, bahkan kadang itu diluar ekspektasi kita. Lupakan saja apa yang telah terjadi, mungkin itu hanya sebuah jalan dimana kita akan bertemu sesuatu yang lebih dipantaskan oleh kita. Tidak ada gunanya berlama-lama dalam sebuah kesakitan yang kamu pelihara dengan sendirinya, karena kamu hanya akan tertutup oleh ketakutan yang kamu buat sendiri. 


Selalu punya banyak alasan untuk menjadikannya terlihat baik-baik saja. Tapi apa dayamu untuk sepenuhnya membohongi apa yang sebenarnya kamu rasakan ? Perlukan kamu pergi sejauh apapun untuk lepas dari apa yang kamu hindari ? Tidak. Panggil saja dengan sebuatan tuan atau nona pecundang jika nyatanya kamu terlalu takut untuk menghadapi sebuah realita yang terjadi. Hei, wake up. Kamu bukan tinggal di sebuah negeri dongeng. Dimana kamu bisa merangkai sebuah cerita sesuka kamu. Lihat, ini terlalu nyata di depan kamu. Sudah, tidak perlu berlaku naif. Katakan saja apa yang ingin kamu katakan. Luapkan saja kemarahanmu jika nyatanya kamu telah menelan mentah-mentah sebuah harapan yang diberikan oleh sosok yang tidak bertanggungjawab. Tidak perlu menjadi sosok yang terlihat sok tangguh tapi nyatanya kamu berlari-lari untuk mencari tempat untuk bersembunyi atau bahkan mencari tempat yang ada hujan. Dimana dibawah hujan kamu bisa menangis sejadi-jadinya karena air matamu tidak terlihat bahkan tersamarkan oleh air hujan. Ironis bukan ? Dimana kamu mulai membuka sebuah harapan akan cerita baru tapi nyatanya kamu lagi-lagi harus merelakan apa yang nyatanya tidak akan pernah bisa kamu sentuh dan kamu jaga. Sebuah kekuatan naif yang ingin kamu pertontonkan kepada dunia. Tenang, ini mungkin tidak seberapa. Kamu akan bertemu dengan pembohong-pembohong ulung yang dengan kata-kata manisnya selalu memiliki cara untuk membuatmu melambung. Menjanjikanmu sebuah dunia baru, menjanjikanmu sebuah cerita baru, tapi ketika kamu mulai membuka hatimu, dia meninggalkanmu dengan sejuta omong kosongnya yang menguap begitu saja. Ini ibaratnya pantai dan lautan. Kamu tahu ombak ? Yah, dia selalu menyentuh bibir pantai dengan kekuatan gelombang ombaknya yang sekan ingin bertahan dan menelan apapun yang ada di pinggiran pantai. Tapi nyatanya apa, ombak yang seolah berdeburan dan saling berkejar-kejaran untuk mencapai bibir pantai pada akhirnya meninggalkan pantai dan hanya menyentuhnya dengan sapuan ombaknya yang tidak seberapa. Kadang jika dipandang, ombak itu dengan kekuatannya seolah ingin bertahan dan tinggal terlalu lama di pinggir pantai. Tapi apa nyatanya, dia hanya sesaat dan kembali lagi ke samudra. Ombak seolah-olah ingin bertahan lama di bibir pantai, dia memberikan sebuah harapan, dia membukakan sebuah pintu yang tertutup, tapi setelah menyentuh mata kaki orang yang berdiri menghadap ke luasnya samudra, ombak itu dengah segera akan kembali. Kembali ke tempat dimana dia berasal. 

Ini memang sudah hukum alam. Apa yang datang pasti akan pergi. Ini hanya masalah waktu. Bukan lagi
sebuah keharusan, namun memang sejatinya harus begitu. Kamu akan selalu punya alasan untuk kembali ketempat dimana kamu mendapatkan sebuah kenangan berarti. Namun kamu juga akan memiliki seribu alasan untuk menghindari tempat dimana tempat itu hanya mengingatkanmu pada sebuah masa yang ingin terhindari, walaupun kadang kamu belum pernah menginjakkan kakimu di tempat itu. Ini hanya semacam imajinasi akan sebuah rasa yang tidak akan pernah nyata. Bukankah sebenarnya sederhana saja ? Lakukan apa yang membuatmu bahagia, dan tinggalkan apa yang membuatmu sedih. Simpel bukan ? Tapi kenapa banyak orang lebih memilih untuk berlama-lama menyimpan memori tentang sebuah rasa yang hanya membangkitkan ingatan menyakitkan ? Ah manusia. Ada masa-masa dimana kita diminta untuk segera meninggalkannya, karena itu hanya akan membuat kita terpenjara pada memori yang menyedihkan. Namun ada masa dimana kita diminta untuk lebih berlama-lama mengingatnya. Walaupun kita tahu apa yang indah itu kadang hanya bersifat sementara. Maka kita kadang diminta untuk lebih menghargai momen dimana kamu akan mendapatkan sejuta kenangan yang sayang untuk di lupakan. Naif memang jika nyatanya kamu selalu berujar aku-telah-melupakannya. Jika nyatanya kamu masih merindukan masa dimana kamu bisa mengulang waktu dan menjadikan semuanya lebih pantas untuk dikenang. Adakah yang lebih menyedihkan kalau kita tahu apa yang kita rindukan tidak akan pernah kembali lagi sampai-kapanpun-tidak-mungkin ?

Senin, 07 Oktober 2013

L-I-M-A-H-U-R-U-F

Kadang gagal paham harus seperti apakah rasa sayang, rasa cinta dan perhatian yang seharusnya itu ? Banyak orang sedih, menangis, dan putus asa karena satu kata cinta. Coba sebentar mari kita diam sejenak dan hanya berbicara tentang satu kata itu. Begitu banyak rasa dan tingkah laku yang dimunculkan karena satu kata itu. Apakah cinta itu memang begitu adanya ? Dia mampu mengubah sesuatu dalam sekejap mata entah itu menjadi lebih baik ataupun menjadi lebih buruk sekalipun. Apakah memang begitu adanya istilah cinta itu ? Diluar akal dan logika. Dia ada dan terjadi begitu saja. Orang tidak pernah tahu seperti apa bentuk dan wana cinta itu. Namun kekuatan yang ditimbulkannya luarbiasa sekali. Bahakan mungkin melebihi jutaan partikel yang dibomkan pada saat bencana Nagasaki dan Hirosima. Dia mampu meluluhlantakkan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dia mampu mengubah dunia dalam sekejap mata. Inikah cinta yang semstinya ? Banyak yang menangis dan sampai kehilangan arah akan siapa dirinya karena satu kata "cinta". Orang snang bermain dengan istilah itu meski banyak dari mereka yang tidak tahu kekuatan apa yang disimpan dalam satu istilah "cinta". Kita tidak akan pernah tahu apa itu cinta sebenarnya jika kita masih menanyakan alasan dan dari apa cinta itu ada. Dia melebihi sebuah keajaiban yang tercipta dalam hitungan detik. Ketika cinta sudah menemukan jalannya, rasa-rasanya tidak perlu lagi menanyakan dari mana asalnya. Coba sebentar kita pandang cinta itu dari sudut pandang yang menyenangkan. Lihatlah banyak sejoli yang saling merayu dengan sejuta kata indah karena sebuah cinta. Dunia begitu bewarna ketika semua mengucapkan kata cinta. Tulus ? Apakah itu bagian dari "cinta" ? Sepertinya itu adalah salah satu komponen yang masih dipertanyakan keasliannya. Toh, banyak orang dengan mudahnya mengucapkan dan mengumbar kata cinta namun mereka tidak mengenal kata tulus.

Cinta hanya terdiri dari lima huruf yang masing-masing darinya memiliki sebuah makna. Makna yang
dimengerti oleh orang dengan berbeda. Ia menjadikannya sebuah lambang kesucian ? Benarkah kesucian itu masih ada ? Bahkan masih banyak orang yang bermain-main diatas kata cinta dengan gampangnya mengatakan ini itu berdasarkan cinta, namun kesucian itu sudah tidak lagi ada. Abaikan sebentar tentang dunia yang semakin carit marut ini. Mungkin cinta disini hanya sebagai simbol. Simbol yang dimengerti namun susah untuk dimaknai. Dia hanya dipandang biasa, karena mereka tidak tahu apa esensi cinta itu sebenarnya. Mari, kita bicarakan ini dengan serius ? Seserius cinta mampu menyulap apapun yang ada dihadapannya menjadi sempurna. Cinta tidak akan pernah salah. Dia selalu memberikan sebuah rasa damai dan tenang. Bukan cinta namanya jika itu masih ada air mata. Air mata yang mengalir karena cinta itu mengandung sukacita bukan air mata yang selalu menyakitkan jika harus dikenang. Jangan mengatasnamakan cinta jika itu hanya untuk kepentingan dirimu sendiri. Cinta itu memberi. Dia tahu harus dengan siapa dia saling berinteraksi. Dia selalu menujukkan mana yang terbaik. Karena cinta itu sebuah keajaiban. Dia mampu menjadi apapun yang orang inginkan dan butuhkan tanpa harus mengkambinghitamkan apa itu yang disebut dengan "cinta". Sudah jangan terlalu banyak sesumbar tentang cinta, jika kamu belum tahu kemana arah cinta itu akan membawamu memaknai kehidupan ini. Cinta itu memberikan cerita. Cerita yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dia memiliki bahasa yang selalu bisa dimengerti dan dipahami oleh manusia, meskipun bahasa itu selalu disalahgunakan untuk menyakiti. Cinta itu penghormatan, bukan sebuah penghinaan yang mampu membuat tangis. Cinta itu sebauh terang, karena dia menjadi pelita bagi mereka yang sudah kehilangan harapan. Jangan pedulikan seberapa keras dunia menolakmu, karena cinta selalu punya cara untuk kembali menuntunmu pulang. 

Kamis, 03 Oktober 2013

let's see

alam berbicara dengan bahasa dan caranya sendiri. Kita tidak akan pernah bisa tahu rahasia alam apa yang
akan terjadi pada kita. Memejamkan mata mencoba mendengarkan hembusan angin dan dengarkan. Disitu akan ada suara hati yang mampu membisikan apa yang sedang kamu rindukan, rasakan dan inginkan. Luangkan saja waktu sejenak untuk meresapi apa yang memang sejatinya terjadi. Kita tidak akan pernah punya daya untuk mengubah kuasa alam sepeti apa yang kita inginkan. Semua terjadi begitu saja. Karena kita tidak pernah bisa menolaknya. Menunggu hingga datang waktunya. Waktu yang tepat untuk berucap. Bukan sebuah penyangkalan, namun tidak ada pilihan lain jika nyatanya hanya bisa menerima. Menerima dengan penuh kepasrahan hingga waktu yang akan mengalirkan kita pada suatu masa yang disitulah saatnya. Alam memiliki cara yang luarbiasa untuk menjadikannya indah. Hingga alam memiliki upaya untuk membuat kita sejenak bercerita padanya. Cerita tentang diri, cerita tentang keresahan, dan bercerita tentang mimpi. Hanya sebuah mimpi yang mampu membuai, meski belum tentu itu yang nantinya akan terjadi. Sudah, kita bukan siapa-siapa. Apa yang akan terjadi pasti terjadi. Ini hanya masalah kapan dan dimana. Karena semua sudah ada waktunya sendiri-sendiri. Upayakan saja kesiapan untuk menerimanya. Lewat desiran angin, sampaikan padanya semua tentang sebuah kerinduan. Kerinduan yang tidak dapat dimengeri apa itu dan untuk siapa itu. Meski ada satu nama, namun nyatanya itu sebuah kesia-siaan belaka. Apakah ada yang lebih menyedihkan dibadingkan kalau kita tahu apa yang kita inginkan tidak akan pernah bisa kita miliki ? Itu mungkin sudah hukum alam. Karena semua yang kita inginkan belum tentu yang kita butuhkan. Biarkan senyatanya mengalir menuju muaranya yang pasti. Ini hanya sebuah penerimaan tanpa sebuah penolakan ataupun pemberontakan. Inilah nyatanya. Hanya lewat bisikan doa bisa disampaikan sejuta kerinduan akan sebuah masa yang kita tahu itu hanya sebuah imajinasi dan mungkin tidak akan pernah mungkin menjadi cerita yang pasti. 

Selasa, 01 Oktober 2013

called "miss(ing)" ?

Pernahkan kamu merasakan sebuah perasaan bahkan bisa dibilang itu semacam kangen tapi kamu sendiri tidak tahu untuk siapa rasa itu ? Yah, kedengarannya memang aneh atau bahkan tidak masuk akal. Tapi setelah tanya sana sini dan asal comot sampel. Banyak juga yang merasakan hal yang sama. Sebuah perasaan yang membuat kita merenungkan sebuah rasa namun itu belum tentu nyata berbentuk seperti apa dan untuk siapa perasaan ini. Memang kedengarannya juga miris, toh mungkin itu bisa diartikan semacam rindu yang tertahan ? Huwoo, rindu yang tertahan ? Kedengarannya lebih tragis dan miris. Namun, ini hanya sebauh persepsi yang belum tentu benar. Toh yang tahu apa dan siapanya ya orang yang merasakannya sendiri. Sebohong-bohongnya seseorang pada orang lain, dia tidak akan pernah bisa membohongi dirinya sendiri. Dia selalu bisa menghindar dan menolak segala anggapan orang lain akan dirinya. Namun dia tidak akan pernah bisa menghindar dari siapa itu yang disebut dengan diri sendiri. Sejauh apapun kita menghindar, kita tidak akan pernah bisa lari dari bisikan hati kecil kita. Karena disanalah siapa dan apa yang kita inginkan berada. Ah, memang hati kecil itu selalu bisa membei tahu apa-apa saja yang kadang kita tidak bisa mengerti dan pahami. Hati kecil selalu memiliki cara untuk bisa didengarkan oleh kita yang berusaha mengelak darinya. Itulah kadang hebatnya hati kecil, dia selalu jujur tanpa harus menghindar.

Kangen ? Sebenarnya apa sih kangen itu ? Kangen itu bisa diartikan rindu akan sesuatu yang diharapkan untuk hadir saat itu juga. Kamu tahu kalau kangen itu ternyata bisa melemahkan ? Orang yang didera kangen, bisa dipastikan dia merasa kalau dirinya tidak ada tenaga bahkan semangat untuk melakukan apapun. Dia hanya berharap dan menginginkan apa yang dikangenin itu ada dan hadir saat itu juga. Tapi semua itu tergantung orangnya, bagaimana kita mengontrol dan menahan apa itu yang namanya kangen. Masak iya kangen bis amerusak hari-hari kita ? Toh, kangen itu bisa dimanage kok. Tenang, saat kamu merindukan sesuatu atau seseorang, ucapkanlah dan sisipkanlah namanya dalam setiap doa, dan banyangkan dia akan mendengarkan bisikanmu langsung. So, semua akan baik-baik saja. Bukan kangen namanya jika harus menahan hasrat dan merusak segalanya. Kangen itu akan treasa indah jika kita tahu bagaimana menikmatinya. Tapi tenang kangen itu juga bisa langsung tersalurkan, sosemd masa kini amat sangat membantu sekalilah untuk mengungkapkan rasa kangen dalam waktu sekejap. Tapi bagaimana jadinya jika kita merasakan kangen yang tidak tertahan namun yang ada kita hanya bisa menahan dan menikmatinya sendiri ? Dia yang kita rindukan bahkan mungkin tidak pernah tahu dan sadar sama sekali kalau kita merindukannya ? Oh itu pasti sangat menyesakkan. Tapi inilah yang kadang bisa kita syukuri kalau dilihat dari sudut pandang lain. Kita bisa menghargai apa itu yang dinamakan sebuah pertemuan. Karena menahan beratnya rindu itu sama seperti menahan sakit perut tapi tidak lega begitu saja. Ah sangat membosankan pasti merindukan sesuatu tapi kita tidak bisa apa-apa untuk rasa kangen itu. Nikmati saja, karena kangen itu adalah sebuah kenikmatan dan kita selalu tertantang untuk menyalurkannya mungkin dengan hal lain yang memaksa kita untuk lebih realistis akan sebuah kenyataan bahwa tidak selamanya kangen itu menjenuhkan.