Sabtu, 26 Oktober 2013

Backsong (Broken Vow : Lara Fabian)

Akan ada saatnya ketika mulut yang telah lama diam, harus berujar menyampaikan segala rasa yang terpendam dan tersamarkan. Terbungkamkan oleh sebuah asa yang ingin terhindarkan, namun tidak selamanya bisa terabaikan begitu saja. Karena akan ada masa dimana semua kata yang tertahan itu menjadi sebuah aliran sungai membawa pada sebuah kelegaan seperti sebuah arus yang mengalir dari hilir menuju hulu. Bahkan aliran itu tidak akan pernah melawan sebagaimana mestinya seperti sebuah hukum alam. Semua dijadikannya ada karena memang senyatanya harus begitu. Kata yang tertahan bukan sebuah rahasia, karena semua akan tiba masa hingga itu akan menjadi bulir-bulir embun yang menunggu untuk terjatuh ditepian daun. Dia tidak akan bertahan lama, namun yang pasti dia akan terjauh atau bahkan menguap karena sinar matahai yang menghilangkannya seperti sebuah cerita lalu.

Akan ada saatnya yang ada akan menghilang. Mungkin hanya masalah waktu. Selalu saja bermain dengan teka teki waktu yang penuh dengan tebakan atau bahkan jebakannya. Bukan sebuah kuasa yang ada jika manusia harus selalu menebak untuk melihat apa yang akan terjadi nantinya. Memang sang waktu selalu terkesan egois. Siapa yang tidak siap menyambutnya akan terlindas oleh masa dan asa yang dihadirkan olehnya. Dia tidak pandang bulu akan siapa saja yang nanti ia temui. Karena waktu akan melahirkan sebuah kisah yang berbeda dari masa ke masanya. Hingga mampu kita pahami ketika senja tidak akan selalu menjadi sebuah senja yang menyemu hingga berubah menjadi sebuah kegelapan yang akan menyelimuti setiap insan yang bermain dengannya. Tapi senja itu akan datang lagi. Meski sekali waktu yang ada hanya permainan akan sebuah penantian yang tidak pasti. Karena yang pasti itu akan selalu ada siang dan malam. Dimana senja akan selalu menjadi penghubung akan dua sisi yang sangat berbeda itu. Senja akan selalu menjadi bagian terindah ketika setiap mata mampu memotretnya dibagian yang tak terlihat sekalipun oleh dirinya.

Akan ada saatnya, apa yang kita genggam akan kita lepaskan. Melepaskan tidak selalu berkonotasi menyerah. Melepaskan akan menjadi sebuah kerelaan yang mungkin sulit untuk digambarkan. Melepaskan bukan sebuah keharusan namun itu akan menjadi sebuah rotasi yang selalu berulang setiap masanya. Setiap masa yang membawa sesuatu yang baru. Apa yang datang akan pergi, karena itu harus ada melepaskan. Karena tidak selamanya tangan yang kokoh sekalipun  bisa menggenggam apa yang terlalu risakan untuk dilepaskan begitu saja. Mungkin ini hanya semacam filosofi, namun bukanlah sebuah dinamika. Bahkan tentang dinamikanya sendiri akan ada latar yang nantinya menjadi panggung drama sebuah kata melepaskan itu sendiri.

Akan ada saatnya apa yang ingin kita baca tidak harus selalu terlihat. Lihat saja orang-orang hebat sekalipun, meerka akan selalu mengenakan kacamata untuk membantunya dalam membaca perhuruf dari sebuah kalimat. Untuk apa ? Karena dengan kacamata semua akan bisa diperjelas. Kacamata selalu memiliki sudut pandangnya sendiri. Kacamata setebal pantat botol sekalipun mampu menjelaskan atas bolak baliknya sebuah jaman karena dia mampu memahami sebuah kalimat yang bisa tetap dia interpretasikan dengan begitu indahnya dalam sebuah makna ataupun kata-kata. Apa yang harus terbaca tidak selalu berwujud dalam sebuah kalimat ataupun bacaan panjang kali lebar. Mata hati tidak membutuhkan sebuah kalimat nyata yang merupakan goresan pena diatas sebuah kertas putih. Karena mata hati mampu membaca apa yang tidak terlihat olehnya, bahkan mata hati mampu merangkap fungsinya menjadi telinga. Dimana dia mampu mendengar tanpa harus bersuara.

Akan ada saat dimana kita kehilangan kata untuk tertuang dalam sebuah tulisan. Kata-kata itu seakan menguap dengan sendirinya. Bahkan seketika dia mampu terbang bersama denggan angin yang sepertinya baru saja menghampiri dan menyapa kita. Ia pergi tanpa harus meninggalkan jejak rekaman lainnya yang mampu kita ingat. Ia tidak mampu bertahan dalam sebuah pemikiran yang realistis sekalipun. Walaupun kata-kata itu dengan setengah mati berusaha kita ingat, namun selalu saja berkahir mustahil. Karena kata-kata itu hilang begitu saja. Kemana dia pergi bahkan sekecil bekasnyapun tidak terlihat. Seironis itukah kata pergi dengan cepat ? Karena kata akan seperti sebuah memori yang hanya singgah dan bahkan tidak ingin terlalu bertahan lama untuk tinggal diam hingga tertuang dalam sebuah tulisan indah. Dia pergi mencari sebuah ruang baru yang mungkin akan bisa tertuliskan dengan tinta emas yang bahkan kita tidka menyadari itu ada pada kita atau tidak. Tinta emas itu mungkin sudah berada di suatu dimesi lain yang akan memberikan banyak pemahaman kata untuk tahu dan memberikan sejuta maknanya.

Akan ada saatnya satu detik itu akan lebih berarti daripada seratus tahun sekalipun. Buat apa memiliki waktu seratus tahun sekalipun namun lautan tidak akan pernah memberikan penghidupan bagi segala mahluk didalamnya ? Sedetik akan menjadi sebuah makna yang tidak mampu terungkapkan ketika detik itu juga kita melakukan yang terbaik dalam hidup kita. Tidak harus membangun menara menyangi menara Babilonia sekalipun untuk menjadi sebuah keajaiban dunia. Namun satu deti itu akan membawa pada seuatu masa yang bahkan mungkin kancil sekalipun tidak akan melakukan kelicikan jika satu detik itu membawanya pada sebuah masa yang mampu mengubah hidupnya. Buat apa seratus tahun jika nyatanya semua itu terbuang percuma ? Bukankah lebih kualitas daripada kuantitas. Sebuah teori yang mungkin ada benarnya untuk satu detik yang akan mampu mengubah sebuah dunia menjadi lebih baru dan hidup. Satu detik yang membawa kata kembali. Satu detik yang akan digunakan untuk menjaga supaya tidak kecolongan. Satu detik untuk selalu mengucap syukur akan satu detik itu sendiri.

Akan apa saatnya hati yang keras akan menjadi hati yang lembut. Bahkan mungkin akan melebihi lembutnya kain sutra terbaik di dunia sekalipun. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Segala sesuatunya bergerak begitu dinamis, elastis, dan tidak pasti. Bahkan orang purba jaman dahulu harus hidup secara nomaden untuk bertahan hidup. Apa yang terjadi sekarang belum tentu akan terulang lagi dalam hitungan tahun ataupun abad. Kamu tahu apa yang berharga dalam hidup ini ? Waktu yang baru saja berlalu dari hidupmu itulah yang akan kamu kenang sebagai sesuatu yang berharga. Mungkin tidak dalam sekejap kamu akan mengerti kenapa harus ada pelangi ataupun hujan. Karena setiap mereka akan membawa ceritanya masing-masing. Semua membawa masa yang terangkai dalam sebuah melodi indah yang akan dimainkan dengan nada-nada harmonis yang akan terlantun dengan merdunya.

Akan ada saatnya kesepian dan kesendirianmu akan menjadi sebuah lelucon. Buat apa menghabiskan waktu untuk meretapi sebuah keadaan yang nyatanya kita ciptakan sendiri ? Ingin mendengar hiruk pikuknya dunia, coba langkahkan kaki satu langkah dari tempatmu berada. Karena setiap langkah yang kamu ambil akan menjadi sebuah cara yang unik untuk membuatmu paham apa arti dari langkahmu sendiri. Rasanya terlalu sayang jika harus meratapi dan menangisi kesendirian yang nyatanya selalu kita sukai. Untuk apa mengeluh akan kesepian jika nyatanya dengan kesepian kamu mampu memahami ritme kegelapan yang kesunyian yang ada disekelilingmu. Buang jauh-jauh tentang prasangka miring akan kesepian dan kesendirian itu. Itu tidak akan mengubah dunia dalam sekejap. Yang pasti dunia akan berubah jika kita mampu mengerakkan pena yang telah kita pegang untuk memulai sebuah kata yang menjadi awal cerita panjang itu.

Akan ada saatnya kamu akan menari dan bernyanyi di bawah hujan. Hujan selalu punya auranya sendiri. Tentang sebuah penantian. Tentang sebuah kehilangan. Tentang sebuah kerinduan. Tentang sebuah kata yang hanya bisa menjadi sebuah rahasia. Tentang sebuah rasa. Rintik-rintik hujan yang turun bagai serbuan seribu serdadu utusan surga yang selalu membawa pesan. Pesan yang ingin tersampaikan pada jiwa-jiwa yang mengunggu akan sebuah jawaban akan hujan. Dibawah terik mungkin tidak ada celah untuk tahu, karena itu akan menyilukan. Namun dibawah hujan kamu bisa merasakannya melalui sentuan tetesan-tetesan itu memeluk tubuhmu dalam sekejap. Membawamu untuk merasakannya. Mengenalnya lebih dekat. Rasakan saja. Sepertinya hujan mampu mengerakkan raga yang sudah kehilangan daya akan sebuah harapan. Sepertinya hujan akan memberikan suara bagi mereka yang tidak mampu lagi bernyayi dengan indah. Tidak perlu semua itu, jika nyatanya hujan yang memelukkmu mampu membawamu menari seperti seolah tidak ada orang yang akan melihatmu. Hujan akan membuatmu bernyanyi seperti seolah tidak akan orang yang mendengarmu. Karena hujan akan memahamimu sebagaimana adanya dirimu. Dia tidak menuntut lebih. Meski kita selalu menuntut pelangi diakhir hujan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)