Rabu, 27 Februari 2013

Aku. Kamu. Kita. Perbedaan.

ketika kita berbicara tentang perbedaan, tidak bisa dihindarkan lagi akan banyak prespektif yang muncul. Ada yang memandang dari sisi negatif, positif atau mungkin netral. Menapa perbedaan selalu menjadi topik hangat ? Karena perbedaan tidak bisa terlepas begitu saja dari kehidupan kita sehari-hari. Dalam hal apapun itu kita akan tetap bertemu dengan apa itu yang dinamakan dengan perbedaan. Tidak perlu jauh-jauh, dalam diri kita sendiri saja kita sering menemui perbedaan. Ketika apa yang kita inginkan secara naluriah dan apa yang kita inginkan secara nyata sering mengalami gesekan karena perbedaan kemauan yang sulit untuk diselaraskan sehingga kita tidak bisa terhindar lagi dari apa itu yang dinamakan dengan konflik diri atau lebih kerennya lagi konflik batin. Ini masih mencakup dalam hal mikro yaitu diri kita sendiri. Lalu bagaimana jika kita berbicara dalam konteks makronya ? Ini akan lebih kompleks lagi, karena perbedaan pandangan yang selalu menilai hal yang sedang menjadi isu hangat dari berbagai sisi yang berbeda. Sehingga pergesekan antara pendapat satu dengan pendapat yang lainnya tidak bisa terlepaskan begitu saja.

Perbedaan cara pandang, perbedaan cara bersikap, perbedaan cara berbicara, atau perbedaan apapun itu selalu bisa menimbulkan konflik. Karena sejatinya perbedaan itu bisa dilihat dari dua sisi yang berbeda. Dari sisi positif, ketika memandang perbedaan itu sebagai warna, maka orang yang bisa menghargai perbedaan itu akan menganggap kalau perbedaan itu yang bisa membuat sesuatu menjadi lebih indah. Seperti pelangi akan selalu terlihat indah dengan padupadan warna warninya. Tetapi ketika dilihat dari sisi negatif, orang yang melihat perbedaan yang ada karena memang berbeda, maka perbedaan itu sendiri akan menjadi bumerang yang tidak akan pernah menemukan titik temunya. Seakan menjadi titik dimana ini akan berbenturan dan yang ada hanya akan menimbulkan konflik ketika tidak ada satu pihak yang mempertahannya apa yang dipercayainya dan terlampau memaksakan kehendak akan apa yang dipikirkannya.

Perbedaan keyakinan. Ini yang masih sering terdengar dan mungkin akan tetap menjadi isu hangat untuk selalu dibahas lagi dan lagi. Mengapa ? Karena memang ini kenyataan yang terjadi saat ini. Bukan untuk membasa konflik yang terjadi karena adanya pihak minoritas dan mayoritas namun kali ini yang akan dibahas bagaimana perbedaan itu disatukan dalam sebuah ikatan. Yap, hubungan berbeda keyakinan. Pastilah sering atau bahkan saat ini banyak yang bertemu dengan kasus seperti ini. Lingkungan sekitar kita seolah menjadi panggung pertunjukan untuk satu kisah yang jika diruntut asal muasal ataupun endingnya tidak akan menemui titik habisnya. Orang selalu beranggapan kalau ini akan bisa dibicarakan baik-baik. Namun selalu ada pro dan kontra akan hal ini. Lebih menarik dan selalu tidak akan ada habisnya untuk membahas ketika perbedaan itu dipertemukan dalam sebuah rasa.

Pro. Setiap hubungan itu pasti ada perbedaan. Simpelnya, tidak perlu berbicara tentang perbedaan karakter, sifat atau apa itu karena memang itu sudah jelas berbeda. Dalam pasangan saja kodratnya kita memang sudah berbeda, laki-laki dan perempuan. Pasti akan beda ceritanya kalau hubungan itu terjadi bagi sesama jenis. Orang yang pernah mengalami ataupun sedang mengalami dimana perasaan mereka bertemu pada sebuah masalah yang mungkin sebenarnya bukan masalah ini akan selalu berusaha untuk berkompromi dengan hal yang satu ini. Ketika mereka dihadapkan dengan masalah besar yaitu perbedaan keyakinan, bahkan masalah-masalah kecil akan tersingkir dengan sendirinya karena sebenarnya ada masalah besar yang sedang mereka hadapi. Sehingga ketika apa sebuah pertanyaan "bagaimana hubunganmu ? Bagaimana dia ?" Pasti akan muncul kata-kata klise untuk menutupi nyatanya perbedaan itu. "Baik-baik saja. Karena dia baik blablabla" dan segala alasan klise lainnya. Namun apakah perasaan itu salah ? Ketika kita berbicara benar atau salah tidak ada sesuatu itu yang bernilai mutlak. Yang membenarkan atau menyalahkan sesuatu itu sebenarnya adalah presepsi dari masing-masing orang tersebut. Ketika mereka bisa mengompromikan perbedaan itu sebagai suatu wujud yang bisa dijalani dan dinikmati dengan proses maka mereka mengganggap bahwa proses itu lebih baik daripada hasilnya. Mengapa ? Karena tanpa kita sadari, dalam sebuah hubungan hanya ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu putus atau nikah. Jika perbedaan itu bisa diselesaikan dengan "mengalah" makan pernikahan yang akan menjadi penghujung dari sebuah cerita atau proses. Namun ketika perbedaan itu tidak bisa lagi dikompromikan maka segala sesuatu itu akan berakhir dalam sebuah kata "putus". Orang yang menjalani hubungan beda agama awalnya pasti akan aware dengan hal ini. Namun mereka dengan prinsip "you never know if you never try" akan terus melanjutkan langkah mereka untuk menikmati proses. Dan pada akhirnya dia akan tahu apa yang akan terjadi karena dia mengalaminya sendiri. 

Cinta adalah sebuah anugrah. Dia adalah sebuah keajaiban. Karena kita tidak pernah bisa memilih dengan siapa kita akan jatuh cinta. Ketika kita dipertemukan dengan pasangan yang berbeda keyakinan, disinilah sebuah keputusan besar itu sedang diuji. Sesosok jiwa dewasa sedang dipertanyakan. Bagaimana kita menyikapinya, bagaimana kita memutuskannya, bagaimana kita menjalaninya, dan pada akhirnya bagaimana kita siap menerima segala konsekuensinya. Segala konsekuensi itu pasti ada bukan hanya pada hubungan yang berbeda keyakinan saja, karena sebenarnya masalah itu akan lebih kompleks jika mengatas namakan perbedaan keyakinan hanya untuk menjadi alibi akan kebohongan lainnya. Betapa miris jika melihat kenyataan ini. Ketika dua orang berjuang akan perasaan mereka, mereka akan selalu dipertemukan pada sebuah prinsip yang berbeda. Pada akhirnya masing-masing dari mereka mempertanyakan berhakkah kita akan perasaan ini. Kita pastinya tidak pernah meminta perasaan yang hanya menimbulkan kesakitan belaka, karena sewajarnya manusia itu tidak ingin merasa tersakiti. Namun segala sesuatu itu pasti ada alasan mengapa itu terjadi. Tidak akan ada hujan jika tidak ada akan ada pelangi. Semua seperti sebuah dimamika, karena perbedaan itu akan selalu menjadi pembelajaran harus bagaimana kita bersikap menerima perbedaan itu sendiri. Ego yang harus dihilangkan untuk saling mendengarkan, saling memahami dan pada akhhirnya untuk saling menerima sebuah kenyataan. Tapi satu yang harus kita sadari, kita selalu berhak untuk menerima sebuah perasaan yang utuh, bukan atas salah atau benar namun layak atau tidaknya.

Kontra. Kalau berbicara dari pihak kontra tidak bisa diragukan lagi pasti akan ada seribu suara yang menentang keras ketika dua insan disatukan dalam hubungan yang berbeda keyakinan. Kita lahir dan dibesarkan dalam mutikultural yang kuat. Kita memiliki pemahaman yang berbeda-beda dalam menerima perbedaan itu. Ada yang bisa menerimanya, namun ada juga yang menolaknya. Karena seperti sebuah hukum alam. Jika pondasinya saja berbeda bagaimana bisa membangun bangunan yang kokoh. Karena kita selalu berpikiran pada ending dari sebuah cerita, kita lupa akan sebuah proses di dalamnya. Bukan seberapa banyaknya, namun bagaimana kita bisa mengambil nilai dari semua itu. Hidup itu adalah belajar. Bukan melulu belajar di sekolah, kampus dan sebagainya, namun belajar itu terjadi selama kita hidup. Kita akan menemui perubahan-perubahan yang bisa membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi di kemudian hari. Orang pasti akan beranggapan kalau dari awal sudah enggak ya enggak. Karena sekuat apapun kita berusaha, selama apapun kita menunggu, sesabar apapun kita untuk setia namun jika memang Tuhan tidak menuliskan "iya" untuk kita semua itu seperti terbuang sia-sia. Harus kita sadari, bukan kehendak kita yang terjadi namun kehendak Tuhanlah yang menjadikan segalanya saat ini. Kita selalu berharap bisa menyamarkan perbedaan itu, saling bertahan dan meyakinkan, namun ketika kita memiliki kemauan dan keinginan keras kita harus menerima jika memang bukan itu yang terjadi. Tuhan bukannya tidak mengabulkan doa kita, namun Dia tahu saat yang tepat untuk menjadikan semuanya indah pada waktunya. Jika sesuatu itu tidak sesuai dengan kenyataannya, Tuhan lebih tahu apa yang terbaik buat kita daripada apa yang kita inginkan, karena apa yang kita inginkan itu belum tentu terbaik untuk kita. Pacaran adalah berproses bersama untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Begitu juga dalam hubungan beda keyakinan, selalu ada celah untuk bisa memahami satu sama lain, menghargai satu sama lain hingga penerimaan itu muncul. Namun ketika kita semakin mencari celah pro atau kontra akan masalah satu ini, semakin kita akan dipertemukan pada pertentangan pendapat dari berbagai sisi, karena setiap orang memiliki pemahaman masing-masing akan hal ini. Sehingga tidak ada yang baik atau buruk dan tidak ada yang salah atau benar. Karena sejatinya segala sesuatu itu dijadikan indah pada kenyataanya, tinggal kacamata mana yang akan kita pakai untuk melihat itu semua. 

Senin, 25 Februari 2013

Independen. Dependen.

Independen. dependen. Kata-kata yang sering kita dengar sebagai variabel dalam sebuah penelitian. Dimana variabel itu yang memiliki pengaruh penting dalam penelitian itu sendiri. Dimana variabel dependen atau variabel tergantung adalah inti masalah dalam sebuah penelitian yang ingin di teliti hingga variabel ini bisa dipengaruhi oleh variabel-variabel lain sehingga disebut tergantung. Berbeda dengan variabel independen, dimana variabel bebas ini yang ada disekitar variabel dependen dam memiliki pengaruh walaupun variabel ini bisa berdiri sendiri. Dalam teorinya bisa dikatakan seperti itu. Sehingga ketika variabel independennya dirubah akan berpengaruh pada variabel dependen, ini mengapa variabel dependen tidak bisa berdiri dengan sendirinya. Karena keterikatannya ini hingga muncullah istilah independen dan dependen. Begitu juga dalam keseharian kita. Ada istilah manja dan mandiri. Ini bisa kita korelasikan dengan kata-kata yang kita bahas diawal. 

Sebagai seorang pribadi kita dibesarkan dalam sebuah keluarga yang memiliki cara masing-masing dalam mendidik kita hingga tumbuh kembang seperti saat ini. Ada kebiasaan-kebiasaan yang menjadikan diri kita pribadi yang bisa lebih dikenali. Entah itu periang, ramah, sopan, nakal, jahat, usil, atau apapun itu. Hingga semua kebiasaan itu juga bisa menentukan kita bagaimana pembawaan kita terhadap diri kita sendiri. Kita hidup disekeliling orang-orang yang begitu pedulinya dengan kita. Bermula dari orangtua kita, sahabat-sahabat kita, saudara-saudara kita, dan orang lain yang ada disekitar kita. Seperti ada sebuah "network" yang menghubungan antara satu orang dengan orang lainnya. Dengan begitu kita bisa tidak bisa terlepas dari sebuah sistem yang menyebabkan kita ketergantungan terhadap orang yang satu dengan orang yang lainnya. Namun tingkat ketergantungan ini bisa dibedakan, mana yang tergantung dalam artian begitu lekat dan tergantung yang hanya dalam artian tidak bisa lepas begitu saja dari tatanan sebuah sistem yang terbentunk dalam lingkungan kita. 

Kita memang sejatinya saling bergantung antara satu orang dengan orang lainnya. Namun itu bukan berarti segala kendali yang kita miliki dipegang oleh seseorang yang amat kita gantungi. Misalnya, kita yang tergantung dengan orangtua, oke itu sangat wajar, tapi bagaimana kalau segala kendali itu harus kita serahkan kepada orangtua kita padahal secara tidak langsung kita sudah tumbuh dewasa dan bisa menentukan apa yang memang hendak kita pilih. Orangtua adalah orang yang paling berpengaruh dalam hidup kita, hingga ketergantungan itu akan tetap ada namun ini jangan sampai menjadikan diri kita tidak bisa menjadi pribadi yang mandiri dan kesannya manja. Oke, ini tentang orang tua. Namun bagaimana jadinya jika kita menjadi pribadi yang "dependen" pada sosok lain. Misalnya pasangan. Dalam sebuah hubungan saling membutuhkan dan saling tergantung itu menjadi sesuatu yang wajar. Namun kita harus tetap memiliki kendali akan hidup kita sendiri. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nantinya. Hingga lebih baik mencegah daripada mengobati itu sangat berguna di dalam sebuah hubungan. Ini bukan berarti kita menyepelekan hubungan kita, namun kita lebih bisa "aware" dengan situasi dan kondisi. Apa-apa harus dengan pasangan, makan harus ditemani, kesana kesini harus diantara jemput, bahkan mengibaratkan dirinya tidak ada artinya jika tanpa pasangan, itu salah satu bentuk dependen. Dimana bentuh dependen yang berlebihan itu hanya akan menimbulkan sebuah ketakutan hingga waswas dengan segala pikiran jangan-jangan dan jangan-jangan. Yang ada kita tidak bisa menentukan arah kita sendiri, karena kita tidak tahu apa yang kita cari dan arah mana yang kita tuju. Mengapa ? Karena kita terlalu mengantungkan diri dengan pasangan kita. Menjadi sosok yang mandiri dalam hubungan itu bisa menjadi nilai plus, namun disini bukan berarti kita tidak menganggap pasangan kita tidak ada, namun kita tahu batas mana yang bisa kita lakukan sendiri dan mana yang kita lakukan bersama. 

Menjadi diri dependen seolah akan kehilangan akan artian orisinil dari diri kita sendiri. Karena kita bahkan takut membayangkan kalau tidak ada lagi si 'dia" dalam kehidupan kita. Bumi pasti seakan runtuh seketika, bahkan kebiasaan bergantung pada orang lain itu akan menjadi sebuah kebiasaan yang ada kita akan menyepelekan keadaan karena ada sosok yang bisa kita andalkan. Padahal sosok itu apakah selamanya akan bertahan ? Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang everlasting. Sekali lagi kita tidak akan pernah tahu akan apa yang akan terjadi nanti, siap dengan kemungkinan terburuk sekalipun itu ibarat pelompat tinggi yang siap berlompat setinggi mungkin namun juga sudah siap dengan matras yang mampu menopang tubuhnya yang jatuh sehingga sakit itu tidak akan terasa. Bagaimana caranya ? Ketika kita menjalani sebuah hubungan, kita tahu ada sebuah komitmen yang dibuat, kita saling bergantung satu sama lain. Namun hendaknya kita tahu batasan sampai mana kita bergantung dengan pasangan kita. Selama itu masih bisa dikerjakan sendiri, apa salahnya kita mencoba melakukannya sendiri, namun kita juga harus sadar diri sampai mana kemampuan kita akan usaha itu. Ketika kita sampai titik dimana kita membutuhkan bantuan tidak ada salahnya kita jujur pada diri sendiri kalau kita membutuhkan bantuan sehingga bukan gengsi yang muncul. Negatifnya menjadi sosok yang independen, dia akan bertemu pada istilah gengsi dimana mereka terbiasa melakukan segala sesuatu dengan mandiri dan harus bertemu titik dimana dia membutuhkan bantuan oranglain. Menjadi pribadi yang ikhlas. Ini terdengar klise. Memang. Namun entah kita sadari atau tidak ikhlas itulah kuncinya. Ketika kita menjalin sebuah hubungan, kita ikhlas menjalaninya, bukan untuk mengantungkan diri namun tetap menjadi pribadi kita yang mandiri. Behubungan bukan untuk mencari sebuah kebahagiaan namun sejatinya untuk berbagi kebahagiaan. Sehingga dengan menjalin hubungan yang ikhlas itu, keduabelah pihak dari kita siap dengan segala kemungkinan yang trejadi, sehingga diantara kita ketergantungan itu tidak terlalu akut. Sehingga, seandainya kemungkinan terburuk itu terjadi kita tidak akan mengalami fase "something missing" yang berlebihan. Dan itu akan tetap menjadikan diri kita aslinya. Pasti ada masa dimana merubah kebiasaan itu yang sulit, namun seiring berjalnnya waktu itu akan juga menjadi sebuah kebiasaan untuk sendiri. Maka dari itu entah dalam hubungan atau tidak, dependen itu kalau bisa diminimalisir dan menjadi pribadi yang independen itu yang perlu dilatih. Karena apa yang trejadi sekarang itu adalah realita, dan apa yang terjadi esok itu masih ada dalam spekulasi. 

Minggu, 24 Februari 2013

Another World

Entah ada angin apa saya baru ngeh dan inget ada satu pengalaman yang ingin saya bagiakan dengan semuanya. Pengalaman ini saya dapat saat mengikuti kuliah lapangan yang di adakan oleh salah satu dosen saya, matakuliahnya sih Metodologi Penelitian Kulitatif tapi bahasannya itu yang sangat menarik. Mungkin karena konsen penelitian dosen saya itu adalah hal-hal yang berbau dnegan "prostitusi" jadinya kita diajak ke Pati. Oke, mungkin jalan-jalan ke Pati itu sudah lumayan lama karena itu ada di semester 5 kemarin. Jadi, awalnya kita berangkat bareng-bareng ke Pati dari Jogja, sebelum ke Pati kita mampir dulu di Gunung Kemungkus. Jadi disini saya tidak akan cerita detail tentang tema kuliah lapangannya, soalnya ini behubungan dengan kerahasiaan data. Ceile, berasa peneliti beneran. Hahaha. Yang ingin saya share di sini adalah nilai-nilai yang saya simpulkan sendiri dari perjalanan ke Pati dari sudut pandang sayang. So, dari perjalanan itu saya bisa tahu apa itu "another world".

Kadang kita beranggapan kalau dunia kita adalah dunia yang ada di sekeliling kita saat ini, yang setiap hari kita temui, yang setiap hari kita lihat dengan kasat mata, dan dengan mereka kita berinteraksi. Nah, ini dia pointnya. Kadang kita tidak menyadari kalau di luar sana ada sesuatu yang kadang susuah di terima dengan logika kita, apa itu yang dianggap tabu oleh kita, itu seakan menjadi hal biasa bahkan sudah menjadi sebuah tradisi atau kebiasaan. Tidak ada lagi cemooh dari masyarakat sekitar, karena masyarakat mengganggap itu adalah sebuah pekerjaan. Apa itu ? Jadi begini, kadang kita berpikiran kalau sesuatu itu tidak sesuai dengan norma yang kita temui sehari-hari pastinya kita akan menghujat dnegan segala macam judgement yang akhirnya menimbulkan presepsi negatif akan apa yang kita lihat itu. Namun kenyataannya, di belahan bumi atau di tempat lain yang mungkin bisa di katakan dekat dengan kita mengganggap sesuatu yang kita anggap tabu itu menjadi hal yang biasa dan layak untuk diterima dengan akal logis. Yah, sebuah penerimaan yang memang sangat penting. Kadang kita selalu beranggapan kalau apa yang kita percayai itu benar, namun kenyataannya ada sebuah pemahaman lain dimana orang-orang itu tidak bisa kita paksakan untuk mengikuti apa yang menjadi keyakinan kita. Karena itu menjadi sebuah hak. Dan ketika kita sudah berbicara tentang selera itu sudah tidak bisa diganggu gugat karena itu sudah bertemu pada titik pemahaman akan individul differences. 

Pak Kun selalu mengajarkan kepada kita semua mahasisiwanya untuk membuka cakrawala berpikir. Apa maksudnya ? Ya kita selalu diminta untuk berlatih membuka pikiran kita seluas mungkin, dengan istilah kecenya liarkan pikiran. Untuk apa semua itu ? Yah, karena di dunia ini lebih luas daripada sejauh mata kita memandang. Kalau dalam novel-novelnya Tere Liye mengatakan "di luar sana akan kita temui lampu-lampu yang lebih terang daripada redupnya cahaya lampu di desa ini". Kadan kita selalu mengungkung pemikiran kita dengan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Kalau ingin pintar banyak baca buku, rajin belajar dan blablabla. Ini secara jelas adalah pemikiran kuno yang masih di percaya sampai sekarang. Ya memang benar begitu keadaannya, nmaun kadang kita melupakan satu hal. Belajar dan mengenal dunia itu tidak hanya melulu dari teori-teroi yang disajikan dalam lembaran-lembaran kertas buku, karena sejatinya ladang belajar yang luarbiasa itu ada di sekitar kita. Banyak kita temui pada orang-orang pandai yang mungkin bisa dikatakan minus dalam hal sosialnya ini, bisa dianalisis kalau mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan menelan kata-kata apa yang tertulis dibuku dan kurang melihat dunia sebagai media belajar mereka. Dunia ini memang tidak selebar daun kelor, karena dunia ini menyimpan sejuta cara, jalan, makna, nilai dan pemahaman yang minta kita kuak. Bukan untuk didiamkan saja. Ketika kita berpikir akan sesuatu jangan takut untuk mendengarkan kata salah, benar, tabu apa semacamnya, mulai berpikir liar untuk sesuatu yang ingin kita kembangkan itu tidak ada salahnya. Namun butuh keberanian ketika kita menemukan sesuatu yang berbeda itu, kita harus berani terjun untuk menguak kebenaran yang disajikan oleh alam. 

Mampu menjalin relasi sana sini dengan baik akan menambah pemahaman kita akan bertukar ilmu itu adalah sesuatu yang mengasikkan. Karena ilmu tidak akan berguna jika kita sendiri yang menggunakannya. Betapa hebatnya kita kalau apa yang kita mengerti, kita pahami dan kita kuasai diketahui juga oleh orang lain dan orang lain itu akan meneruskan hingga menjadi sebuah jaringan yang begitu besar. Apa gunanya menjadi orang yang kikir ilmu ? Apa akan menambah panjangnya umur dengan memelihara potensi itu untuk diri sendiri ? Ah pasti akan terdengar percuma dan akan mustahil terbuang begitu saja. 

Oke, kembali lagi ke pokok bahasan tentang "another world". Di perjalanan ini, saya juga bisa memaknai kecantikan alam yang selalu tersaji untuk umat manusia. Tapi sayang, kadang karena ketersajiannya itu, manusia menjadi tamak untuk mengupayakannya lebih hingga alam menjadi terkikis. Mengorbankan banyak hal hanya untuk mendapatkan kepuasan akan ketersajiannya ini. Alam itu adalah tempat dimana kita bisa menemukan siapa diri kita sebenarnya, karena kita berasal dari alam dan akan kembali ke alam dalam wujud tanah. Siapa kita ini hingga berani menuntut lebih pada alam ? Kita ini hanya mahkluk ciptaan Tuhan yang tidak ada kuasanya untuk memindahkan gunung. Namun kita selalu berupaya untuk meruntuhkan gunung hingga mendapatkan apa yang dicari. Ini adalah point yang saya dapat ketika perjalanan kesuatu tempat, dimana itu ada sebuah gunung yang diambil tebing-tebingnya kalau tidak salah ingat itu buat bahan untuk membuat kramik, kosmetik dan semacamnya.

Dan point penting yang saya dapat di sini yaitu kita harus bisa dan mampu menghargai perbedaan pemahaman akan suatu hal. Jangan melihat sesuatu dari satu sisi saja. Ibaratkan kita memakai sepatu orang lain, agar kita lebih bisa memposisikan diri. Sehingga tidak timbul sebuah labeling dan judgement yang hanya akan menkotak-kotakkan kelompok hingga kita selalu beranggapan apa yang kita percayai itu benar. Setia orang istimewa dengan caranya masing-masing. Tidak ada yang murni salah atau benar. Dan setiap orang memiliki cara untuk menjalani kehidupannya. TKarena itulah saling menghormati dan menghargai itu adalah salah satu kunci penting untuk semakin memahami sebuah kedamaian itu tercipta. 

dimanakah "sesama" itu (?)


Kita lahir dari sebuah keluarga. Kita adalah output dari keluarga kita. Kita besar dan tumbuh bukan hanya dalam keluarga saja. Namun kita merupakan bagian dari suatu sistem yang dinamakan dengan lingkungan. Lingkungan tempat dimana kita tinggal merupakan faktor penyumbang terbesar dalam proses perkembangan kita menjadi pribadi seperti sekarang ini. Oleh karena itu mengapa lebih sering dikenal dengan stereotip. Hal ini yang secara tidak langsung menjadi labeling bagi pribadi kita dari mana kita berasal dan kehormatan apa yang mau tidak mau harus kita jaga dan pertahankan. Ketika kita berbicara tentang masyarakat secara universal, kita tidak pernah bisa lepas dari kodrat kita sebagai mahkluk sosial. Dimana kita tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya orang lain. Coba banyangkan kalau kita terlahir di dunia ini yang ada hanya ayah dan ibu kita, apa yang akan terjadi ? Apakah kita akan berkembang selayaknya manusia sosial lainnya ? Yap, bahasan kali ini akan menyinggung tentang artian sosial menurut sudut pandang pada jaman yang serba mutakir ini. Coba kita ucapkan berkali-kali dan rasakan apa yang berbeda ketika kita menyebutkan kata sosial. 



Bukan karena mengapa, bukan juga berhubungan dengan kognitif ataupun permainan lainnya. Namun yang lebih tragisnya kini, bahkan sosial itu semakin menyingkir dari tatanan kehidupan budaya Ketimuran kita. Banyak yang muncul, namuan lebih cenderung yang muncul itu adalah isu sosial. Apa ? Pasti setiap dari kita akan mempunyai jawabannya masing-masing. Kita tinggal di masyarakat yang multikultur, hingga isu yang munculpun sangat beranekaragam. Mulai yang sepele dan hingga masalah yang pelik. Oke, coba kita lihat konflik-konflik yang sering terjadi saat ini, tidak lagi konflik antar suku, bahkan satu sukupun bisa berkonflik karena pandangannya masing-masing. Kehidupan beragama yang seolah-olah menjadi momok yang menakutkan saat ini, bagaimana bisa kita tidak merasa terlindungi beribadah di tempat kita sendiri ? Mayoritas-minoritas itu tidak ada. Yang ada hanya pelebelan setiap kelompok yang menyatakan dirinya benar. Kita tinggal tetap dalam satu dunia, yang membedakan hanya jalan kita dan cara kita. Kalau mau dijadikan masalah pasti akan menjadi masalah. Toh, sebenarnya hidup ini tidak lagi perlu mempeributkan sesuatu untuk menjadikan masalah. Karena tanpa dicaripun masalah itu akan datang sendirinya. ini jalanku dan itu jalanmu, kita ibarat garis yang sejajar yang berjalan saling berdampingan, tanpa senggolpun kita tidak akan menjadikan konflik, saling menjaga keseimbangan itu dirasa sangat perlu dewasa ini. Namun kenyataannya, setiap kelompok merasa dirinya paling benar. Bahkan kebenaran mutlak dan kesalahan total itu tidak ada. Yang ada, kitanya sendiri yang selali mendeklarasikan kalau diri kita benar dengan segala pemikiran kita sendiri. Tapi kenyataannya, entah itu benar atau salah tidak ada yang tahu pasti. Inilah yang kadang menjadikan jalan yang berdampingan saling bersenggol dan saling membenarkan jalannya masing-masing.


Miris memang jika kita ingin menilik lebih jauh lagi apa yang terjadi saat ini. Seperti dunia yang sudah tumpang tindih atau mungkin berotasi dengan arah dan sumbu yang salah. Seakan manusia menjadi ratu dan raja akan hidupnya masing-masing dengan mengejar kemewahan, kekayaan, dan kekuasaan. Mungkin dengan begitu mereka berpikiran dunia akan menjadi miliknya dan dia sendiri yang menentukan arah ronda kehidupannya berputar. Bagai hidup di negeri dongeng setiap tokoh ingin mengusahakan dirinya menjadi sosok peran utama yang bisa menghandle cerita kehidupannya. Berlomba-lomba untuk sesuatu yang pada akhirnya hanya akan melahirkan dan mengembangkan kesombongan. Rasa-rasanya topeng-topeng dan kenaifan itu semakin bertebaran atau bahkan seperti virus yang sudah merebak dan menjangkiti setiap orang yang "keblinger" dengan kegemerlapan duniawi. Apa pernah bagi mereka yang berlomba-lomba mencari kesenangan sedikit saja terbayang akan akhir dari semua itu ? Sebentar saja kita berbicara tentang akhir dari semua ini. Kemana lagi manusia akan bisa lari jika kematian sudah menjemputnya ? Ketika orang berlomba menjari kekuasaan untuk mendapatkan kedudukan hingga ketamakan merajalela dan semuanya bahkan bisa membuatkan mata. Tidak bisa dipungkiri lagi, korupsi saat ini seperti sudah sangat membudaya. Mengapa ? Karena itu seperti sebuah terusan yang akan turun temurun dari generasi ke generasi ? Bagaimana caranya memusnahkan kerupsi yang sudah membudaya itu ? Kita memotong arus budaya itu di satu titik generasi ? Mustahil sepertinya. Mengapa ? Karena kini semboyan itu bergeser "jujur kui ajur" Taukah apa itu artinya ? Sekarang kejujuran seperti sebuah sesuatu yang tabu. Bahkan perlu dipertanyakan masih ada atau tidak kejujuran itu sendiri. Terlalu naif memang jika membicarakan kejujuran ditengah kepalsuan yang sangat kental saat ini. Sok suci dengan kata-kata jujur, itu pasti celotehan mereka yang lupa atau bahkan tidak kenal sama sekali apa itu kejujuran.

Dimanakah "sesama" itu? Apa itu ? Jarang lagi terdengar kata itu. Yang ada sekarang kompetitor, musuh, pesaing, dan apalah. Setiap orang ingin menunjukkan jati dirinya. Ingin terpandang, ingin terlihat yang paling unggul, atau mungkin ingin terlihat yang paling segalanya ? Inilah realitanya saat ini. Tidak bisa berbabibu lagi jika kita ingin mengatakan tegakkan keadilan, hapus korupsi, berantas koruptor, dan segala macam tetek bengeknya. Karena itu semua ibarat omong kosong. Seperti berteriak di tengah padang gurun yang tidak ada seorangpun yang mendengarkan. Karena apa yang sebenarnya menjadi pantangan kini sudah menjadi tradisi. Kehidupan sekarang yang sudah terbiasa dengan "dugem", coba ada salah satu yang menganggap dugem itu tabu pasti akan segera terlempar kata "cupu" dari mulut mereka yang sudah terbiasa dengan kehidupan itu. Mengapa ? Karena itu sudah menjadi sebuah bagian dari kehidupan sebagian orang dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaan, seperti kita makan, minum, butuh pakaian dan semacamnya.

Dimanakah "sesama" itu ? Sering terdengar akhir-akhir ini "miskin dilarang sakit". Sungguh miris jika melihat kasus yang akhir-akhir ini sering diberitakan di televisi. Kisah nyata yang dialami oleh kembar Dara-Dera yang akhirnya salah satu dari mereka harus kehilangan nyawa karena mahalnya sebuah "pertolongan" bagi si miskin. Dimanakah arti sesama itu ? Rumah sakit yang menjadi tempat pelayanan umum bagi masyarakat seolah tidak bisa lagi diharapkan pertolongannya. Dokter-dokter, perawat dan semua jajaran rumah sakit. Dimana mereka ? Masihkan ada istilah 'sesama" ? Realistinya, dokter sekolah mahal-mahal, untuk apa ? Ya, suapa nantinya bisa hidup layak dengan pendapatan dokter yang luar biasa. Masihkah ada dokter yang mengabdikan dirinya untuk masyarakat ? Seperti sebuah oase di padang gurun jika kita masih bisa menemuinya, kenyatannya itu 1 : 10. Banyak dari kita berlomba-lomba untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi buat hidup layak kelak, itu sah-sah saja dan wajar bagi setiap orang. Namun terdengar luar biasa jika ada dari kita yang bersusah payah saat ini untuk nanti mengabdikan diri untuk "sesama". Meraka yang masih menganggap sesama itu ada adalah pribadi yang mampu melihat dunia dari sisi lain. Apa lagi yang bisa kita harapkan dari dunia yang hampir rancu ini ? kembali lagi pada setiap pribadi orang bagaimana menyikapi segala polemik yang terjadi saat ini. Bijaksana terhadap kehidupan yang semakin keras, laksana tetesan air di teriknya mentari pagi. Ketika orang melihat harapan itu masih ada, walaupun di tengah kecamuk dunia yang semakin tidak menentu ini, akan ada sebuah petunjuk yang akan membimbing bagi hati-hati yang memuliakan kasih. Karena ia akan menjadi terang bagi kegelapan yang semakin melingkupi dunia. Ketika tidak ada cahaya lagi, kemuliaan hati akan menjadi pelita dalam sayup-sayup pergolakan. "Sesama" itu masih hidup dan akan terus hidup bagi mereka yang masih mengenal "kasih". Karena kasih itu murah hati, kasih itu sabar, kasih itu  tidak berkesudahan, kasih itu lemah lembut, kasih itu memaafkan, dan kasih itu sederhana. Kita tidak akan mengenal sesama kalau kita tidak tahu apa itu kasih. 

Kamis, 21 Februari 2013

TERLAMBAT

Entah ada angin apa hari ini secara tidak sengaja bisa nonton pementasan teaternya KRST yang judulnya TERLAMBAT. Jadi kalau tidak salah inti dari pemntasan tadi itu "jujur sebelum semuanya terlambat". Entah benar begitu atau hanya mendekati, namun itu yang bisa saya tangkap dari pementasan tadi.

Oke seru juga jika bahasan kali ini tentang terlambat. Sebelum membahas terlalu jauh. Pernah denger lagunya Adera yang judulnya sama dengan pementasan tadi ? Jadi seperti ini syairnya.


Andai saja waktu itu tak ku tunda
Tuk ungkapkan isi hati kepadanya
Mungkin dia jadi milikku, bahagiakan hariku
Oh tetapi kenyataan tak begitu

Di saat ku mencoba merajut kata                                                                                                     Dan berharap semua jadi sempurna                                                                                             Tiba-tiba ada yang lain yang mencuri hatinya                                                                                   Hilang sudah kesempatanku dengannya

Terlambat sudah semua kali ini
Yang ku inginkan tak lagi sendiri
Bila esok mentari sudah berganti
Kesempatan itu terbuka kembali
Akan ku coba lagi

Cukup sudah kesalahan kali ini
Jangan sampai semua terulang kembali
Keraguan dalam hatiku harus ku buang jauh
Bila ingin mendapatkan yang terbaik

Terlambat sudah semua kali ini
Yang ku inginkan tak lagi sendiri
Bila esok mentari sudah berganti
Kesempatan itu terbuka kembali
Akan ku coba lagi

Pengalaman pahit yang ku jadikan pelajaran
Dalam hidup yang tak akan terlupakan (terlupakan)
Oh jangan menunda sesuatu untuk dikerjakan
Jangan tunda jangan tunda


Sudah jelas sekali apa yang diceritakan dalam lagu milik Adera ini. Setiap orang pasti pernah atau mungkin sedang merasakan apa itu yang dinamakan dengan terlambat. Entah itu yang hampir menjadi rutinitas hingga terlambat menjadi hal yang biasa atau terlambat dalam artian yang memang kompleks masalahnya. Simpelnya, seperti kita terlambat berangkat ke kampus entah karena bangun kesiangan, motor mogok, atau apapun itu yang menyebabkan kita terlambat masuk kelas, Belum lagi jika tidak boleh masuk kelas atau mungkin disindir dosen atau dihukum oleh dosen. Segala sesuatu itu terjadi karena sebab. Tidak akan ada akibat kalau memang tidak ada sebab. Begitu juga dengan terlambat. Terlambat akan menjadi sesuatu yang begitu berat untuk dilupakan begitu saja ketika kita menyadari jika kita mau melakukan apa yang semestinya di lakukan pada waktunya. Namun terlambat selalu memiliki nilai yang bisa di ambil. Kadang terlambat bisa menutup kemungkinan kita untuk membuka banyak kesempatan. Karena kecerobohan kita, karena gengsi kita, atau karena memang kita sengaja untuk membuatnya terlambat.

Seperti yang kita ketahui, "kesempatan itu ada karena kita perjuangkan" namun bagaiman ketika kita tidak bisa menghargai waktu yang ada sebagai kesempatan dan menyia-nyiakan itu begitu saja ? Penyesalan, kecewa, yah itu pasti. Namun semua itu kembali lagi kepada setiap individunya. Jika memang dia bisa "legowo" merelakan apa yang memang bukan kesempatan untuknya, dia akan bisa lebih ikhlas. Namun apakah kita kan membicarakan tentang takdir ? Tidak. Karena kita berbicara tentang kesempatan yang ada namun kita dengan cerobohnya melewatkannya begitu saja hingga semuanya terlambat dan meninggalakn sebuah penyesalan. Lalu apa yang kita perbuat untuk mencegah itu ? Secara religius, kadang kesempatan yang ditawarkan kepada kita itu bukan untuk kita perjuangkan karena Tuhan punya maksud lain selalin itu. Namun disisi lain, kesempatan itu memang harus kita pergunakan sebaik-baiknya. Tapi kadang banyak dari kita yang mengabaikannya begitu saja, entah karena terlalu banyak berpikir atau memang karena kita tidak berani untuk menggunakan kesempatan itu.

Kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri dan yang ada adalah hari ini. Kita sebagai manusia "sedermo" nglakoni. segala sesuatu itu telah diberikan kepada kita, tinggal bagaimana kita pandai-pandai untuk memilih. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi esok, hingga yang ada kita hanya bisa melakukan yang terbaik saat ini. Kesempatan kedua itu selalu ada jika memang itu jalannya. Namun jangan menyepelekan kesempatan yang telah ada dengan beranggapan kalau kesempatan kedua itu masih ada. Karena kesempatan kedua itu 50 : 50. Dia akan menjadi misteri dan tidak akan pernah bisa kita sadari. Jangan sampai menjadi orang yang paling menyesal karena tidak pernah menyadari kalau kesempatan itu ada hingga kesempatan itu terlewatkan begitu saja. Tidak akan ada kata terlambat jika kita selalu aware dengan keadaan yang memang apa adanya. Jujur terhadap diri sendiri itu mungkin menjadi kunci utama. Bagaimana kita bisa jujur terhadap orang lain kalau dengan diri sendiri aja kita menjadi orang lain. Kadang berbohong dengan orang lain itu lebih mudah daripada berbohong pada diri sendiri. Hingga nanti jika sudah menjadi bom waktu kadang kita baru menyadari kalau itu semua terlambat untuk dijadikan penyesalan.

satu hal yang tidak bisa kita putar balik adalah masa lalu. Apa yang sudah terjadi memang senyatanya seperti itu kejadiannya. Yang kita bisa belajar dari apa yang telah lalu itu hingga nanti tidak akan ada lagi kesalahan yang sama terulang kembali. Jika masih ada waktu yang berbaik hati memberikan kesemapatan, mengapa kita tidak belajar untuk memahami situasi ini ? Percayalah jika apa yang dinamakan dengan terlambat itu amat sangat tidak mengenakkan sekali. Karena sebrapa jauh kita melangkah, seberapa aman kita bersembunyi penyesalan itu akan tetap mengikuti. Dia tidak akan mau menghilang sebelum kita berdamai dengan diri sendiri dan keadaan. Apa yang bisa kita lakukan ketika kata "terlanjur" itu terucap ? Tidak jauh berbeda. Asa itu akan semakin menumpuk, yang ada kita akan mati-matian untuk menyesuaikan diri tanpa mampu menerima keadaan hingga kita menjadi kehilangan arah akan diri kita sendiri. Sebisa mungkin aware akan diri sendiri dan keadaan akan membuat kita tahu apa yang memang harus kita lalukan. Mintalah petunjuk kepada Dia yang memberikan segala tawaran akan jalan itu. Lakukan yang terbaik yang bisa kita kalukan, selebihnya serahkan pada Tuhan apa yang tidak bisa kita lakukan dan kita harus siap dengan kemungkinan terburuk sekalipun. karena bukan kehendak kita yang terjadi namun kehendakNyalah yang akhirnya menentukan segalanya apa yang nyatanya terjadi. 

Letter For Friend

Ehm, aku tidak tahu harus memulai dari mana ketika aku ingin menuliskan betapa bersyukurnya aku mengenal kamu dalam hidupku. Sapaan mungkin terdengar sangat basa basi ketika kita ingin mengulang kembali cerita yang sepertinya sudah lama berlalu. Aku ingin tahu bagaimana keadaanmu. "Are you okay ?" Ini mungkin sebuah pertanyaan sederhana, namun aku mengerti ini memiliki makna yang memberikan sejuta kerinduan yang mendalam tentang cerita kita. Sahabat, sampai detik ini rasa-rasanya aku masih belum percaya kalau ternyata banyak anugrah Tuhan yang ada di sekitarku, yang aku sadari dan tidak aku sadari. Kamu. Kamu adalah bagian dari itu semua. Semenjak kita mengenal, aku mengerti banyak hal tentang apa yang awalnya tidak bisa aku pahami. Aku semakin percaya kalau di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Bahkan saat bertemu denganmu, aku merasa akan banyak cerita yang bisa aku tulis, akan banyak kisah yang akan aku jalani, dan akan banyak sajak yang nantinya bisa aku puisikan. Sahabat, mungkin ini hanya sebatas kata-kata. Namun entah mengapa, aku ingin menuliskan kalimat-kalimat sederhana ini untukmu. Ketika aku ragu untuk melangkah disaat gemuruh badai siap menghadang, kamu selalu tersenyum meyakinkanku kalau semua bisa terlewati. Sahabat, aku tahu kamu dan aku berbeda. Namun bagaimana pelangi bisa terlihat indah jika hanya ada satu warna ? Begitu juga dengan kita. Aku selalu mengucap terimakasih kepada Tuhan karena aku bisa menemukanmu ketika aku membutuhkan sebuah cara dan jalan. Atau mungkin kalimatku ini terdengar terlalu klise ? Yah, tapi beginilah adanya. Sudah sekian lama kita saling mengenal. Dari kita tahu kalau akan ada hujan di akhir badai, hingga kini mencoba berjalan di tengah badai ketika kita tahu kita tidak mampu menerjangnya atau mengalahkannya. 

Sahabat, apa kabar dengan hidupmu sekarang ? Aku rindu akan kita yang dahulu. Entah nanti, jika esok masih akan menjadi milikku, aku ingin selalu bertegur sapa denganmu. Kita bercerita tentang langit. Kita bercerita tentang alam. Kita bercerita tentang hujan. Atau apapun itu yang terlontar dari mulut kita akan selalu terdengar menyenangkan. Sahabat, persimpangan itu akan selalu kita temui. Bukan hanya dalam menjaga sebuah hubungan. Namun kamu selalu meyakinkanku, kalau hidup itu akan terus berjalan meski banyak persimpangan yang akan kita temui hingga nanti kita akan melangkah sendiri-sendiri. Saat ini, ketika dunia semakin menunjukkan kekuatannya, aku rindu akan kehadiranmu. Mungkin kamu tidak akan merasa apa arti dirimu untuk dunia, namun harus kamu mengerti bagi seseorang kamu adalah dunianya. Ketika kita berbagi dunia, kita saling mengenal. Ini duniaku, itu duniamu. Ini jalanku dan itu jalanmu. Meski jarak itu selalu ada, kamu selalu membuatku meyakini kalau itu bukan apa-apa. Tidak perlu menjadi orang lain agar dunia mengakui. Kita hanya diminta untuk menghargai diri sendiri hingga dunia akan memuliakan apa adanya dirimu. 

Sahabat, mungkin ini akan terdengar terlalu berlebihan lagi. Namun kamu tahu, sungguh aku merindukan hadirnya seorang sahabat yang benar benar sahabat. Aku menjauh bukan berarti untuk menghindar namun aku mencoba untuk mengenal dan membiasakan dengan pola hidup yang terjadi saat ini. Kadang sulit di terima dengan akal sehat. Aku dan kamu, aku disini dan kamu disana namun kekakuan itu masih ada. Hei, tahukah kamu, saat aku merindukan akan masa-masa kita bersama aku hanya memejamkan mata, namun segera aku akan tersadar karena ini kenyataannya. Sekarang aku berjalan sendirian. Walau ada seribu orang disekelilingku itu akan mampu mewakili sosokmu. Tuhan punya rencana terbaik untuk kita, Ketika ujian itu datang, kita diminta untuk tahan banting, kita diminta untuk menunjukkan daya lenting, seberapa kuat kita mengerti satu sama lain. 

Sahabat, atau mungkin saat ini aku yang telalu menutup rasa ? Aku ingin berbagi cerita ini bersamamu, coba kita saling melihat dari sisi kita, sisi yang berbeda, sisi yang selalu aku rindukan. Nyatanya, sekrang aku tersadar kalau kini aku sendiri. Namun sepertinya Tuhan memang tahu yang terbaik untuk kita, Dia menghadirkan banyak orang baru di hidupku. Mereka membawa pelajaran baru bagiku. Aku harus bisa bertahan dengan keadaan ini sobat begitu juga dengan kamu. Aku tahu kamu adalah pribadi yang tangguh. Walau kini kita tidak saling berjalan beriringan lagi, namun aku yakin kamu bahagia dengan duniamu yang baru. Sahabat, aku yakin di depan sana akan ada tempat terindah untuk kita bertemu kembali, bercerita kembali, berbagi kembali dengan segala kisah kita yang baru. Sahabat, ingatlah kalau kita pernah bersama. Sahabat, tetaplah menjadi sobat yang selalu aku kagumi. Sahabat, tetaplah tersenyum menghadapi apapun yang terjadi. Sahabat, aku yakin kamu akan menemukan cinta dan cita yang kamu impikan. Sahabat, terima kasih karena kamu telah dan akan tetap menjadi bagian dari hidupku. Sahabat, maafkan aku jika sampai detik ini aku belum bisa menjadi sahabat yang baik untukmu. Mungkin kekecewaan itu masih akan terkenang, namun aku yakin sahabatku sadalah sosok yang luar biasa sekarang, esok dan yang akan datang. 

Rabu, 20 Februari 2013

Hei ( Hanya Semacam Gombalan)

Hei, kamu. Iya kamu. Apa kabar dengan hidupmu sekarang ? Lembaran mana lagi yang ingin kamu lukisakan cerita ? Masihkah kamu mengejar kesempurnaan itu ? Ah ini hanya pertanyaan basa basi. Lupakan. 

Hei, kamu yang dirundung kerinduan. Bagaimana kamu bisa menahannya untuk dirimu sendiri ? Aku ingin berbagi cerita. Coba dengarkan suara hati ini. Iya disini, dihati ini ternyata masih terdengar panggilan sayang untukmu. Coba lihat, lihat mata ini. Mata ini masih tercermin bayang wajahmu. Sungguh sulit memang seperti melewati hektaran semak belukar hanya untuk lepaskan cerita tentang dirimu. Coba aku lihat dimata kamu, ah ternyata cinta itu sudah memudar. Kemana cinta yang kamu banggakan kemarin ? Terbawa angin lalukah ? Oh sayang kalau begitu, padahal aku selalu mengirimkan rinduku lewat angin. Disana aku menceritakan segala kesunyianku tanpa kamu. Seperti harus membiasakan diri untuk berjalan sendiri. Tetatih. Aduh, kamu belum tahu kemarin aku sempat bermimpi. Taukah kamu apa mimpiku ? Aku bermimpi kamu akan terus menjadi mimpiku. Nahkan, pasti kamu tidak mengerti. Karena memang kamu hanya ada dalam mimpiku. Apa aku terlalu berkhayal ? Sepertinya kewarasanku ini perlu dipertanyakan. Karena kemanapun aku pergi hanya ada bayang dirimu. Aku tersesat. Tersesat dalam masa lalu. Aku terkurung. Terkurung dalam kenangan bersamamu. Aku ingin berlari, namun selalu terhenti. Karena kau menemukan kerinduan untuk kembali.

Sebentar, coba aku pandang wajahku dicermin. Aku hanay melihat semua tentang kamu. Dimana jiwaku ? Oh aku baru sadar separuh jiwaku bersamamu. Oh Tuhan, aku benar-benar harus menemui psikolog. Aku ingin mencari jati diriku. Jati diriku yang menghilang bersamamu. Tapi ketika di psikolog aku terhenyak akan hasil tes. Karena ternyata di pikiran aku hanya ada kamu, kamu dan kamu. Aku putus asa. Kemana lagi akau bisa melarikan diri dari bayanganmu. Kamu hanya ada dalam masa laluku. Apa kamu tidak lelah ? Cobalah istirahat untuk selalu lari-lari di pikiranku. 

Kamu itu seperti kamus buat aku. Karena apa yang aku cari bisa aku temukan di kamu. Kamu ibarat bola salju buat aku, karena semakin bergulir rasa sayang ini semakin membesar.Coba nanti kita nikmati hujan bersama lagi, namun aku takut jika nanti aku bertemu dengan hujan yang berbeda aku akan mengenangmu. Aku takut. Takut kehilangan kamu. Apa yang bisa aku perbuat ? Perbuat untuk membahagiakan kamu. Ketika aku bersamamu dan menyentuhmu. Aku seperti beada dalam dimensi lain. Karena dengan menyentuhmu aku bisa membayangkan dimensi masa depan bersamamu. Ah sayang itu hanya ada dalam anganku. Ternyata waktu sudah berlalu. Namun tidak dengan cintaku. Kamu tahu api ? Ketika baranya semakin besar ia akan sulit untuk dipadamkan. Begitu juga dnegan cintaku. Rasa itu masih sama. Dinginya salju mungkin tidak akan mengalahkan dinginnya sikapmu kepadaku, nmaun aku yakin kehangatana cinta ini mampu mencairkan bekunya hatimu.

Sini. Ada ruang kosong kalau kamu butuh kedamaian. Kamu akan menemukan kebahagiaan itu. Sini di hatiku. Aku sudah seperti pekerja keras, berkerja keras untuk selalu membuatmu merasa dihargai. Kamu bukan saja jadi tukang jahit yang selalu menjahit luka lamaku, namun kamu juga seperti tukang bangunan yang sellau mengokohkan cintaku ke kamu. Kamu selalu membuatku merasa tenang dan damai karena kamu ibarat musik klasik. Coba kamu tutup mata kamu, pasti kamu melihat "nothing". Karena seperti itulah hidupku tanpa kamu. Kamu sudah menjadi tongkat bagiku, ketika kau lelah berjalan kmau bisa menopangku. Kamu seperti cahaya, karena kau selalu bisa melihat kemuliaan Tuhan dari senyumanmu. Ah ketika kata orang aku suruh move on, bagaimana aku bisa. Kalau nyatanya kamu terlampau keterlaluan menjejakkan kehidupanmu di hidupku. Aku seperti orang yang linglung, karena kau seperti kecanduan, kecanduan akan masa lalu tentang kita. Biarkan saja aku menikmati, menikmati senyum. Senyum yang masih bisa aku lihat dari avatarmu. 

Saat pagi aku terbangun aku mencoba merealitaskan pikiranku, karena aku harus meninggalkan kamu di mimpi malamku. Namun ketika aku terbangun, aku bisa menatapmu lebih terang. Karena kamu adalah sunshine buat aku. Lebih dari itu, kamu memberiku kompas, karena dneganmu aku tidak akan ragu untuk menentukan arah hidupku. Kamu tahu ketika malam datang, aku selalu bersujud, melantunkan doa, aku berdoa semoga Tuhan sellau menjadikan aku dan kamu menjadi kita. Ketika semua orang mempertanyakan waktu untuk kita, aku tidak punya jawaban, karena aku berharap tidak ada hitungan waktu untuk kebersamaan kita. Aku ingin selalu duduk berdampingan denganmu hingga nanti duduk berdampingan di depan altar hingga pelaminan kita. Malamku pasti akan terasa gelap jika tidak ada kamu, karena kamu adalah bintang hidupku. Ketika aku membuka lembaran-lembaran kertas kosong, aku ingin selalu menulis cerita tentang kita. Aku dan kamu akan menjadi bagian sejarah dalam kehidupan. Hingga nanti kita akan mendapatkan rekor muri untuk penghargaan atas cinta sejati. Kalau dosen bisa memaksaku untuk deadline tugas, tapi aku tidak akan pernah bisa memaksakan diriku untuk cinta yang lain selain kamu.Bahakan ketika orang-orang selalu mempertanyakan tentang hidup, akau tidak ragu-ragu lagi karena kamu adalah hidupku dan duniaku. Kamu memanggilku peri kecil, bahkan aku tidak menyadari itu, karena buat aku bukan aku peri kecil itu namun kamulah malaikat hidupku. Hingga hidupku seperti coklat. Coklat itu manis, karena manis itu kamu. 

Omong Kosong

Suara-suara itu masih terus terdengungkan. Terdengar seperti suara sumbang. Ingin terbungkam namun nyatanya itu yang selalu terungkap. Apa yang bisa dimengerti kalau kenyataan tidak lagi berpihak ? Ini bukan tentang apa dan siapa yang salah, namun ini bisa dikaitkan dengan sebuah suratan yang menemukan dengan apa itu perbedaan. Bukan saja perbedaan yang membawa ke penghujung namun perbedaan yang semakin menemukan muaranya untuk mengintropeksi. Mengertilah kalau dunia ini akan terus bersuara. Buat apa memperdulikan sebuah suara yang hanya terdengar samar. Omong kosong yang selalu menunjukkan kuasa akan dirinya sendiri. Matahari tidak akan berhenti bersinar jika nyatanya ia selalu dirisaukan karena teriknya. Hingga nantinya matahari akan selalu menunjukkan seberapa kuatnya dia dibutuhkan. Percuma dengan segala kritik jika nyatanya itu hanya seperti gong yang bergemerincing tanpa ada melodi yang terlantunkan. Ungkapkan suara hati hingga terdengar nyata dalam kehidupan. Janji ibarat setangkai mawar. Jika tidak bisa menjaganya bisa tertusuk oleh durinya walau keindahannya masih mampu mengilhami pandangan. Keindahan apa yang bisa didustakan jika nyatanya hanya akan membawa kesengsaraan ? Ini hanya sementara. Cari apa yang ingin ditemukan. Rasakan betapa lembutnya embun pagi yang selalu membawa lembaran cerita baru. Tak pernah terbungkam oleh hujan karena embun selalu menunjukkan kesegarannya yang menenangkan. Kedamaian bukan diperoleh dari seberapa banyak kata itu terucap namun seberapa nyaman kita mensyukurinya. Dimana perasaan itu ? Ketika ditawarkan sejuta pesona masihkan mata mampu mengelak kalau hati tidak pernah mengiyakannya ? Akankah selalu terpuaskan hanya karena keindahan yang kasat mata ? Dimana rasa itu ? Dengarkan bisikan alam, hentikan omong kosong itu. Alam akan mengirimkan sejuta cara untuk dimengerti, jika kehidupan ini hanya sementara. Buat apa berbual jika hanya sebuah kepalsuan yang nyatanya tersajikan. Bualan yang tidak berarti jika tidak pernah mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Hujan apa tetap menjadi hujan. Malam akan tetap menjadi malam. Sebagaimana mestinya semua itu terjadi. Tidak akan pernah bisa mengubah kerasnya batu hingga melunak jika hanya dengan omong kosong. Realitas itu yang selalu dinantikan. Kejujuran akan rasa yang ada. Sebisa mungkin mata bisa terkelabuhi, namun hati tidak akan pernah melawan arus untuk menemukan muaranya. Jalanan akan tetap lurus jika pejalan melaluinya dengan kelurusan yang dimilikinya. Bukan tentang apa yang terpikirkan namun tetang apa yang tersampaikan. Dunia bagai sebuah ajang penjurian meskipun sebenarnya bukan diri yang menilai selain diri yang menjalani. Omong kosong tidak akan pernah ada habisnya jika harus menampilkan diri yang lain. Jujur. Apa adanya. 

Senin, 18 Februari 2013

EUFORIA

Sesaat datang sesaat pergi. Seperti sebuah hujan yang sebentar menghampiri. Membawa suka lantas pergi beriringan dengan cerita yang tertinggal. Mencoba tertahan dengan segenap pengertian namun ternyata menyusahkan. Terlampau sulit untuk di mengerti karena hanya sebuah cerita klise yang tak berujung. Menjalin suka dan duka hanya sementara. Lantas pergi entah kemana. Lalu suka apa yang lalu terhadirkan ?  Sebatas kata yang tidak sempat terucapkan oleh mendung yang berganti menjadi rintik hujan. Meninggalkan sejuta tanya hingga nanti waktu tak lagi menjadi jawabannya. Karena hanya menjadi sebuah angin lalu yang tidak bisa lagi terasakan sayupnya. Keadaan menyadarkan akan satu hal yang sulit untuk diterima dengan akal sehat. Mengharuskan sesuatu terjadi tanpa seijin kata yang mampu mengucapkan kata. Pergi berlalu begitu saja. Segalanya bahkan belum mampu redup atau mungkin sesuatu itu masih mencoba menemukan baranya. Melingkupi sejuta kehampaan yang sampai waktu ini masih terguncang oleh kenyataan. Tersudut oleh rasa yang belum mati hingga semuanya silih berganti. Harus menerjang waktu yang mau tidak mau terus bergulir dengan segala ceritanya. Cukupkan sampai disini jika ini hanya euforia. Secepat itu datang berharap secepat itu juga akan menghilang. Perubahan seperti bom waktu yang tidak bisa lagi di kompromikan. Ruang ini terasa pengap dengan segala fakta yang terjadi. Lalu bolehkah disebut apa yang berlalu itu cerita ? Persinggahan sementara dengan tawa yang entah nyata atau semu. Palsu yang terurai ketika kenyataan itu yang menjadi sebuah jawaban. Hentikan segala asa yang masih mengalir jika keajaiban itu masih tersembunyi untuk kesempatan kedua. Buka mata untuk menyajikan permainan yang lebih nyata daripada apa yang telah berlalu. Biarkan saja pergi melepaskan sejuta ingin ketika sayang itu ingin terkembangkan. Lepaskan saja secepat apa semua itu pergi dari hadapan. Tak lagi berarti hanya dengan sebuah penantian yang percuma. Seperti bumi yang harus terus berotasi. Biarkan ia mencapai apa yang memang ingin tercapaikan. Kembalikan senyuman yang terhanyut dalam dunia yang menghilang. Bawa saja apa yang menjadi sebuah catatan lalu. Tak lagi berarti karena semua itu tak lagi ada. Jika ada ruang yang lebih jauh, antarkan saja ke tempat dimana bisa bersembunyi lebih lama dan tak bisa lagi membau jalan yang masih membekas itu. Sendiri, meniti setiap ujung jalan yang tak akan ada habisnya jika terlewati. Itu hanya penggalan cerita dari bagian kehidupan yang sudah berlalu. Kehilangan percaya hingga asa itu yang hanya semakin nyata. Dekapan yang hanya akan menyesatkan hanya tinggal imajinasi yang membawa dalam sebuah dimensi lalu yang tak lagi akan menjadi sentuhan nyata. Tatapan dalam menjadi sebuah rasa yang ingin terkubur dalam agar tak lagi mampu melumpuhkan. Lupakan apa yang dengan susahnya dimengerti, karena ini memang sulit dimengerti. Tertulis sederet katapun dibuat untuk terdengar ambigu. Rancu. Seperti ada bagian yang belum terselesaikan. Seperti puzzle yang belum lengkap. Ada bagian yang hilang. Dimana itu terbawa. Waktu dan kenyataan yang menjawab. 

TRIAL and ERROR

"Ayo coba deh rasain kopi ini, manis kok" Salah satu tawaran yang meminta kita untuk setidaknya memberikan kita kesempatan untuk merasakan. Entah itu basa basi atau memang to the point di arahkan pada kita namun ini berhubungan dengan mencoba. Mungkin itu hanya salah satu kalimat simpel yang sering kita dengarkan saat kita sedang nongkrong dengan teman di kedai kopi ataupun aktivitas lainnya. 

Kita tidak akan pernah terlepas dari sebuah tawaran-tawaran yang datang dalam hidup kita. Bukan hanya tawaran saja, namun setiap harinya kita selalu dihadapkan dengan banyak pilihan. Entah dari yang paling mudah contoohnya ketika kita berangkat ke kampus bingung memilih baju apa yang kita pakai, memilih jam kuliah yang akan kita ambil, memilih kegiatan yang akan kita ikuti selain kuliah, memilih, memilih dan memilih. Karena banyak tawaran itulah yang mengharuskan kita berprinsip untuk memilih. Mana yang sesuai dengan kita, mana yang cocok dengan diri kita. Dan mana yang memang sejatinya kita mau dan kita inginkan. Wajar kalau kita sebagai manusia biasa selalu dibingungkan dengan segala tawaran yang selalu mengiurkan, contoh mudahnya ketika kita hari ini ada kuliah padahal hari ini ada teman yang mengajak pergi ke suatu tempat yang memang sudah lama ingin kita kunjungi, yah lagi-lagi galau dan dilema melanda ketika kita harus memilih. Mana yang menjadi priyoritas dan mana yang memang menjadi sebuah selingan saja. Namun pilihan itu tidak hanya mengharuskan kita menjadi pribadi yang berprinsip namun lebih pada pilihan yang mengharuskan kita menjadi pribadi yang memang mengenal diri kita sendiri. Apa yang kita mau, apa yang akan kita lakukan dan apa yang hendak kita capai. 

Oke mari kita ambil satu contoh kasus yang bisa kita bahas bersama. Misalnya, kita yang sekarang sudah duduk di bangku kuliah pasti pernah dibingungkan dan digalaukan memilih jurusan apa yang akan kita ambil belum lagi memilih PTN mana yang akan kita pilih. Dan ini memerlukan sebuah proses perenungan yang cukup panjang bagi sebagian orang. Bahkan ada juga yang sampai tes bakat dan minat untuk mengetahui kemampuan apa yang dia miliki dan apa yang sebenarnya dia ingini. Banyak cara yang bisa kita tempuh untuk menentukan pilihan kita ini. Apa lagi ini menyangkut dengan masa depan kita. Namun ada juga sebagian dari kita yang dari awal sudah tahu jurusan apa yang akan di ambil kelak. Belum lagi kemauan orangtua dan keharusan yang diberikan orangtua untuk meminta kita masuk jurusan sesuai dengan pandangan mereka. Belum yang lain-lain lagi. Banyak faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan ini. Karena ini lagi-lagi menyangkut hajat hidup keluarga kita dan kehidupan kita selanjutnya. Bagimana kita bisa menikmati kalau nantinya kita tidak nyaman dan tidak cocok dengan jurusan yang kita ambil. Belum lagi prospek kedepannya dari setiap jurusan yang menjadi pilihan kita. Dan banyak ragamnya lagi hanya untuk memutuskan ingin mengambil jurusan apa.

Mungkin dalam hal ini saya ingin bercerita tentang diri saya sendiri. Di sini saya mengambil jurusan Psikologi. Keputusan ini saya dapat ketika menjelang ujian nasional. Banyak alasan intuitif yang membuat saya semakin yakin untuk berjuang supaya bisa masuk Psikologi UGM. Selain itu simpelnya saya berpikiran kalau psikologi itu tidak ada hitungan, tidak ketemu unsur-unsur kimia lagi, dan tidak ada trigonometri lagi. Puji Tuhannya, keinginan saya untuk mengambil psikologi ini tidak dipersulit oleh orangtua saya. Walaupun sebenarnya ayah saya menginginkan saya untuk masuk ke salah satu sekolah tinggi dan ibu saya menginginkan saya untuk mengambil jurusan yang berhubungan dengan kesehatan. Namun karena melalui proses pengenalan terhadap diri saya sendiri dan proses intuisif lainnya, akhinya saya bisa meyakinkan orangtua saya kalau psikologi itu berprospek dan saya berjanji akan sungguh-sungguh kelak. Dan, kini saat saya menjalani hari-hari kuliah di psikologi saya merasa tidak ada beban yang mengharuskan saya memaksakan diri, karena saya menikmatinya dan dari awal memang ini yang saya inginkan. Hingga saya merasa semoga memang psikologi ini menjadi "panggilan jiwa" saya. Entah berlebihan atau tidak namun itu kenyataannya dan memang yang saya rasakan sampai detik ini. dan semoga seterusnya :)

Oke itu kisah saya ketika memilih jurusan yang sampai saat ini saya geluti. Satu point yang bisa saya pegang sampai saat ini yaitu "kesempatan itu ada karena kita perjuangkan". Kita kadang terlampau gamblang dan rancu dalam memilih. Padahal apa yang kita pilih itu akan mempengaruhi apa yang terjadi selanjutnya. Namun satu hal yang juga harus kita mengerti "Kita tidak akan pernah tahu sebelum kita mencobanya". Dalam kasus memilih jurusan misalnya, banyak juga dari kita yang memilih jurusan yang sekiranya memang dia inginkan, tapi ketika sampai dipertengahan jalan kita merasa kalau ini bukan "passion" saya, hingga dia terus mencoba dan mencoba hingga akhirnya kita menemukan apa yang menjadi passion kita. 

Apa sih hakikatnya mencoba itu ? Mencoba mencoba mencoba. Coba kita flashback kembali ke masa-masa kita menjelang ujian nasional. Setiap hari oleh guru kita dicekoki dengan bermacam-macam soal yang jumlahnya tidak terhitung lagi. Yang dari IPA, IPS, matematika, belum lagi hitungan fisika yang kadang terasa ganjil menghitung kecepatan jatuhnya air hujan atau mungkin menghitung rumus asam basa yang memang dari sananya sudah asam ya asam saja. Itu hanya pemikiran konyol saat ini karena senyatanya semua itu telah berlalu. Oke kembali lagi. Buat apa semua itu ? Belum lagi ada jam ke 0, tryout dan masih banyak lagi. Yah, semua itu bertujuan supaya kita mengerti dan memahami. Supaya kita tahu bermacam-macam bentuk soal hingga nantinya kita terbiasa. Dalam statistika lebih dikenal dengan istilah TRIAL AND ERROR. Mencoba-coba. Begitu juga dalam kehidupan kita ini. Kita dihadapkan dengan berbagai pilihan, berbagai masalah, berbagai ujian dan banyak hal lagi yang mengharuskan kita menentukan pilihan. Namun kadang ketika pilihan itu datang, kita lebih cenderung tidak berani keluar dari comfort zone kita. Kita lebih memilih untuk bersembunyi dalam batas aman kita. Bagimana kita bisa tahu kalau spekulasi-spekulasi itu hanya berputar-putar saja dalam pikiran kita ?

"Ah saya takut ah kalau ditolak, ah saya takut kalau gagal, ah saya takut kalau tidak dicuekin". Kata-kata itu sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Kadang keberanian kita terbelenggu oleh ketakutan kita. Hingga yang muncul hanya sebuah spekulasi yang mengungkung kita dalam ketidakpastian. Hingga akhirnya muncul kata jangan jangan dan jangan jangan. Bagaimana kita tahu apa yang akan terjadi nanti kalau kita tidak pernah berani melangkahkan kaki keluar dari zona nyaman kita ? Takut kecewa ? Takut sakit ? Takut putus asa ?Takut gagal ? Bukankah itu semua sudah hal biasa. Apakah hidup harus selalu bahagia ? Lalu buat apa kita bahagia kalau kita tidak pernah menghargai kesedihan ? Lalu buat apa merasa bangga kalau kita tidak pernah menghargai kekecewaan ? Semua ini hanya sebuah timbal balik. Siapa yang menanam dia akan menuai. Seorang petani menebar benihnya di sawah yang lapang, dengan kemungkinan yang ada entah kelak panennya akan berhasil atau tidak, setidaknya petani itu sudah melakukan apa yang memang seharusnya dia lakukan. Segala sesuatu itu ada resikonya. Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tidak pernah melakukan apa-apa

Kita akan menjadi pribadi yang selalu merasa terlahir kembali ketika kita bisa mengambil setiap nilai yang kita dapat dari setiap momen yang kita lewati. Tidak ada pilihan yang tidak mendewasakan. Karena pilihan itu dibuat untuk menjadikan kita pribadi yang lebih bijak menyikapi kehidupan. Buat apa ada malam kalau kita tidak pernah bisa melihat bulan ? Buat apa ada siang kalau kita tidak pernah bisa melihat matahari ? Semua itu ada sebab dan akibatnya. Mencoba tidak ada yang salah. Seperti anak kecil yang belajar berjalan, awalnya dia tertatih dan jatuh bangun namun pada akhirnya dia bisa jalan dengan tegap karena proses belajarnya. Lalu bagaimana dengan kita ? Apakah kita akan selalu bersembunyi dibalik keadaan dimana kita tidak kenal dengan resiko ? Resiko itulah yang sebenarnya memberikan arti pada kita. Kita boleh melakukan kesalahan namun yang pasti  jangan sampai jatuh pada kesalahan yang sama. Bagaimana supaya kita tidak jatuh pada kesalahan yang sama ? Ya, trial and error. Kita mencoba, mencoba dan terus mencoba hingga kita tahu mana yang salah dan benar hingga nantinya kesalahan itu tidak akan terulang dikemudian harinya. Orang yang hebat adalah orang yang bisa mengalahkan egonya sendiri untuk bisa keluar dari comfort zone-nya. Segala keputusan ada ditangan kita, entah itu merah, hitam, ataupun putih itulah bukti keberanian kita. 

Kamis, 14 Februari 2013

LOVE. Life. Learn. Laugh.

Kata orang cinta itu indah. Benarkah demikian ? Setiap orang memiliki definisi masing-masing akan cinta. begitu juga setiap orang memiliki cara masing-masing untuk mengungkapkan cinta, menikmati cinta, dan mengekpresikan cinta. Cinta seperti sebuah cerita yang mungkin tidak akan ada habisnya jika di eksplore. Ada orang yang mengatakan kalau cinta itu seperti sebuah kata yang tidak akan ada habisnya jika diungkapkan. Ada yang mengatakan kalau cinta itu menyakitkan, yah definisi ini mungkin akan terlontarkan bagi mereka yang pernah atau mungkin sering dikecewakan oleh sesuatu istilah yang dinamakan cinta. Bukankah cinta itu menyenangkan ? Oh ternyata ini hanya sebuah presepsi saja. Bagaimana kita menanggapi suatu istilah apa yang dinamakan dengan cinta. Mungkin juga ada yang mendeskripsikan cinta itu permen, makanan, barang, permainan atau hal-hal lain. 

Kita terlahir dengan dua mata, dua telinga, dua tangan, dua kaki. Tetapi mengapa kita terlahir hanya dengan satu hati ? Karena kelak hati kita akan disatukan dengan pasangannya secara utuh. Itulah mengapa manusia diciptakan jauh dari kesempurnaan, karena akan ada bagian lain yang mempu membuat kita utuh. Cinta itu mengerti, cinta itu memahami. Dia memberi rasa pada hati yang hambar. Dia memberi ruang pada hati yang mencari tempat untuk bersandar. Dia tidak akan pernah mengecewakan. Tapi mengapa banyak dari kita yang kadang merasa dikecewakan oleh cinta ? Ini bukan tentang siapa yang salah, karena sejatinya cinta itu apa adanya, dia jujur tidak meminta lebih. Kita kadang salah mengartikan apa itu cinta. Ketika diri kita atau mungkin cara kita yang salah, cintalah yang menjadi sasaran kekecewaan kita karena keadaan. Ketidakpuasan kita akan sesuatu yang memang sejatinya memberikan pelajaran dan jalan pada kita untuk menemukan apa arti cinta yang sesungguhnya. Orang kadang mudah mengatakan "aku cinta kamu" tetapi tidak jarang banyak dari mereka tidak mengerti apa arti dari "aku cinta kamu". Ini tentang sebuah penghormatan akan arti cinta. 

Cinta memiliki banyak arti. Coba kita lihat dia dari sisi yang berbeda. Jangan melulu cinta itu hanya dilihat dari satu sisi. Cinta itu menguatkan, cinta itu menyenangkan, cinta itu membahagiakan, cinta itu indah dan banyak lagi tentang apa itu cinta. Tapi pernahkah terbayangkan oleh kita kalau "cinta itu keajaiban" ? Dia penuh dengan kejutan. Kita tidak akan pernah tahu kapan cinta itu hadir. Dia datang ketika kita percaya akan sebuah keajaiban. Kita tidak akan pernah bisa memilih siapa yang akan kita cintai, karena cinta bagai kejutan. Disaat kita merindukan kesendirian, dia hadir dengan sejuta rayunya untuk mencinta. Disaat kita merindukan kebersamaan, dia malah menjauh. Citna juga mengajarkan kita akan arti sebuah penantian. Cinta tidak akan pernah menuntut, karena dia selalu sabar. Sabar menanti sebuah keajaiban yang akan mengubah dunia seseorang. Orang lemah menjadi kuat, orang kuat menjadi lemah, orang kaya menjadi miskin, orang sakit menjadi sembuh, karena cinta itu keajaiban.

Ketika kita terbuai dengan cinta, kita ingin memberi dan berbagi. Karena cinta yang tulus itu tahu apa yang harus dia perbuat untuk membuat yang dicinta itu bahagia. Mencinta membuat kita belajar untuk melepas ego sendiri. Apa yang kita mau bukan apa yang terjadi namun apa yang terjadi itu yang terbaik. Cinta memberikan arti sebuah senyuman, namun dia juga akan memberikan sebuah tangisan ketika kita salah mengartikannya. Cinta itu tidak buta, namun bagi mereka para pencinta, cinta itu kadang mempu melumpuhkan logika. Dia tetap bisa membedakan mana yang hitam dan mana yang putih, namun dia tidak bisa memisahkannya, hingga kadang yang terlihat hanya abu-abu semata. 

Bagi para pencinta, coba rasakan ini. "Aku cinta kamu walaupun bukan karena". Taukan mengapa ? Kadang inilah mengapa cinta itu banyak dianggap buta. Coba bedakan ini, aku cinta kamu karena kamu cantik, aku cinta kamu karena kamu kaya, aku cinta kamu karena kamu pandai, karena karena dan karena. Bukankah ini sebuah pemaksaan demi ego pencinta itu sendiri ? Tapi bagaimana dnegan yang satu ini. Aku cinta kamu walaupun kamu pemalas, walaupun kamu tidak suka mandi, walaupun kamu suka terlambat, walaupun walaupun dan walaupun. Lebih terdengar tulus yang mana ? Bagi pencinta yang bijak, inilah mengapa cinta itu penerimaan yang tulus. Dia tidak menuntuk yang dicintai untuk menjadi pribadi yang sempurna hanya untuk memenuhi harapan bagi pencintanya. Namun yang kita cintai akan merasa sempurna karena kita mencintainya. Ini bukan tentang menuntut tapi tentang penerimaan. 

Orang yang cinta karena fisik kelak dia akan meninggalkan orang yang dicintainya karena fisik juga. Orang yang cinta karena harta kelak dia juga akan kehilangan orang yang dia cintai karena lenyapnya kesenangan duniawi itu. Cantik, tampan, harta, tahta, itu hanya sementara. Cinta yang sesungguhnya itu adalah cinta yang tidak akan lekang oleh waktu kecuali maut yang memisahkan mereka. Cinta itu bagaikan candu bagi mereka yang suka dengan kenikmatan yang ditawarkan oleh cinta. Jatuh cintalah seribu kali namun hanya pada orang yang sama. Candu yang dimanjakan hanya akan menganggap kalau cinta itu bisa datang silih berganti dengan mudahnya. Dia menganggap cinta itu hanya sebuah permainan semata. Cinta itu butuh sebuah perjuangan. Ketika kamu menemui apa yang kamu yakini untuk dicintai, yakinkalah dia untuk menjadi bagian dari diri kita dan juga hidup kita. Cinta yang terlewatkan hanya akan mendatangkan sebuah penyesalan. Ketika dia pergi, cinta akan memperkenalkan kita pada sebuah kehilangan. Kehilangan yang mendalam ketika cinta yang mulai bersemi seketika itu juga dipadamkan oleh kenyataan yang mengharuskan kita untuk berpisah. Ketika memiliki cinta yang kita yakini, pupuklah dia dengan kasih sayang yang sepenuhnya jangan biarkan dia layu. Layu dan akhirnya mati.

Cinta itu akan selalu menemukan jalan untuk kembali. Tuhan tidak akan menaruh tulang rusuk pada badan yang salah. Begitulah sekiranya. Ketika cinta menjauh darimu, jangan pernah berhenti untuk mencinta. Karena cinta tidak mengenal kesempatan kedua, ketiga ataupun keempat. Karena cinta itu akan selalu ada kesempatan. Ikhlaskanlah apa yang diambil dari kita akan diganti lebih bagi hati yang sabar menerima. Karena ketika cinta itu pergi dan kita mengikhlaskannya, kadang cinta itu akan kembali kepada kita yang sudah bisa menerima keadaan, karena cinta selalu tahu kemana dia akan pulang. Jangan memaksakan untuk mencinta kalau kita belum ikhlas. Karena yang ada nanti hanya sebuah pemaksaan untuk menjadikannya serupa dengan apa yang kita mau. Cinta itu jujur. Karena cinta itu tidak akan pernah berani untuk menyakiti karena itulah cinta itu kesetiaan. Dia utuh, satu dan suci. Dia tidak akan terbagi namun dia akan mengerti. Karena cinta itu tidak akan ingkar janji. 

Cinta itu tidak akan berarti kalau kita tidak bermula untuk mencintai diri kita sendiri terlebih dahulu. Bagaimana akan cinta sama orang lain kalau sama diri sendiri aja kita tidak cinta ? Inilah mengapa kadang harus ada penghargaan akan diri kita terlebih dahulu untuk siap menjadi pencinta yang tulus. Jangan memaksakan diri untuk mencinta jika nyatanya kita belum mengerti apa itu sebenarnya cinta. Karena cinta itu bukan hanya sebuah ungkapan tanpa arti. Cinta selalu punya cara, dia akan selalu terlihat istimewa dengan pembawaannya. Cinta tahu kapan saat yang tepat untuk menghadirkan dirinya. Karena cinta itu seperti janji mentari yang akan terbit dikala pagi dan akan terbenam dikala senja menjelang. Jagalah cinta yang kini ada dalam genggaman kita, karena ketika cinta itu tidak bisa kita rengkuh hanya akan ada doa yang mengiringi perjalanannya. Doa yang menyapaikan sejuta kerinduan untuk mengungkapkan betapa merindunya akan kebersamaan yang sudha terlewatkan. Syukurilah keajaiban yang telah kita miliki, karena dialah yang terbaik saat ini walaupun belum tentu terbaik untuk selamanya. 

Cinta kadang membingungkan, itulah mengapa banyak dari kita banyak yang dibuatnya galau. Karena Dia yang Maha Membolakbalikkan perasaan punya cara dan waktu yang tepat untuk memantaskan kita mendapatkan keajaiban itu. Keajaiban akan cinta. Ketika dalam kesendirian, mintalah dia langsung pada penciptaNya bukan hanya bersusah payah dnegan usaha kita semata. Namun serahkan saja pada Dia apa yang memang tidak bisa kita lakukan. Jika nyatanya kita tidak bisa membuatnya jatuh cinta pada kita, biarkan Tuhanlah yang merengkuhkannya untuk kita. Karena Tuhan tahu mana yang terbaik untuk kita meskipun kadang itu bukan yang kita ingini.  Bagi hati yang terluka, berserahlah pada Tuhan. Karena setiap goresan luka mencerminkan kasih Tuhan. Tuhan tidak ingin kita bersama dengan orang yang salah, walaupun awalnya menyakitkan namun kita akan dibahagiakan. Kita bertemu dengan orang yang salah terlebih dahulu untuk nantinya bertemu dengan orang yang tepat. Biarkan semua itu berproses sebagaimana mestinya, jangan terlalu memaksakan keadaan, karena semua sudah ada aturan mainnya. Nyatakanlah dalam diri kita kalau cinta itu keajaiban. Dan mintalah keajaiban itu dalam setiap keheningan doa. Hingga nanti akan datang keajaiban itu ketika kita suah pantas untuk mendapatkannya. Jadi inilah saatnya kita memantaskan diri untuk mendapatkan keajaiban yang akan merubah dunia kita kelak. And dreams will come true. Believe. Hope. And Prayer :D

Selasa, 12 Februari 2013

miracle

Seberapa percaya kamu pada keajaiban ? Sebesar itu pula kamu akan berharap kalau mimpimu akan menjadi kenyataan. Banyak dari kita lebih mengunggulkan sebuah kerja nyata yang mampu menjadikan mimpi itu menjadi kenyataan. Namun, percayakah kita kalau kita ini ibarat sebuah medan magnet yang akan menjadikan apa yang kita mau mendekat pada kita ?Ini tentang sebuah rahasia yang sebenarnya semua orang sudah tahu akan hal ini namun cenderung banyak dari kita yang mengabaikannya. Kita lebih berfokus pada apa yang harus kita kerjakan dibandingkan berfokus pada hasil yang ingin kita peroleh. Mungkin ini keluar dari jalur mainstream. Banyak buku-buku yang di jual di toko-toko buku bahkan banyak motivasi-motivasi yang memberikan kita sebuah gambaran usaha untuk mewujudkan mimpi kita. Namun pernahkan terpikir oleh kita sebuah kekuatan pikiran yang kita miliki ? Memang sebuah hal yang konyol kalau bermimpi tanpa usaha. Usaha itupun berasal dari dua jalur yang berbeda. Yang kasat mata dan hal yang mungkin lebih pada sesuatu yang berupa kekuatan pikiran. Usaha yang kasat mata semacam belajar dengan rajin, berkerja tanpa mengenal lelah, berkerja keras atau hal-hal lain yang kasat mata, yang riil kita lakukan untuk mewujudkan mimpi kita itu. Satu lagi arah yang tak bisa terabaikan adalah berpusat pada pikiran kita. Seberapa kita mampu menjadikan pikiran kita menjadi sebuah medan magnet untuk menarik apa yang kita ingini. Berani bepikir liar dan bermimpi yang besar sekalipun ini akan menjadi sebuah kebebadan di dalam imajinasi kita. 

Bangunlah dari tidurmu dan bergegaslah untuk menjadikan nyata mimpi itu. Jangan menjadi pemimpi jika kamu hanya akan terbuai oleh imajinasimu semata. Terdengar ambigu. Karena dalam rahasia ini kita akan diajak untuk lebih meriilkan apa yang kita harapkan nyata dalam pikiran kita. Yah, mungkin terdengar konyol  bahkan tidak masuk akal. Bayangkan saja apa yang kita mau, setidakmungkin keinginan itu jika kita percaya kalau apa yang kita ingini itu dihadapan terutama di pikiran kita, tidak ada yang tidak mungkin. Tetapi kalau dalam pikiran kita dan di hati kita sudah meragukan apa yang kita ingini itu akan menjadi kenyataan, ya keajaiban itu akan menjauh dari kita. Gampangnya seperti kita mengosok sebuah botol ajaib dan keluarlah sebuah jin dari botol itu, ketika jin itu keluar dia menawarkan sebuah permohonan yang akan dia kabulkan. Begitu juga keinginan kita, ketika kita menginginkan sesuatu, kita mempercayainya, setidaklogis apapun keinginan kita tetapi kalau ada sebuah kepercayaan yang kuat dalam diri kita semua itu akan menjadi nyata. Coba berfokus pada apa yang kita inginkan, dan biarlah Tuhan berkarya lebih dalam hidup kita, dan keajaiban itu akan nyata dalam hidup kita. Kadang kita terlupa kalau ada kekuatan yang luar biasa yang mampu menjadikan segala sesuatu yang mustahil bagi kita namun itu akan mungkin jika kita menyerahkan apa yang tidak bisa kita lakukan pada Tuhan. Biarkan mukjizat itu nyata dalam hidup kita. Karena mukjizat itu tidak jauh bagi mereka yang berserah dan percaya kalau Tuhan mampu menjadikannya lebih indah dari segala rencana kita. 

"Bersukacitalah dalam pengharapan. Bersabarlah dalam kesesakan. Dan bertekunlah dalam doa"