Senin, 18 Februari 2013

TRIAL and ERROR

"Ayo coba deh rasain kopi ini, manis kok" Salah satu tawaran yang meminta kita untuk setidaknya memberikan kita kesempatan untuk merasakan. Entah itu basa basi atau memang to the point di arahkan pada kita namun ini berhubungan dengan mencoba. Mungkin itu hanya salah satu kalimat simpel yang sering kita dengarkan saat kita sedang nongkrong dengan teman di kedai kopi ataupun aktivitas lainnya. 

Kita tidak akan pernah terlepas dari sebuah tawaran-tawaran yang datang dalam hidup kita. Bukan hanya tawaran saja, namun setiap harinya kita selalu dihadapkan dengan banyak pilihan. Entah dari yang paling mudah contoohnya ketika kita berangkat ke kampus bingung memilih baju apa yang kita pakai, memilih jam kuliah yang akan kita ambil, memilih kegiatan yang akan kita ikuti selain kuliah, memilih, memilih dan memilih. Karena banyak tawaran itulah yang mengharuskan kita berprinsip untuk memilih. Mana yang sesuai dengan kita, mana yang cocok dengan diri kita. Dan mana yang memang sejatinya kita mau dan kita inginkan. Wajar kalau kita sebagai manusia biasa selalu dibingungkan dengan segala tawaran yang selalu mengiurkan, contoh mudahnya ketika kita hari ini ada kuliah padahal hari ini ada teman yang mengajak pergi ke suatu tempat yang memang sudah lama ingin kita kunjungi, yah lagi-lagi galau dan dilema melanda ketika kita harus memilih. Mana yang menjadi priyoritas dan mana yang memang menjadi sebuah selingan saja. Namun pilihan itu tidak hanya mengharuskan kita menjadi pribadi yang berprinsip namun lebih pada pilihan yang mengharuskan kita menjadi pribadi yang memang mengenal diri kita sendiri. Apa yang kita mau, apa yang akan kita lakukan dan apa yang hendak kita capai. 

Oke mari kita ambil satu contoh kasus yang bisa kita bahas bersama. Misalnya, kita yang sekarang sudah duduk di bangku kuliah pasti pernah dibingungkan dan digalaukan memilih jurusan apa yang akan kita ambil belum lagi memilih PTN mana yang akan kita pilih. Dan ini memerlukan sebuah proses perenungan yang cukup panjang bagi sebagian orang. Bahkan ada juga yang sampai tes bakat dan minat untuk mengetahui kemampuan apa yang dia miliki dan apa yang sebenarnya dia ingini. Banyak cara yang bisa kita tempuh untuk menentukan pilihan kita ini. Apa lagi ini menyangkut dengan masa depan kita. Namun ada juga sebagian dari kita yang dari awal sudah tahu jurusan apa yang akan di ambil kelak. Belum lagi kemauan orangtua dan keharusan yang diberikan orangtua untuk meminta kita masuk jurusan sesuai dengan pandangan mereka. Belum yang lain-lain lagi. Banyak faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan ini. Karena ini lagi-lagi menyangkut hajat hidup keluarga kita dan kehidupan kita selanjutnya. Bagimana kita bisa menikmati kalau nantinya kita tidak nyaman dan tidak cocok dengan jurusan yang kita ambil. Belum lagi prospek kedepannya dari setiap jurusan yang menjadi pilihan kita. Dan banyak ragamnya lagi hanya untuk memutuskan ingin mengambil jurusan apa.

Mungkin dalam hal ini saya ingin bercerita tentang diri saya sendiri. Di sini saya mengambil jurusan Psikologi. Keputusan ini saya dapat ketika menjelang ujian nasional. Banyak alasan intuitif yang membuat saya semakin yakin untuk berjuang supaya bisa masuk Psikologi UGM. Selain itu simpelnya saya berpikiran kalau psikologi itu tidak ada hitungan, tidak ketemu unsur-unsur kimia lagi, dan tidak ada trigonometri lagi. Puji Tuhannya, keinginan saya untuk mengambil psikologi ini tidak dipersulit oleh orangtua saya. Walaupun sebenarnya ayah saya menginginkan saya untuk masuk ke salah satu sekolah tinggi dan ibu saya menginginkan saya untuk mengambil jurusan yang berhubungan dengan kesehatan. Namun karena melalui proses pengenalan terhadap diri saya sendiri dan proses intuisif lainnya, akhinya saya bisa meyakinkan orangtua saya kalau psikologi itu berprospek dan saya berjanji akan sungguh-sungguh kelak. Dan, kini saat saya menjalani hari-hari kuliah di psikologi saya merasa tidak ada beban yang mengharuskan saya memaksakan diri, karena saya menikmatinya dan dari awal memang ini yang saya inginkan. Hingga saya merasa semoga memang psikologi ini menjadi "panggilan jiwa" saya. Entah berlebihan atau tidak namun itu kenyataannya dan memang yang saya rasakan sampai detik ini. dan semoga seterusnya :)

Oke itu kisah saya ketika memilih jurusan yang sampai saat ini saya geluti. Satu point yang bisa saya pegang sampai saat ini yaitu "kesempatan itu ada karena kita perjuangkan". Kita kadang terlampau gamblang dan rancu dalam memilih. Padahal apa yang kita pilih itu akan mempengaruhi apa yang terjadi selanjutnya. Namun satu hal yang juga harus kita mengerti "Kita tidak akan pernah tahu sebelum kita mencobanya". Dalam kasus memilih jurusan misalnya, banyak juga dari kita yang memilih jurusan yang sekiranya memang dia inginkan, tapi ketika sampai dipertengahan jalan kita merasa kalau ini bukan "passion" saya, hingga dia terus mencoba dan mencoba hingga akhirnya kita menemukan apa yang menjadi passion kita. 

Apa sih hakikatnya mencoba itu ? Mencoba mencoba mencoba. Coba kita flashback kembali ke masa-masa kita menjelang ujian nasional. Setiap hari oleh guru kita dicekoki dengan bermacam-macam soal yang jumlahnya tidak terhitung lagi. Yang dari IPA, IPS, matematika, belum lagi hitungan fisika yang kadang terasa ganjil menghitung kecepatan jatuhnya air hujan atau mungkin menghitung rumus asam basa yang memang dari sananya sudah asam ya asam saja. Itu hanya pemikiran konyol saat ini karena senyatanya semua itu telah berlalu. Oke kembali lagi. Buat apa semua itu ? Belum lagi ada jam ke 0, tryout dan masih banyak lagi. Yah, semua itu bertujuan supaya kita mengerti dan memahami. Supaya kita tahu bermacam-macam bentuk soal hingga nantinya kita terbiasa. Dalam statistika lebih dikenal dengan istilah TRIAL AND ERROR. Mencoba-coba. Begitu juga dalam kehidupan kita ini. Kita dihadapkan dengan berbagai pilihan, berbagai masalah, berbagai ujian dan banyak hal lagi yang mengharuskan kita menentukan pilihan. Namun kadang ketika pilihan itu datang, kita lebih cenderung tidak berani keluar dari comfort zone kita. Kita lebih memilih untuk bersembunyi dalam batas aman kita. Bagimana kita bisa tahu kalau spekulasi-spekulasi itu hanya berputar-putar saja dalam pikiran kita ?

"Ah saya takut ah kalau ditolak, ah saya takut kalau gagal, ah saya takut kalau tidak dicuekin". Kata-kata itu sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Kadang keberanian kita terbelenggu oleh ketakutan kita. Hingga yang muncul hanya sebuah spekulasi yang mengungkung kita dalam ketidakpastian. Hingga akhirnya muncul kata jangan jangan dan jangan jangan. Bagaimana kita tahu apa yang akan terjadi nanti kalau kita tidak pernah berani melangkahkan kaki keluar dari zona nyaman kita ? Takut kecewa ? Takut sakit ? Takut putus asa ?Takut gagal ? Bukankah itu semua sudah hal biasa. Apakah hidup harus selalu bahagia ? Lalu buat apa kita bahagia kalau kita tidak pernah menghargai kesedihan ? Lalu buat apa merasa bangga kalau kita tidak pernah menghargai kekecewaan ? Semua ini hanya sebuah timbal balik. Siapa yang menanam dia akan menuai. Seorang petani menebar benihnya di sawah yang lapang, dengan kemungkinan yang ada entah kelak panennya akan berhasil atau tidak, setidaknya petani itu sudah melakukan apa yang memang seharusnya dia lakukan. Segala sesuatu itu ada resikonya. Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tidak pernah melakukan apa-apa

Kita akan menjadi pribadi yang selalu merasa terlahir kembali ketika kita bisa mengambil setiap nilai yang kita dapat dari setiap momen yang kita lewati. Tidak ada pilihan yang tidak mendewasakan. Karena pilihan itu dibuat untuk menjadikan kita pribadi yang lebih bijak menyikapi kehidupan. Buat apa ada malam kalau kita tidak pernah bisa melihat bulan ? Buat apa ada siang kalau kita tidak pernah bisa melihat matahari ? Semua itu ada sebab dan akibatnya. Mencoba tidak ada yang salah. Seperti anak kecil yang belajar berjalan, awalnya dia tertatih dan jatuh bangun namun pada akhirnya dia bisa jalan dengan tegap karena proses belajarnya. Lalu bagaimana dengan kita ? Apakah kita akan selalu bersembunyi dibalik keadaan dimana kita tidak kenal dengan resiko ? Resiko itulah yang sebenarnya memberikan arti pada kita. Kita boleh melakukan kesalahan namun yang pasti  jangan sampai jatuh pada kesalahan yang sama. Bagaimana supaya kita tidak jatuh pada kesalahan yang sama ? Ya, trial and error. Kita mencoba, mencoba dan terus mencoba hingga kita tahu mana yang salah dan benar hingga nantinya kesalahan itu tidak akan terulang dikemudian harinya. Orang yang hebat adalah orang yang bisa mengalahkan egonya sendiri untuk bisa keluar dari comfort zone-nya. Segala keputusan ada ditangan kita, entah itu merah, hitam, ataupun putih itulah bukti keberanian kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)