Ini cerita tentang perjalanan kita. Cihuuuy. Oke dimulai
dari rencana pergi berdua, terus setelah dipikir-pikir kok berdua amat,
akhirnya kita mencari personil tambahan jadinya berempat. Walaupun belum fix
tapi kita sudah memastikan mendekati hari H kita tetap berempat perginya. Tapi
karena mungkin takdir mengharuskan kita akhirnya pergi berdua, yasudah dua
personil kita gugur ditengah jalan karena satu hal dan lain hal yang membuat
mereka tidak bisa ikut trip kita kali ini. Yasudah dengan model nekad dan asal
berangkat entah apapun yeng terjadi nanti akhirnya kita bulatkan tekad,
mantapkan hati, dan kuatkan mental akhirnya kita berangkat berdua. Dan, hari
jumat kita akhirnya beli tiket kereta ke Lempuyangan. Tiketpun ditangan, mau
nggak mau, jadi nggak jadi gimanapun juga tiket sudah ditangan tinggal
memantapkan langkah buat pergi. Ceileee.
Hari H pun datang. Hari selasa jam 06.30 kita sudah
berangkat dari kos, padahal kereta kita baru jam 07.30 berangkat dari
Lempuyangan. Bukannya karena terlalu semangat tapi kita mau beli bekal makanan
dulu di “mbak murah”. Hitung-hitung termasuk paketan kitalah, paket hemat buat makan di kereta pagi dan malem. Gila aja cuy, berangkat dari Lempuyangan jam
07.30 dan baru nyampe Banyuwangi sekitar jam 21.30. Mantap nggak tu ?
Jreng
jreng. Setelah muter-muter gerbong cari tempat duduk dan sempat debat sama
mas-mas dan jelas-jelas kita yang salah gerbong akhirnya kita ketemu juga di
tempat duduk yang memang semestinya buta kita. Belum sempat duduk beberapa
menit, ada keajaiban pertama yang terjadi. First miracle. Ketemu sahabat
sendiri dan dia sama teman-temannya dengan tujuan yang sama, Bali. Dan anehnya
lagi dia duduk tepat dibelakang tempat duduk saya. Kurang cucok apa lagi coba.
Jadi seenggaknya sampai Bali bakalan ada teman buat kompromilah, mereka
rombongan cowok-cowok dan seenggaknya juga merasa terlindungi. Hahaha.
Tik
tok tik tok. Satu jam. Dua jam...8 jam. Dan tau sendiri bagaimana keadaan di
kereta ekonomi. Ehm, kalau dipikir-pikir udah nggak ada bedanya dengan sebuah
pasar berjalan. Ada makanan, ada “mijon” bahkan kalau kalian semua tahu ada
yang sampai jualan tupai. Nggak ketinggalan ada juga yang jualan duren. Gila
aja nggak sih. Nggak bisa bayangin kalau di dalem kereta itu ada yang nggak
tahan dengan bau duren, apa nggak bisa mabok beneran tu. Hahaha. Aya aya wae.
Oya, aku dan popo dapet tempat duduk yang bertiga, dan sebelahku itu adalah
seorang cowok yang bisa dibilang cukup tangguh. Kenapa ? Soalnya selama
perjalanna dia nggak gerak sama sekali, dan satu dua kali cuma ngelihatin Hp
nya dan makan atau minumpun enggak. Tangguh bener, padahal ya bisa dibilang dia
masih sepantaranlah sama kita-kita. Karena nggak tega juga, waktu kita nyamil,
kita nawarin dia makanan, soalnya dia udah “melas” gitu tampangnya. Nggak tega
banget, ya itung-itung berbuat baik selama perjalanan jugalah, biar nanti juga
banyak miracle yang terjadi. Hihi. Dan ada cerita seru, pas di kereta kita duduk berhadapan dengan keluarga yang bawa anak kecil. Ya itung-itung buat hiburanlah, akhirnya saya menawarkan jelly untuk adik kecilnya itu. Eh pas di makan adeknya itu malah mutah-mutah. Nggak degdegan gimana coba. Wajah adiknya udah pucat gitu. Dan usut punya usut ternyata adiknya itu memang tidak bisa makan yang manis-manis alhasil mutah deh. Gila, bakalan heboh nggak sih hampir meracuni anak orang. Hahaha.
Jam
di tanganpun sudah menunjukkan pukul 21.15 dan itu tandanya bentar lagi sudah
akan sampai di Satsiun Banyuwangi Baru. Oya, kita naik kereta Sri Tanjung. Dan
keretanya itu tujuan akhir Banyuwangi Baru, tapi sebelum itu ke Surabaya dulu,
jadi keretanya itu muter gitu jadinya jauh. Tapi yasudahlah, nggak ada pilihan
lain selain di nikmati toh kalau dinikmatin pemandangan di sepanjang perjalanan
di kereta keren juga kok. Beda kalau naik bus atau yang lain, soalnya membelah
bukit, sawah, dan hutan-hutan gitu. Dan harus bilang WOW lah :D
Taraaaam.
Akhirnya sampai juga di Stasiun Banyuwangi Baru. Badan rasanya sudah kretek
kretek, pantat panas, dan segala macamnya lah. Eitss, tapi ini belum apa-apa.
Bahkan perjalanan baru akan di mulai. Turun dari kereta menuju pelabuhan
Ketapang bisa ditempuh dengan jalan kaki, banyak juga rombongan backpacker yang juga akan menuju ke
Bali. Jadi nggak sepi-sepi amat waktu jalan ke pelabuhan Ketapangnya. Dan
rombongan kita sekarangpun jadi bertujuh. Mas-mas yang tadi di kereta duduk di
samping saya juga ikutan nimbrung, soalnya kasian dia sendirian dan kayaknya
lunthang lunthung gitu. Kita masuk loket penyebrangan dan bayar Rp 6.000,00 per
orang, kapal yang membawa kita menyebrang selat Bali ada setiap 15 menit sekali
jadi tidak perlu khawatir kalau harus menunggu lama-lama. Dan tidak perlu
menunggu waktu lama juga kita sudah sampai di Pelabuhan Gilimanuk, hanya memakan
waktu kurang lebih 30 menitlah untuk menyebrang.
Waktupun
sudah beda. Kita menginjakkan kaki di tanah Bali jam 23.30 WITA. Dan kita jalan
rame-rame menuju ke terminal yang dekat dengan pelabuhan. Pas banget ada bus
yang akan membawa kita ke Terminal Ubung, dan taukah kalian, didalam bis itu
sungguh luar biasa, kapasitasnya melebihi kapastitas normal, semua penumpangnya
kebanyakan adalah orang-orang plesir yang sama tujuannya. Satu kereta, satu
kapal, dan sekarang satu bus. Wow, indahnya hidup ini kalau kita bisa
menikmati :3
Karena
tahu perjalanan akan begitu panjang, hampir 4 jam dari terminal Gilimanuk ke
terminal Ubung, saya dan teman saya memutuskan untuk minum antimo. Sungguh
sangat membantu antimo itu ketika dalam keadaan seperti waktu itu. Walaupun
tempat dan situasi yang tidak memadahi yang penting bisa tertidur.
Sampai-sampai di terminal Ubung saya harus dibangunkan teman saya, dan turunpun
masih antara sadar dan tidak sadar. Ketika ditanya teman saya tujuannya mau
kemana, bahkan saya masih tidak sadar dan nyawapun masih belum ngumpul. Di
terminal Ubung saya berpisah dengan rombongan teman saya, saya dengan popo
menuju Ubud dengan naik taksi yang mau tidak mau harus membayar RP 125.000,00
Tapi yasudahlah, daripada nyasar dan nggak tahu harus kemana, jalanan masih
sepi juga bahkan kita buta arah mau kemana. Mau tidak mau kita mengiyakan
tawaran pak taksi. Hmm, hampir satu jam kita akhirnya sampai di sentralnya
Ubud. Jalanan masih sepi juga, jadi tidak membutuhkan waktu yang cukup lama.
Sepanjang perjalanan ke Ubud mata saya masih amat sangat lengket sekali, tapi
masih juga diajak ngobrol sama bapak taksinya. Untung pak taksinya baik dan
ramah. Ketika kita sampai di sentralnya Ubud, pak taksinya ikutan keluar dan
membantu mencarikan penginapan yang sesuai dengan anggaran kita. Akhirnya tidak
perlu menunggu lama, kita dapat juga penginapan semalam Rp 120.000,00 dan
tempatnyapun juga mengasyikkan kok, walupun ternyata kita dikelilingi oleh
bule-bule. Dan sesampainya di kamar tidak perlu babibu lagi, kita langsung
tepar soalnya waktu masih menunjukkan pukul 04.30 WITA.
Selamat
pagi Ubud. Hari pertama. Oke, di hari pertama ini kita keluar dari hotel jam
09.00 WITA. Keluar-keluar dari hotel ternyata jalanan masih sepi bahkan
toko-toko saja baru buka. Oke kita memutuskan untuk jalan-jalan dulu, walaupun
disana sini digodain. Dan herannya lagi kenapa orang-orang sana lebih suka
nggodain wisatawan domestik dibandingkan bule-bule ya ? Padahal kalau
dipikir-pikir bule-bule kan lebih kece-kece. Ehm, ya mungkin warga disitu cinta
produk dalam negeri. Hahaha yakali.
Dan
karena jalanan masih sepi, kita memutuskan untuk kembali ke penginapan dulu
sambil merencanakan perjalanan kita hari ini. Dan setelah ngobrol dengan Bli
yang menunggu penginapan, usut punya usut ternyata sentral Ubud tempat kita
menginap itu jauh dari tempat wisata yang kita bayangkan sebelumnya. Ternyata
wisata sawah-sawah yang elok itu berada di Kintamani. Dan itu jauh dari
penginapan. Kalau mau kesana enaknya ikutan paket dan itu harus membayar Rp
150.000,00 satu orang. Yakali, ini sangat sungguh sudah menyimpang dari tema
perjalanan kita kali ini. Setelah bingung tanya ini itu, akhirnya kita
memutuskan untuk menyewa sepeda dan pergi ketempat-tempat yang memang dekat
dengan situ-situ saja. Dan akhirnya perjalanan hari pertama di Ubudpun di
mulai. Kita cuma mengitari tempat-tempat yang memang sudah di rekomendasikan
oleh Bli yang menunggu penginapan. Dan taukah kalian, di Uud kebanyakan
wisatawannya adalah bule-bule, hampir wisatawan domestiknya bisa dihitung pake
jari. Apalagi Ubud adalah tujuan bule-bule yang emmang mencari ketenangan. Mungkin bagi turis domestik itu sudah hal biasa. So, tempatnyapun kalau masuk harus bayar dan itu lumayan sekali sekitaran
Rp 20.000,00 sampai Rp 50.000,00 Tapi tak apalah kita mempergunakan kesempatan
kali ini dengan bersepedaaan di sekitar situ saja, kita ke pasar Ubud, terus ke
tempat-tempat sepajang jalan Ubud yang cukuplah buat foto di depannya doang.
Hahaha. Oya tidak lupa kita ke Monkey Forest yang juga dekat dengan tempat
kita menginap. Sewa sepeda sehari di Ubud Rp 25.000,00 ya lumayanlah untuk
mengobati kekecewaan karena terbatas biaya dan tidak bisa pergi kemana-mana.
Jadi buat yang mau menjelajah Ubud, mending kesana rame-rame sehingga
biayanyapun bisa ditanggung bareng-bareng jadi lebih ringan gitulah. Sedihnya
lagi, karena di kawasan turis jadinya kita mau nggak mau makan di tempat yang
jauh di luar dugaan, dan taukan kita habis berapa makan berdua malam itu ? Yah,
makan sebatas nasi goreng dengan minum air putih habis hampir seratus ribu. Oh
itu sungguh menyesakkan dada disamping kita mau paket hemat untuk trip kali
ini. Yang pasti, point kali ini, trial dan error itu memang penting, buat
pengalamanlah.
Hari
pertamapun berlalu. Hari selanjutnya kita check
out dari tempat kita menginap pukul 09.00 WITA. Kita naik semacam mini bus
yang akan membawa kita langsung ke Kuta. Satu orang harus membayar Rp
50.000,00. Dan lagi-lagi kita harus satu mobil dengan bule-bule, kurang kece
apa coba cuma kita berdua yang Indonesia tulen ditambah sopirnya. Sepanjang
perjalananpun kita berdua asal ngoceh pake bahasa Jawa, bodo amat. Disini halal
nggak halal ngomongin orang di dekatnya langsung dihalalkanlah. Hahaha.
Sampai
di Kuta, tinggal kita berdua dan diturunkan di pertigaan pasar Kuta. Karena
perut sudah keroncongan kita memutuskan untuk mencari makanan yang harganya
bersahabat sekalian nyari tolilet. Akhirnya berbicaralah GPS. Di GPS ada tu KFC
deket tempat kita berdiri. Eh setelah dicari mondar mandir, ternyata itu bukan
KFC tapi semacam mini market tapi kedeteksinya KFC. Zonk lagi zonk lagi di
tengah siang bolong dnegan panas yang teriknya Puji Tuhan sekali.
Kompromi,
kompromi, kompromi. Akhirnya kita memutuskan mencari tempat untuk menginap
terlebih dahulu, seenggaknya sudah merasa aman ditengah keramaian Kuta
sedangkan kita tidak punya tujuan pasti, apalagi kita harus membawa tas yang
super sekali. Berasa sudah encok pegel linu aja, tapi tetep. Soalnya ya ini
konsekuensinya. Setelah tanya-tanya sambil muter-muter, akhirnya kita dapet
penginapan di daerah Popies dengan harga sewa Rp 120.000,00 semalam. Daerah Popies memang di rekomendasikan bagi para backpacker dengan biaya terbatas, tapi ya harus mau berkorban masuk-masuk gang-gang kecil gitu. Dan waktu
ngobrol dengan penjaga penginapannya, si Blinya sempet terpukau karena kita cuma
berdua dari Jogja pula, usut punya usut ternyata si Blinya pengen ke Jogja.
Akhirnya kita tukar informasi deh trip ke Jogja dengan biaya yang amat sangat
bisa ditekan. Dan buat gantinya, Blinya memberi kita sebuah peta yang ternyata cuma menyesatkan utuk pergi ke Garuda Wisnu Kencana. Mau nggak mau GPS juga
yang berbicara sambil berhenti di jalan nanya-nanya. Dan sekitar pukul setengah
4 kita sampai juga di GWK setelah berusaha memohon kepada Yang Kuasa untuk di
beri petunjuk. Hahaha. Sore itu di GWK panasnya masih terik sekali, disana
tidak lagi terlihat kesenjangan yang terjadi, soalnya disana banyak banget
wisatawan domestik. Dan kali ini kurang kece apa lagi coba ke GWK naik motor
bedua cuma modal GPS, tanya-tanya dan pastinya modal nekad akhirnya ketemu
juga. Mau nggak mau jadi sedikit banyak tahu deh jalan di Bali.
Habis
dari pantai kita memutuskan untuk jalan-jalan di pinggiran jalan Pantai dimana
disitu banyak toko-toko yang menawarkan berbagai macam cendra mata khas Bali.
Tapi kali ini kita memutuskan untuk masuk KFC seenggaknya kita mikir harganya
mungkin standarnya sama dengan KFC dimanapun itu, tapi kenyataannya berkata
lain. Lagi-lagi kita dibuat kecewa. Baru tahu kalau harganya ternyata
tergantung tempatnya. Tapi sekali lagi, kalau nggak gini nggak tahu.
Yasudahlah.
Malampun
menjelang. Sebelum balik ke hotel kita memutuskan untuk jalan-jalan dulu.
Jalanan Legian, dan manapun itu masih tetep ramai oleh pengunjung beda dengan daerah
Ubud. Uups. Karena ingat kita belum memegang tiket kereta untuk balik Jogja,
akhirnya kita memutuskan untuk membeli tiket di Alfamart. Tapi, takdir berkata
lain lagi. Tiket Sritanjung untuk tanggal 26 yang ekonomi biasa sudah habis
terjual. Shock seketika dan tidak tahu lagi harus berekspresi seperti apa. Yang
terpikir hanya bagaimana kita pulang. Mau tidak mau kita segera balik ke
penginapan dan memutar otak untuk mencari jalan keluar untuk mendapatkan tiket
pulang. Nggak mungkin banget kalau naik pesawat, menyimpang bos dari tema trip
kita. Naik bis ? Oh no, haruskah 19 jam dihabiskan di jalan ? Padahal hasrat
sudah tidak bisa tertahan lagi ingin segera sampai Jogja. Aya aya wae ni
cobaannya. Tapi be calm. Akhirnya
kita memutuskan untuk besok paginya pergi lagi ke Alfamart untuk membeli tiket
kereta yang ekonomi AC, mau nggak mau harus merelakan Rp 120.000,00 selisihnya
jauh banget dengan Rp 35.000,00 broo. Tapi ya mau gimana lagi. Dan lagi-lagi
cobaan itu datang, udah bangun pagi jalan cukup jauh hujan pula, ternyata tidak
setiap Alfamart menjual tiket kereta. Dan ketika mendapati Alfamart yang menjual
tiket kereta, ternyata kita di PHPin masnya, koneksinya sedang bermasalah. Oh
meeen, luar biasa banget ni perjuangan buat pulang. Akhirnya kita memutuskan
untuk sekalian check out dari
penginapan sekalian mencari Indomart atau mungkin yang lainnya, kepepetnya
harus mengejar kapasitas ekonomi AC yang tinggal 70 kursi ke Stasiun
Banyuwangi. WOW.
Tujuan pertama adalah Pasar Kuta. Di situ kita cari
Indomart yang katanya deket ternyata jauh juga, oya saat itu cuacanya lagi
hujan juga. Sosweet banget kan pake payung segala. Hahaha. Dan ketika ada
secerca harapan kita bakalan bisa beli tiket disitu, akrena udah di mintain KTP
eh tinggal cetak aja ternyata koneksinya juga lagi gangguna. NAHLHO.
Kita
langsung menyiapkan seribu langkah untuk mengejar kursi yang tinggal 70 ke
Stasiun Banyuwangi. Ooo, itu tidak semudah yang dibayangkan, harus melewati
banyak jalan dulu. Pertama, kita naik angkutan yang membawa kita ke terminal
Tegal dengan membayar Rp 16.000,00 berdua, padahal seharusnya setiap orang Rp
5.000,00 itu sudah cukup. Oke tak apa. Selanjutnya, turun di terminal Tegal
kita langsung naik angkot ke Terminal Ubung dengan membayar Rp 5.000,00
perorang. Dari terminal Ubung, kita sempet nyari bus yang kayak dulu waktu
berangkat ke Bali, ada ACnya. Tapi ternyata nggak ada. Mau nggak mau kita naik
bus biasa yang no AC, dan itu janji pak sopirnya langsung berangkat eh tapi
ternyata ngetemnya lamanya udah bikin panas ubun-ubun. Ya wajar sih kalau
nunggu penumpang dulu toh perjalanannya bakalan jauh dan lama juga. Oya waktu
itu kita bareng dengan bule suami istri dari Polandia, mereka sama dengan kita,
backpackeran bro dalam rangka bulan madu, tralalala banget ya. Bagi para wanita sangat dianjurkan buat hati-hati kalau di Terminal Ubung karena banyak yang jail disitu.
Oke
perjalanan panjangpun di mulai. Kita berangkat dari terminal Ubung pukul 11.30
dan sepanjang perjalanan rasanya lama banget, gila. Kata pak sopirnya sih baru
jam 3an nyampe, rasanya pengen nyewa naga-naga yang di film-film itu. Tapi
lama-lama bosennya ilang saat melewati daerah Tabanan, karena jalannya itu
melewati bibir pantai yang pemandangannya bagus banget. Agak meleklah mata
waktu itu. Dan lama-lama tidak terasa sampai juga di Terminal Gilimanuk.
Terminal Gilimanuk dan Pelabuhannya cuma hadap-hadapan, makanya kita kembali
menyiapkan seribu langkah untuk naik kapal. Lumayanlah, tempat pembelian tiket
dengan dermaga tempat kapalnya parkir. Yakali mobil parkir. Yaudah deh abis
tiket di tangan kita langsung lari-larian menuju ke kapal. Dan huh hah huh hah,
kahirnya duduk manis di kapal juga. Selama nyebrang, tanpa sengaja bapak-bapak
yang duduk di samping saya melihat lambang UGM di tas yang saya pake. Yah
lagi-lagi dapet temen ngobrol untuk membunuh waktu selama nyebrang, soalnya
anaknya bapak itu katanya sih pengen banget kuliah di Fakultas Ekonominya UGM.
Ya itu tu fakultas tetangga, ternyata impian sejuta umat ya. Dan karena
perbincangan itu, karena bapaknya naik motor ke Jember kita dikasih bekal
camilan bapaknya katanya sih buat bekal kita di jalan. Puji Tuhan, tahu banget
ni bapaknya kalau bekal makanan kita menipis. Hahaha.
Nyebrang
yang biasanya kerasa cepet kali ini berasa lama karena mungkin cuaca yang juga
lagi hujan deras dan mungkin karena kita terburu-buru juga. Turun dari kapal
hujannya udah nggak nyantai banget, mau nggak mau kita harus menerjang badai
menuju Stasiun Banyuwangi pakai payung. Berguna juga siap-siap payung dalam
daftar perjalanan kali ini.
Nggak
ada badan kita yang nggak basah. Tas aja udah basah apalagi badan kita yang
basah kuyup. Sampai di Stasiun kita langsung menyerbu loket pembelian tiket.
Dan perjuangan kita berbuah indah, tiketnya masih. Puji Tuhan. Dan setelah
tiket di tangan, cobaan baru datang. Kereta Sri Tanjung tujuan Jogja baru ada
keesokan harinya pukul 06.00 padahal kita pas beli tiket itu baru pukul 16.00
JLEGER ! Harus bermalam di stasiun. Dan seketika itu kita bedua terdiam ketika
harus membayangkan bermalam di stasiun semalam suntuk. Bukannya apa-apa,
masalahnya ini stasiun sepinya udah mencekam dan fasilitasnya kurang bersahabat
deh. Tapi mau gimana lagi tidak ada pilihan lain. Dan saat itu juga kepala
rasanya udah puyeng dan akhirnya mengucapkan selamat datang juga pada flu.
Setelah
beberes celana yang basah dan tas yang juga basah, kahirnya kita hanya terduduk
merenung entah sibuk dengan pikiran masing-masing. Mau ngapain, dan setidaknya
mendengarkan bunyi perut yang keroncongan. Ya karena memang dari paginya
berangkat dari Kuta sesuap makananpun belum masuk ke perut, alhasil lengkap
sudah rasanya badan waktu itu. Dan ketika dilihat ke seberang tempat duduk kita
juga ada empat orang laki-laki yang hasil kepo dari bapak tukang bersih-bersih
stasiun ternyata mereka juga senasib sama dengan kita. Mereka menunggu Sri
Tanjung juga jurusan Jogja. Tapi apa masalahnya bagi cowok-cowok berempat pula,
pasti nggak akan ada habisnya deh cara mereka menunggu. Bahkan dilihat-lihat
tempat pewe mereka udah berasa tempat sendiri, kemana-mana barang-barang mereka
ditinggal begitu saja. Dasar cowok, seenaknya memang. Uuups.
Waktupun
baru menunjukkan pukul 17.45 tak tik tok tik tuk tok tik waktu kali ini beneran
terasa lama banget, jarum jam udah leletnya ngalahin jalannya siput. Oh Tuhan,
rasanya udah pengen mewek aja, eits tapi emang harus begini. Kalau udah mau
mewek yang ada nanti semakin bosan aja nunggu keesokan harinya. Dan tiba-tiba
saja ada akal bulus, biar nggak bosan-bosan amat dan nggak terlalu krik krik
sempat muncul sebuah ide kalau ada niatan untuk memberanikan diri kenalan
dengan empat cowok di seberang tempat duduk kita. Ah masa bodolah dengan malu,
biar ada cowoknya juga kalau semaleman harus nunggu di stasiun. Belum
terlaksana niatan itu, eh ada salah satu dari mereka yang nyamperin ketempat
duduk kita duluan. Setelah ngobrol-ngobrol, akhirnya kita nyambung juga.
Akhirnya kita berduapun memutuskan untuk gabung dengan mereka, positif
thinkinglah kalau memang mereka orang baik-baik. Dan setelah ngobrol kesana
kemarin kita lama-lama jadi nyambung dan akrab. Oya, mereka rombongan dari
Bandung yang ternyata kehabisan kereta langsung ke Bandung. Jadi mau nggak mau
mereka harus transit dulu di Jogja. Bahkan mereka lebih parah lagi menunggu di
stasiun dari jam 09.00 pagi. Gila. Dan suut punya usut mereka ternyata
backpakeran juga dari Lombok. Lombok bro lombok. Udah gitu semaleman kita
habiskan untuk ngobrol banyak hal, dan lebih serunya lagi kita ngomongin bahasa
sunda dan Jawa. Gokil gila semaleman sama mereka sampai udah lupa sama bosennya
tadi. Oya, dan tengah malempun kita sempet main kartu di teras stasiun karena
tidak ada tempat lain. Udah kartunya basah pula, tapi tak apalah. Oya kita juga
ketambah personil lagi, ada mas-mas yang juga nimbrung dengan kita, jadinya
banyak ngobrol dan tau akan banyak hal di luar ekspektasi kita. Sungguh tidak
bisa membayangkan kalaus eandainya tidak ada mereka berempat. Mau jadi apa
semaleman kita cewek-cewek di teras stasiun. Oya, sebenernya ada semacam
penyewaan tempat buat nginap semalem bayarnya Rp 5.000,00 tapi ya itu tempatnya
hanya karpet dan tidak lain dan tidak bukan tetep di teras stasiuntapi
ditungguin sama bapak penjaganya dan itu ditutupin hijab gitu. Haha. Seru dan
gokillah pokoknya. Salah satu keajaiban sekalilah bertemu dan bisa banyak
ngobrol dengan empat sekawan itu :D
Kukuruyuk.
Akhirnya pagi yang di tunggu-tunggupun datang juga. Sekitar jam 04.30 petugas stasiun
udah sibuk membuak loket dan melayani para pembeli yang ingin menukarkan tiket
atau apalah itu. Yang pasti hanya dalam hitungan menit lagi kereta yang kita
tunggu-tunggu akan segera datang. Yeaaah, jam pun sudah menunjukkan pukul 06.00
kereta yang akan membawa kita kembali ke Jogjapun datang juga. Mau nggak mau
kepisah deh dengan empat sekawan. Tapi sebelum naik kereta kita sempat sarapan
roti bareng-bareng dulu, yang pasti mereka yang memberi kita sepotong roti.
Bekal aja kita udah kehabisan. Hahaha.
Satu
jam. Dua jam....10 jam, dan akhirnya setelah menunggu hampir 14 jam sampai juga
kita di Stasiun Lempuyangan. YOGYAKARTA. Yeeeey, turun dari kereta langsung
jingkrak jingkrak berasa orang yang berhasil sampai kota perantauan. Lebay sih
tapi itu kenyataannya. Selama 5 hari bawaannya kangen banget sama kota istimewa
ini. Nggak tanggung-tanggung karena seharian belum makan juga akhirnya kita
langusng cus ke pecel lele yang ada di Pasar Lempuyangan. Langsung pesen makan
sepuasnya. Setelah selesai segeralah kita balik ke kos tersayang. Dan di
jalanpun sempat ketemu empat sekawan yang jalan kaki, katanya sih mau ke
malioboro. Entahlah, mereka cowok ini pasti lebih banyak ide. Yang pasti udah
nggak sabar buat balik ke kos. Sampai di kos udah nggak babibu lagi mau
ngapain, yang ada langsung tepaaaaaar. Walaupun nggak beli apa-apa, pulang
tetep bawa oleh-oleh kok, alhasil flu. Yeeeeeey, dan tidak lupa buat say THANK
GOD for everthings :”)))))
22 Januari 2013 pukul 07.00 - 26 Januari 2013
pukul 19.55
Saran
buat yang mau backpacking ke Bali :
1 . Sebelum
berangkat bikin sebuah plan tujuan, harga, dan tempat-tempat yang akan di
kunjungi
2. Kalau
bisa pergi beramai-ramai supaya harga sewa atau harga lainnya bisa lebih
ditekan
3. Beli
tiket kepulangan supaya tidak kelabakan ketikapulang kehabisan tiket
4. Sedia
pulsa internet buat GPS supaya kalau nyasar tidak terlalu nyasar
5. Cari
informasi sebanyak mungkin dari temen-temen atau blog yang menceritakan kisah
backpackeran mereka ke Bali suapaya ada gambaran
6. Lupakan
apa itu sungkan biar ada kenalan dan teman seperjalanan
7. Berani
bertanya dan lupakan apa itu kata mal
8. Berani
ambil resiko apapun
9. Siap
dengan segala ketidakpastian
10. Jangan
lupa berdoa
11. Jangan
gampang mengeluh. Gunakan pikiran yang dingin untuk menyelesaikan problem
12. Bulatkan
tekat, mantapkan hati dan kuatkan mental13. And enjoy your adventure mas bro mbak bro :D
Ahhhh nandan... aku yang udah bulan lalu ke Bali aja belum beres-beres nih bikin tulisannya, kamu malah udah hahaha... terlalu banyak yang ingin diceritakan :D jadi pengen ke Bali lagi!!!
BalasHapushahaha ini ceritaku, mana ceritamu ben ? Mesti seru deh, pengen tau ;D
BalasHapus