Senin, 11 Februari 2013

Plesir Brooo. BALI !


Ini cerita tentang perjalanan kita. Cihuuuy. Oke dimulai dari rencana pergi berdua, terus setelah dipikir-pikir kok berdua amat, akhirnya kita mencari personil tambahan jadinya berempat. Walaupun belum fix tapi kita sudah memastikan mendekati hari H kita tetap berempat perginya. Tapi karena mungkin takdir mengharuskan kita akhirnya pergi berdua, yasudah dua personil kita gugur ditengah jalan karena satu hal dan lain hal yang membuat mereka tidak bisa ikut trip kita kali ini. Yasudah dengan model nekad dan asal berangkat entah apapun yeng terjadi nanti akhirnya kita bulatkan tekad, mantapkan hati, dan kuatkan mental akhirnya kita berangkat berdua. Dan, hari jumat kita akhirnya beli tiket kereta ke Lempuyangan. Tiketpun ditangan, mau nggak mau, jadi nggak jadi gimanapun juga tiket sudah ditangan tinggal memantapkan langkah buat pergi. Ceileee.

Hari H pun datang. Hari selasa jam 06.30 kita sudah berangkat dari kos, padahal kereta kita baru jam 07.30 berangkat dari Lempuyangan. Bukannya karena terlalu semangat tapi kita mau beli bekal makanan dulu di “mbak murah”. Hitung-hitung termasuk paketan kitalah, paket hemat buat makan di kereta pagi dan malem. Gila aja cuy, berangkat dari Lempuyangan jam 07.30 dan baru nyampe Banyuwangi sekitar jam 21.30. Mantap nggak tu ?

Jreng jreng. Setelah muter-muter gerbong cari tempat duduk dan sempat debat sama mas-mas dan jelas-jelas kita yang salah gerbong akhirnya kita ketemu juga di tempat duduk yang memang semestinya buta kita. Belum sempat duduk beberapa menit, ada keajaiban pertama yang terjadi. First miracle. Ketemu sahabat sendiri dan dia sama teman-temannya dengan tujuan yang sama, Bali. Dan anehnya lagi dia duduk tepat dibelakang tempat duduk saya. Kurang cucok apa lagi coba. Jadi seenggaknya sampai Bali bakalan ada teman buat kompromilah, mereka rombongan cowok-cowok dan seenggaknya juga merasa terlindungi. Hahaha.

Tik tok tik tok. Satu jam. Dua jam...8 jam. Dan tau sendiri bagaimana keadaan di kereta ekonomi. Ehm, kalau dipikir-pikir udah nggak ada bedanya dengan sebuah pasar berjalan. Ada makanan, ada “mijon” bahkan kalau kalian semua tahu ada yang sampai jualan tupai. Nggak ketinggalan ada juga yang jualan duren. Gila aja nggak sih. Nggak bisa bayangin kalau di dalem kereta itu ada yang nggak tahan dengan bau duren, apa nggak bisa mabok beneran tu. Hahaha. Aya aya wae. Oya, aku dan popo dapet tempat duduk yang bertiga, dan sebelahku itu adalah seorang cowok yang bisa dibilang cukup tangguh. Kenapa ? Soalnya selama perjalanna dia nggak gerak sama sekali, dan satu dua kali cuma ngelihatin Hp nya dan makan atau minumpun enggak. Tangguh bener, padahal ya bisa dibilang dia masih sepantaranlah sama kita-kita. Karena nggak tega juga, waktu kita nyamil, kita nawarin dia makanan, soalnya dia udah “melas” gitu tampangnya. Nggak tega banget, ya itung-itung berbuat baik selama perjalanan jugalah, biar nanti juga banyak miracle yang terjadi. Hihi. Dan ada cerita seru, pas di kereta kita duduk berhadapan dengan keluarga yang bawa anak kecil. Ya itung-itung buat hiburanlah, akhirnya saya menawarkan jelly untuk adik kecilnya itu. Eh pas di makan adeknya itu malah mutah-mutah. Nggak degdegan gimana coba. Wajah adiknya udah pucat gitu. Dan usut punya usut ternyata adiknya itu memang tidak bisa makan yang manis-manis alhasil mutah deh. Gila, bakalan heboh nggak sih hampir meracuni anak orang. Hahaha.

Jam di tanganpun sudah menunjukkan pukul 21.15 dan itu tandanya bentar lagi sudah akan sampai di Satsiun Banyuwangi Baru. Oya, kita naik kereta Sri Tanjung. Dan keretanya itu tujuan akhir Banyuwangi Baru, tapi sebelum itu ke Surabaya dulu, jadi keretanya itu muter gitu jadinya jauh. Tapi yasudahlah, nggak ada pilihan lain selain di nikmati toh kalau dinikmatin pemandangan di sepanjang perjalanan di kereta keren juga kok. Beda kalau naik bus atau yang lain, soalnya membelah bukit, sawah, dan hutan-hutan gitu. Dan harus bilang WOW lah :D

Taraaaam. Akhirnya sampai juga di Stasiun Banyuwangi Baru. Badan rasanya sudah kretek kretek, pantat panas, dan segala macamnya lah. Eitss, tapi ini belum apa-apa. Bahkan perjalanan baru akan di mulai. Turun dari kereta menuju pelabuhan Ketapang bisa ditempuh dengan jalan kaki, banyak juga rombongan backpacker yang juga akan menuju ke Bali. Jadi nggak sepi-sepi amat waktu jalan ke pelabuhan Ketapangnya. Dan rombongan kita sekarangpun jadi bertujuh. Mas-mas yang tadi di kereta duduk di samping saya juga ikutan nimbrung, soalnya kasian dia sendirian dan kayaknya lunthang lunthung gitu. Kita masuk loket penyebrangan dan bayar Rp 6.000,00 per orang, kapal yang membawa kita menyebrang selat Bali ada setiap 15 menit sekali jadi tidak perlu khawatir kalau harus menunggu lama-lama. Dan tidak perlu menunggu waktu lama juga kita sudah sampai di Pelabuhan Gilimanuk, hanya memakan waktu kurang lebih 30 menitlah untuk menyebrang.

Waktupun sudah beda. Kita menginjakkan kaki di tanah Bali jam 23.30 WITA. Dan kita jalan rame-rame menuju ke terminal yang dekat dengan pelabuhan. Pas banget ada bus yang akan membawa kita ke Terminal Ubung, dan taukah kalian, didalam bis itu sungguh luar biasa, kapasitasnya melebihi kapastitas normal, semua penumpangnya kebanyakan adalah orang-orang plesir yang sama tujuannya. Satu kereta, satu kapal, dan sekarang satu bus. Wow, indahnya hidup ini kalau kita bisa menikmati :3

Karena tahu perjalanan akan begitu panjang, hampir 4 jam dari terminal Gilimanuk ke terminal Ubung, saya dan teman saya memutuskan untuk minum antimo. Sungguh sangat membantu antimo itu ketika dalam keadaan seperti waktu itu. Walaupun tempat dan situasi yang tidak memadahi yang penting bisa tertidur. Sampai-sampai di terminal Ubung saya harus dibangunkan teman saya, dan turunpun masih antara sadar dan tidak sadar. Ketika ditanya teman saya tujuannya mau kemana, bahkan saya masih tidak sadar dan nyawapun masih belum ngumpul. Di terminal Ubung saya berpisah dengan rombongan teman saya, saya dengan popo menuju Ubud dengan naik taksi yang mau tidak mau harus membayar RP 125.000,00 Tapi yasudahlah, daripada nyasar dan nggak tahu harus kemana, jalanan masih sepi juga bahkan kita buta arah mau kemana. Mau tidak mau kita mengiyakan tawaran pak taksi. Hmm, hampir satu jam kita akhirnya sampai di sentralnya Ubud. Jalanan masih sepi juga, jadi tidak membutuhkan waktu yang cukup lama. Sepanjang perjalanan ke Ubud mata saya masih amat sangat lengket sekali, tapi masih juga diajak ngobrol sama bapak taksinya. Untung pak taksinya baik dan ramah. Ketika kita sampai di sentralnya Ubud, pak taksinya ikutan keluar dan membantu mencarikan penginapan yang sesuai dengan anggaran kita. Akhirnya tidak perlu menunggu lama, kita dapat juga penginapan semalam Rp 120.000,00 dan tempatnyapun juga mengasyikkan kok, walupun ternyata kita dikelilingi oleh bule-bule. Dan sesampainya di kamar tidak perlu babibu lagi, kita langsung tepar soalnya waktu masih menunjukkan pukul 04.30 WITA.

Selamat pagi Ubud. Hari pertama. Oke, di hari pertama ini kita keluar dari hotel jam 09.00 WITA. Keluar-keluar dari hotel ternyata jalanan masih sepi bahkan toko-toko saja baru buka. Oke kita memutuskan untuk jalan-jalan dulu, walaupun disana sini digodain. Dan herannya lagi kenapa orang-orang sana lebih suka nggodain wisatawan domestik dibandingkan bule-bule ya ? Padahal kalau dipikir-pikir bule-bule kan lebih kece-kece. Ehm, ya mungkin warga disitu cinta produk dalam negeri. Hahaha yakali.


Dan karena jalanan masih sepi, kita memutuskan untuk kembali ke penginapan dulu sambil merencanakan perjalanan kita hari ini. Dan setelah ngobrol dengan Bli yang menunggu penginapan, usut punya usut ternyata sentral Ubud tempat kita menginap itu jauh dari tempat wisata yang kita bayangkan sebelumnya. Ternyata wisata sawah-sawah yang elok itu berada di Kintamani. Dan itu jauh dari penginapan. Kalau mau kesana enaknya ikutan paket dan itu harus membayar Rp 150.000,00 satu orang. Yakali, ini sangat sungguh sudah menyimpang dari tema perjalanan kita kali ini. Setelah bingung tanya ini itu, akhirnya kita memutuskan untuk menyewa sepeda dan pergi ketempat-tempat yang memang dekat dengan situ-situ saja. Dan akhirnya perjalanan hari pertama di Ubudpun di mulai. Kita cuma mengitari tempat-tempat yang memang sudah di rekomendasikan oleh Bli yang menunggu penginapan. Dan taukah kalian, di Uud kebanyakan wisatawannya adalah bule-bule, hampir wisatawan domestiknya bisa dihitung pake jari. Apalagi Ubud adalah tujuan bule-bule yang emmang mencari ketenangan. Mungkin bagi turis domestik itu sudah hal biasa. So, tempatnyapun kalau masuk harus bayar dan itu lumayan sekali sekitaran Rp 20.000,00 sampai Rp 50.000,00 Tapi tak apalah kita mempergunakan kesempatan kali ini dengan bersepedaaan di sekitar situ saja, kita ke pasar Ubud, terus ke tempat-tempat sepajang jalan Ubud yang cukuplah buat foto di depannya doang. Hahaha. Oya tidak lupa kita ke Monkey Forest yang juga dekat dengan tempat kita menginap. Sewa sepeda sehari di Ubud Rp 25.000,00 ya lumayanlah untuk mengobati kekecewaan karena terbatas biaya dan tidak bisa pergi kemana-mana. Jadi buat yang mau menjelajah Ubud, mending kesana rame-rame sehingga biayanyapun bisa ditanggung bareng-bareng jadi lebih ringan gitulah. Sedihnya lagi, karena di kawasan turis jadinya kita mau nggak mau makan di tempat yang jauh di luar dugaan, dan taukan kita habis berapa makan berdua malam itu ? Yah, makan sebatas nasi goreng dengan minum air putih habis hampir seratus ribu. Oh itu sungguh menyesakkan dada disamping kita mau paket hemat untuk trip kali ini. Yang pasti, point kali ini, trial dan error itu memang penting, buat pengalamanlah.



Hari pertamapun berlalu. Hari selanjutnya kita check out dari tempat kita menginap pukul 09.00 WITA. Kita naik semacam mini bus yang akan membawa kita langsung ke Kuta. Satu orang harus membayar Rp 50.000,00. Dan lagi-lagi kita harus satu mobil dengan bule-bule, kurang kece apa coba cuma kita berdua yang Indonesia tulen ditambah sopirnya. Sepanjang perjalananpun kita berdua asal ngoceh pake bahasa Jawa, bodo amat. Disini halal nggak halal ngomongin orang di dekatnya langsung dihalalkanlah. Hahaha.

Sampai di Kuta, tinggal kita berdua dan diturunkan di pertigaan pasar Kuta. Karena perut sudah keroncongan kita memutuskan untuk mencari makanan yang harganya bersahabat sekalian nyari tolilet. Akhirnya berbicaralah GPS. Di GPS ada tu KFC deket tempat kita berdiri. Eh setelah dicari mondar mandir, ternyata itu bukan KFC tapi semacam mini market tapi kedeteksinya KFC. Zonk lagi zonk lagi di tengah siang bolong dnegan panas yang teriknya Puji Tuhan sekali.

Kompromi, kompromi, kompromi. Akhirnya kita memutuskan mencari tempat untuk menginap terlebih dahulu, seenggaknya sudah merasa aman ditengah keramaian Kuta sedangkan kita tidak punya tujuan pasti, apalagi kita harus membawa tas yang super sekali. Berasa sudah encok pegel linu aja, tapi tetep. Soalnya ya ini konsekuensinya. Setelah tanya-tanya sambil muter-muter, akhirnya kita dapet penginapan di daerah Popies dengan harga sewa Rp 120.000,00 semalam. Daerah Popies memang di rekomendasikan bagi para backpacker dengan biaya terbatas, tapi ya harus mau berkorban masuk-masuk gang-gang kecil gitu. Dan waktu ngobrol dengan penjaga penginapannya, si Blinya sempet terpukau karena kita cuma berdua dari Jogja pula, usut punya usut ternyata si Blinya pengen ke Jogja. Akhirnya kita tukar informasi deh trip ke Jogja dengan biaya yang amat sangat bisa ditekan. Dan buat gantinya, Blinya memberi kita sebuah peta yang ternyata cuma menyesatkan utuk pergi ke Garuda Wisnu Kencana. Mau nggak mau GPS juga yang berbicara sambil berhenti di jalan nanya-nanya. Dan sekitar pukul setengah 4 kita sampai juga di GWK setelah berusaha memohon kepada Yang Kuasa untuk di beri petunjuk. Hahaha. Sore itu di GWK panasnya masih terik sekali, disana tidak lagi terlihat kesenjangan yang terjadi, soalnya disana banyak banget wisatawan domestik. Dan kali ini kurang kece apa lagi coba ke GWK naik motor bedua cuma modal GPS, tanya-tanya dan pastinya modal nekad akhirnya ketemu juga. Mau nggak mau jadi sedikit banyak tahu deh jalan di Bali.















Tujuan selanjutnya setelah dari GWK, kita memutuskan untuk pergi ke pantai Kuta yang memang dekat dengan tempat penginapan. Di Pantai Kuta saat itu sedang tidak bersahabat karena banyaknya sampah kiriman yang entah dari mana. Tapi ya begitulah Pantai Kuta di sore hari tetep ramai oleh pengunjung dari penjuru dunia. Ceile.

Habis dari pantai kita memutuskan untuk jalan-jalan di pinggiran jalan Pantai dimana disitu banyak toko-toko yang menawarkan berbagai macam cendra mata khas Bali. Tapi kali ini kita memutuskan untuk masuk KFC seenggaknya kita mikir harganya mungkin standarnya sama dengan KFC dimanapun itu, tapi kenyataannya berkata lain. Lagi-lagi kita dibuat kecewa. Baru tahu kalau harganya ternyata tergantung tempatnya. Tapi sekali lagi, kalau nggak gini nggak tahu. Yasudahlah.

Malampun menjelang. Sebelum balik ke hotel kita memutuskan untuk jalan-jalan dulu. Jalanan Legian, dan manapun itu masih tetep ramai oleh pengunjung beda dengan daerah Ubud. Uups. Karena ingat kita belum memegang tiket kereta untuk balik Jogja, akhirnya kita memutuskan untuk membeli tiket di Alfamart. Tapi, takdir berkata lain lagi. Tiket Sritanjung untuk tanggal 26 yang ekonomi biasa sudah habis terjual. Shock seketika dan tidak tahu lagi harus berekspresi seperti apa. Yang terpikir hanya bagaimana kita pulang. Mau tidak mau kita segera balik ke penginapan dan memutar otak untuk mencari jalan keluar untuk mendapatkan tiket pulang. Nggak mungkin banget kalau naik pesawat, menyimpang bos dari tema trip kita. Naik bis ? Oh no, haruskah 19 jam dihabiskan di jalan ? Padahal hasrat sudah tidak bisa tertahan lagi ingin segera sampai Jogja. Aya aya wae ni cobaannya. Tapi be calm. Akhirnya kita memutuskan untuk besok paginya pergi lagi ke Alfamart untuk membeli tiket kereta yang ekonomi AC, mau nggak mau harus merelakan Rp 120.000,00 selisihnya jauh banget dengan Rp 35.000,00 broo. Tapi ya mau gimana lagi. Dan lagi-lagi cobaan itu datang, udah bangun pagi jalan cukup jauh hujan pula, ternyata tidak setiap Alfamart menjual tiket kereta. Dan ketika mendapati Alfamart yang menjual tiket kereta, ternyata kita di PHPin masnya, koneksinya sedang bermasalah. Oh meeen, luar biasa banget ni perjuangan buat pulang. Akhirnya kita memutuskan untuk sekalian check out dari penginapan sekalian mencari Indomart atau mungkin yang lainnya, kepepetnya harus mengejar kapasitas ekonomi AC yang tinggal 70 kursi ke Stasiun Banyuwangi. WOW.

Tujuan pertama adalah Pasar Kuta. Di situ kita cari Indomart yang katanya deket ternyata jauh juga, oya saat itu cuacanya lagi hujan juga. Sosweet banget kan pake payung segala. Hahaha. Dan ketika ada secerca harapan kita bakalan bisa beli tiket disitu, akrena udah di mintain KTP eh tinggal cetak aja ternyata koneksinya juga lagi gangguna. NAHLHO.


Kita langsung menyiapkan seribu langkah untuk mengejar kursi yang tinggal 70 ke Stasiun Banyuwangi. Ooo, itu tidak semudah yang dibayangkan, harus melewati banyak jalan dulu. Pertama, kita naik angkutan yang membawa kita ke terminal Tegal dengan membayar Rp 16.000,00 berdua, padahal seharusnya setiap orang Rp 5.000,00 itu sudah cukup. Oke tak apa. Selanjutnya, turun di terminal Tegal kita langsung naik angkot ke Terminal Ubung dengan membayar Rp 5.000,00 perorang. Dari terminal Ubung, kita sempet nyari bus yang kayak dulu waktu berangkat ke Bali, ada ACnya. Tapi ternyata nggak ada. Mau nggak mau kita naik bus biasa yang no AC, dan itu janji pak sopirnya langsung berangkat eh tapi ternyata ngetemnya lamanya udah bikin panas ubun-ubun. Ya wajar sih kalau nunggu penumpang dulu toh perjalanannya bakalan jauh dan lama juga. Oya waktu itu kita bareng dengan bule suami istri dari Polandia, mereka sama dengan kita, backpackeran bro dalam rangka bulan madu, tralalala banget ya. Bagi para wanita sangat dianjurkan buat hati-hati kalau di Terminal Ubung karena banyak yang jail disitu.



Oke perjalanan panjangpun di mulai. Kita berangkat dari terminal Ubung pukul 11.30 dan sepanjang perjalanan rasanya lama banget, gila. Kata pak sopirnya sih baru jam 3an nyampe, rasanya pengen nyewa naga-naga yang di film-film itu. Tapi lama-lama bosennya ilang saat melewati daerah Tabanan, karena jalannya itu melewati bibir pantai yang pemandangannya bagus banget. Agak meleklah mata waktu itu. Dan lama-lama tidak terasa sampai juga di Terminal Gilimanuk. Terminal Gilimanuk dan Pelabuhannya cuma hadap-hadapan, makanya kita kembali menyiapkan seribu langkah untuk naik kapal. Lumayanlah, tempat pembelian tiket dengan dermaga tempat kapalnya parkir. Yakali mobil parkir. Yaudah deh abis tiket di tangan kita langsung lari-larian menuju ke kapal. Dan huh hah huh hah, kahirnya duduk manis di kapal juga. Selama nyebrang, tanpa sengaja bapak-bapak yang duduk di samping saya melihat lambang UGM di tas yang saya pake. Yah lagi-lagi dapet temen ngobrol untuk membunuh waktu selama nyebrang, soalnya anaknya bapak itu katanya sih pengen banget kuliah di Fakultas Ekonominya UGM. Ya itu tu fakultas tetangga, ternyata impian sejuta umat ya. Dan karena perbincangan itu, karena bapaknya naik motor ke Jember kita dikasih bekal camilan bapaknya katanya sih buat bekal kita di jalan. Puji Tuhan, tahu banget ni bapaknya kalau bekal makanan kita menipis. Hahaha.



Nyebrang yang biasanya kerasa cepet kali ini berasa lama karena mungkin cuaca yang juga lagi hujan deras dan mungkin karena kita terburu-buru juga. Turun dari kapal hujannya udah nggak nyantai banget, mau nggak mau kita harus menerjang badai menuju Stasiun Banyuwangi pakai payung. Berguna juga siap-siap payung dalam daftar perjalanan kali ini.

Nggak ada badan kita yang nggak basah. Tas aja udah basah apalagi badan kita yang basah kuyup. Sampai di Stasiun kita langsung menyerbu loket pembelian tiket. Dan perjuangan kita berbuah indah, tiketnya masih. Puji Tuhan. Dan setelah tiket di tangan, cobaan baru datang. Kereta Sri Tanjung tujuan Jogja baru ada keesokan harinya pukul 06.00 padahal kita pas beli tiket itu baru pukul 16.00 JLEGER ! Harus bermalam di stasiun. Dan seketika itu kita bedua terdiam ketika harus membayangkan bermalam di stasiun semalam suntuk. Bukannya apa-apa, masalahnya ini stasiun sepinya udah mencekam dan fasilitasnya kurang bersahabat deh. Tapi mau gimana lagi tidak ada pilihan lain. Dan saat itu juga kepala rasanya udah puyeng dan akhirnya mengucapkan selamat datang juga pada flu.

Setelah beberes celana yang basah dan tas yang juga basah, kahirnya kita hanya terduduk merenung entah sibuk dengan pikiran masing-masing. Mau ngapain, dan setidaknya mendengarkan bunyi perut yang keroncongan. Ya karena memang dari paginya berangkat dari Kuta sesuap makananpun belum masuk ke perut, alhasil lengkap sudah rasanya badan waktu itu. Dan ketika dilihat ke seberang tempat duduk kita juga ada empat orang laki-laki yang hasil kepo dari bapak tukang bersih-bersih stasiun ternyata mereka juga senasib sama dengan kita. Mereka menunggu Sri Tanjung juga jurusan Jogja. Tapi apa masalahnya bagi cowok-cowok berempat pula, pasti nggak akan ada habisnya deh cara mereka menunggu. Bahkan dilihat-lihat tempat pewe mereka udah berasa tempat sendiri, kemana-mana barang-barang mereka ditinggal begitu saja. Dasar cowok, seenaknya memang. Uuups.

Waktupun baru menunjukkan pukul 17.45 tak tik tok tik tuk tok tik waktu kali ini beneran terasa lama banget, jarum jam udah leletnya ngalahin jalannya siput. Oh Tuhan, rasanya udah pengen mewek aja, eits tapi emang harus begini. Kalau udah mau mewek yang ada nanti semakin bosan aja nunggu keesokan harinya. Dan tiba-tiba saja ada akal bulus, biar nggak bosan-bosan amat dan nggak terlalu krik krik sempat muncul sebuah ide kalau ada niatan untuk memberanikan diri kenalan dengan empat cowok di seberang tempat duduk kita. Ah masa bodolah dengan malu, biar ada cowoknya juga kalau semaleman harus nunggu di stasiun. Belum terlaksana niatan itu, eh ada salah satu dari mereka yang nyamperin ketempat duduk kita duluan. Setelah ngobrol-ngobrol, akhirnya kita nyambung juga. Akhirnya kita berduapun memutuskan untuk gabung dengan mereka, positif thinkinglah kalau memang mereka orang baik-baik. Dan setelah ngobrol kesana kemarin kita lama-lama jadi nyambung dan akrab. Oya, mereka rombongan dari Bandung yang ternyata kehabisan kereta langsung ke Bandung. Jadi mau nggak mau mereka harus transit dulu di Jogja. Bahkan mereka lebih parah lagi menunggu di stasiun dari jam 09.00 pagi. Gila. Dan suut punya usut mereka ternyata backpakeran juga dari Lombok. Lombok bro lombok. Udah gitu semaleman kita habiskan untuk ngobrol banyak hal, dan lebih serunya lagi kita ngomongin bahasa sunda dan Jawa. Gokil gila semaleman sama mereka sampai udah lupa sama bosennya tadi. Oya, dan tengah malempun kita sempet main kartu di teras stasiun karena tidak ada tempat lain. Udah kartunya basah pula, tapi tak apalah. Oya kita juga ketambah personil lagi, ada mas-mas yang juga nimbrung dengan kita, jadinya banyak ngobrol dan tau akan banyak hal di luar ekspektasi kita. Sungguh tidak bisa membayangkan kalaus eandainya tidak ada mereka berempat. Mau jadi apa semaleman kita cewek-cewek di teras stasiun. Oya, sebenernya ada semacam penyewaan tempat buat nginap semalem bayarnya Rp 5.000,00 tapi ya itu tempatnya hanya karpet dan tidak lain dan tidak bukan tetep di teras stasiuntapi ditungguin sama bapak penjaganya dan itu ditutupin hijab gitu. Haha. Seru dan gokillah pokoknya. Salah satu keajaiban sekalilah bertemu dan bisa banyak ngobrol dengan empat sekawan itu :D

Kukuruyuk. Akhirnya pagi yang di tunggu-tunggupun datang juga. Sekitar jam 04.30 petugas stasiun udah sibuk membuak loket dan melayani para pembeli yang ingin menukarkan tiket atau apalah itu. Yang pasti hanya dalam hitungan menit lagi kereta yang kita tunggu-tunggu akan segera datang. Yeaaah, jam pun sudah menunjukkan pukul 06.00 kereta yang akan membawa kita kembali ke Jogjapun datang juga. Mau nggak mau kepisah deh dengan empat sekawan. Tapi sebelum naik kereta kita sempat sarapan roti bareng-bareng dulu, yang pasti mereka yang memberi kita sepotong roti. Bekal aja kita udah kehabisan. Hahaha.

Satu jam. Dua jam....10 jam, dan akhirnya setelah menunggu hampir 14 jam sampai juga kita di Stasiun Lempuyangan. YOGYAKARTA. Yeeeey, turun dari kereta langsung jingkrak jingkrak berasa orang yang berhasil sampai kota perantauan. Lebay sih tapi itu kenyataannya. Selama 5 hari bawaannya kangen banget sama kota istimewa ini. Nggak tanggung-tanggung karena seharian belum makan juga akhirnya kita langusng cus ke pecel lele yang ada di Pasar Lempuyangan. Langsung pesen makan sepuasnya. Setelah selesai segeralah kita balik ke kos tersayang. Dan di jalanpun sempat ketemu empat sekawan yang jalan kaki, katanya sih mau ke malioboro. Entahlah, mereka cowok ini pasti lebih banyak ide. Yang pasti udah nggak sabar buat balik ke kos. Sampai di kos udah nggak babibu lagi mau ngapain, yang ada langsung tepaaaaaar. Walaupun nggak beli apa-apa, pulang tetep bawa oleh-oleh kok, alhasil flu. Yeeeeeey, dan tidak lupa buat say THANK GOD for everthings :”)))))

 22 Januari 2013 pukul 07.00 - 26 Januari 2013 pukul 19.55




Saran buat yang mau backpacking ke Bali :
1 . Sebelum berangkat bikin sebuah plan tujuan, harga, dan tempat-tempat yang akan di kunjungi
2. Kalau bisa pergi beramai-ramai supaya harga sewa atau harga lainnya bisa lebih ditekan
3. Beli tiket kepulangan supaya tidak kelabakan ketikapulang kehabisan tiket
4. Sedia pulsa internet buat GPS supaya kalau nyasar tidak terlalu nyasar
5. Cari informasi sebanyak mungkin dari temen-temen atau blog yang menceritakan kisah backpackeran mereka ke Bali suapaya ada gambaran
6. Lupakan apa itu sungkan biar ada kenalan dan teman seperjalanan
7. Berani bertanya dan lupakan apa itu kata mal
8. Berani ambil resiko apapun
9. Siap dengan segala ketidakpastian
10. Jangan lupa berdoa
11. Jangan gampang mengeluh. Gunakan pikiran yang dingin untuk menyelesaikan problem
12. Bulatkan tekat, mantapkan hati dan kuatkan mental
13. And enjoy your adventure mas bro mbak bro :D

2 komentar:

  1. Ahhhh nandan... aku yang udah bulan lalu ke Bali aja belum beres-beres nih bikin tulisannya, kamu malah udah hahaha... terlalu banyak yang ingin diceritakan :D jadi pengen ke Bali lagi!!!

    BalasHapus
  2. hahaha ini ceritaku, mana ceritamu ben ? Mesti seru deh, pengen tau ;D

    BalasHapus

Thankyou for reading :)