Rabu, 20 Februari 2013

Omong Kosong

Suara-suara itu masih terus terdengungkan. Terdengar seperti suara sumbang. Ingin terbungkam namun nyatanya itu yang selalu terungkap. Apa yang bisa dimengerti kalau kenyataan tidak lagi berpihak ? Ini bukan tentang apa dan siapa yang salah, namun ini bisa dikaitkan dengan sebuah suratan yang menemukan dengan apa itu perbedaan. Bukan saja perbedaan yang membawa ke penghujung namun perbedaan yang semakin menemukan muaranya untuk mengintropeksi. Mengertilah kalau dunia ini akan terus bersuara. Buat apa memperdulikan sebuah suara yang hanya terdengar samar. Omong kosong yang selalu menunjukkan kuasa akan dirinya sendiri. Matahari tidak akan berhenti bersinar jika nyatanya ia selalu dirisaukan karena teriknya. Hingga nantinya matahari akan selalu menunjukkan seberapa kuatnya dia dibutuhkan. Percuma dengan segala kritik jika nyatanya itu hanya seperti gong yang bergemerincing tanpa ada melodi yang terlantunkan. Ungkapkan suara hati hingga terdengar nyata dalam kehidupan. Janji ibarat setangkai mawar. Jika tidak bisa menjaganya bisa tertusuk oleh durinya walau keindahannya masih mampu mengilhami pandangan. Keindahan apa yang bisa didustakan jika nyatanya hanya akan membawa kesengsaraan ? Ini hanya sementara. Cari apa yang ingin ditemukan. Rasakan betapa lembutnya embun pagi yang selalu membawa lembaran cerita baru. Tak pernah terbungkam oleh hujan karena embun selalu menunjukkan kesegarannya yang menenangkan. Kedamaian bukan diperoleh dari seberapa banyak kata itu terucap namun seberapa nyaman kita mensyukurinya. Dimana perasaan itu ? Ketika ditawarkan sejuta pesona masihkan mata mampu mengelak kalau hati tidak pernah mengiyakannya ? Akankah selalu terpuaskan hanya karena keindahan yang kasat mata ? Dimana rasa itu ? Dengarkan bisikan alam, hentikan omong kosong itu. Alam akan mengirimkan sejuta cara untuk dimengerti, jika kehidupan ini hanya sementara. Buat apa berbual jika hanya sebuah kepalsuan yang nyatanya tersajikan. Bualan yang tidak berarti jika tidak pernah mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Hujan apa tetap menjadi hujan. Malam akan tetap menjadi malam. Sebagaimana mestinya semua itu terjadi. Tidak akan pernah bisa mengubah kerasnya batu hingga melunak jika hanya dengan omong kosong. Realitas itu yang selalu dinantikan. Kejujuran akan rasa yang ada. Sebisa mungkin mata bisa terkelabuhi, namun hati tidak akan pernah melawan arus untuk menemukan muaranya. Jalanan akan tetap lurus jika pejalan melaluinya dengan kelurusan yang dimilikinya. Bukan tentang apa yang terpikirkan namun tetang apa yang tersampaikan. Dunia bagai sebuah ajang penjurian meskipun sebenarnya bukan diri yang menilai selain diri yang menjalani. Omong kosong tidak akan pernah ada habisnya jika harus menampilkan diri yang lain. Jujur. Apa adanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)