Minggu, 24 Februari 2013

Another World

Entah ada angin apa saya baru ngeh dan inget ada satu pengalaman yang ingin saya bagiakan dengan semuanya. Pengalaman ini saya dapat saat mengikuti kuliah lapangan yang di adakan oleh salah satu dosen saya, matakuliahnya sih Metodologi Penelitian Kulitatif tapi bahasannya itu yang sangat menarik. Mungkin karena konsen penelitian dosen saya itu adalah hal-hal yang berbau dnegan "prostitusi" jadinya kita diajak ke Pati. Oke, mungkin jalan-jalan ke Pati itu sudah lumayan lama karena itu ada di semester 5 kemarin. Jadi, awalnya kita berangkat bareng-bareng ke Pati dari Jogja, sebelum ke Pati kita mampir dulu di Gunung Kemungkus. Jadi disini saya tidak akan cerita detail tentang tema kuliah lapangannya, soalnya ini behubungan dengan kerahasiaan data. Ceile, berasa peneliti beneran. Hahaha. Yang ingin saya share di sini adalah nilai-nilai yang saya simpulkan sendiri dari perjalanan ke Pati dari sudut pandang sayang. So, dari perjalanan itu saya bisa tahu apa itu "another world".

Kadang kita beranggapan kalau dunia kita adalah dunia yang ada di sekeliling kita saat ini, yang setiap hari kita temui, yang setiap hari kita lihat dengan kasat mata, dan dengan mereka kita berinteraksi. Nah, ini dia pointnya. Kadang kita tidak menyadari kalau di luar sana ada sesuatu yang kadang susuah di terima dengan logika kita, apa itu yang dianggap tabu oleh kita, itu seakan menjadi hal biasa bahkan sudah menjadi sebuah tradisi atau kebiasaan. Tidak ada lagi cemooh dari masyarakat sekitar, karena masyarakat mengganggap itu adalah sebuah pekerjaan. Apa itu ? Jadi begini, kadang kita berpikiran kalau sesuatu itu tidak sesuai dengan norma yang kita temui sehari-hari pastinya kita akan menghujat dnegan segala macam judgement yang akhirnya menimbulkan presepsi negatif akan apa yang kita lihat itu. Namun kenyataannya, di belahan bumi atau di tempat lain yang mungkin bisa di katakan dekat dengan kita mengganggap sesuatu yang kita anggap tabu itu menjadi hal yang biasa dan layak untuk diterima dengan akal logis. Yah, sebuah penerimaan yang memang sangat penting. Kadang kita selalu beranggapan kalau apa yang kita percayai itu benar, namun kenyataannya ada sebuah pemahaman lain dimana orang-orang itu tidak bisa kita paksakan untuk mengikuti apa yang menjadi keyakinan kita. Karena itu menjadi sebuah hak. Dan ketika kita sudah berbicara tentang selera itu sudah tidak bisa diganggu gugat karena itu sudah bertemu pada titik pemahaman akan individul differences. 

Pak Kun selalu mengajarkan kepada kita semua mahasisiwanya untuk membuka cakrawala berpikir. Apa maksudnya ? Ya kita selalu diminta untuk berlatih membuka pikiran kita seluas mungkin, dengan istilah kecenya liarkan pikiran. Untuk apa semua itu ? Yah, karena di dunia ini lebih luas daripada sejauh mata kita memandang. Kalau dalam novel-novelnya Tere Liye mengatakan "di luar sana akan kita temui lampu-lampu yang lebih terang daripada redupnya cahaya lampu di desa ini". Kadan kita selalu mengungkung pemikiran kita dengan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Kalau ingin pintar banyak baca buku, rajin belajar dan blablabla. Ini secara jelas adalah pemikiran kuno yang masih di percaya sampai sekarang. Ya memang benar begitu keadaannya, nmaun kadang kita melupakan satu hal. Belajar dan mengenal dunia itu tidak hanya melulu dari teori-teroi yang disajikan dalam lembaran-lembaran kertas buku, karena sejatinya ladang belajar yang luarbiasa itu ada di sekitar kita. Banyak kita temui pada orang-orang pandai yang mungkin bisa dikatakan minus dalam hal sosialnya ini, bisa dianalisis kalau mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan menelan kata-kata apa yang tertulis dibuku dan kurang melihat dunia sebagai media belajar mereka. Dunia ini memang tidak selebar daun kelor, karena dunia ini menyimpan sejuta cara, jalan, makna, nilai dan pemahaman yang minta kita kuak. Bukan untuk didiamkan saja. Ketika kita berpikir akan sesuatu jangan takut untuk mendengarkan kata salah, benar, tabu apa semacamnya, mulai berpikir liar untuk sesuatu yang ingin kita kembangkan itu tidak ada salahnya. Namun butuh keberanian ketika kita menemukan sesuatu yang berbeda itu, kita harus berani terjun untuk menguak kebenaran yang disajikan oleh alam. 

Mampu menjalin relasi sana sini dengan baik akan menambah pemahaman kita akan bertukar ilmu itu adalah sesuatu yang mengasikkan. Karena ilmu tidak akan berguna jika kita sendiri yang menggunakannya. Betapa hebatnya kita kalau apa yang kita mengerti, kita pahami dan kita kuasai diketahui juga oleh orang lain dan orang lain itu akan meneruskan hingga menjadi sebuah jaringan yang begitu besar. Apa gunanya menjadi orang yang kikir ilmu ? Apa akan menambah panjangnya umur dengan memelihara potensi itu untuk diri sendiri ? Ah pasti akan terdengar percuma dan akan mustahil terbuang begitu saja. 

Oke, kembali lagi ke pokok bahasan tentang "another world". Di perjalanan ini, saya juga bisa memaknai kecantikan alam yang selalu tersaji untuk umat manusia. Tapi sayang, kadang karena ketersajiannya itu, manusia menjadi tamak untuk mengupayakannya lebih hingga alam menjadi terkikis. Mengorbankan banyak hal hanya untuk mendapatkan kepuasan akan ketersajiannya ini. Alam itu adalah tempat dimana kita bisa menemukan siapa diri kita sebenarnya, karena kita berasal dari alam dan akan kembali ke alam dalam wujud tanah. Siapa kita ini hingga berani menuntut lebih pada alam ? Kita ini hanya mahkluk ciptaan Tuhan yang tidak ada kuasanya untuk memindahkan gunung. Namun kita selalu berupaya untuk meruntuhkan gunung hingga mendapatkan apa yang dicari. Ini adalah point yang saya dapat ketika perjalanan kesuatu tempat, dimana itu ada sebuah gunung yang diambil tebing-tebingnya kalau tidak salah ingat itu buat bahan untuk membuat kramik, kosmetik dan semacamnya.

Dan point penting yang saya dapat di sini yaitu kita harus bisa dan mampu menghargai perbedaan pemahaman akan suatu hal. Jangan melihat sesuatu dari satu sisi saja. Ibaratkan kita memakai sepatu orang lain, agar kita lebih bisa memposisikan diri. Sehingga tidak timbul sebuah labeling dan judgement yang hanya akan menkotak-kotakkan kelompok hingga kita selalu beranggapan apa yang kita percayai itu benar. Setia orang istimewa dengan caranya masing-masing. Tidak ada yang murni salah atau benar. Dan setiap orang memiliki cara untuk menjalani kehidupannya. TKarena itulah saling menghormati dan menghargai itu adalah salah satu kunci penting untuk semakin memahami sebuah kedamaian itu tercipta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)