Kamis, 17 Desember 2020

Growth

Rasa-rasanya baru kemarin kita semua sedang ber-euforia menyambut tahun yang sangat dinanti-nantikan, 2020. Yah tidak terasa juga kita semua sudah dipenghujung tahun yang sejak tahun-tahun sebelumnya kita nantikan. Dari menyusun mimpi-mimpi seolah seperti menyusun puzzle sedikit demi sedikit. Berharap akan menjadi memori yang indah jika mengukir cerita di tahun yang kata orang angka kembar ini. Tapi di bulan ke-3 tahun ini sepertinya kita semua, umat manusia, dikejutkan dengan apa itu yang namanya wabah dan berkembang menjadi ketakutan massal yaitu pandemic. 

Menyedihkan jika melihat realita yang ada saat ini. Banyak orang mencoba bertahan dalam gelombang cobaan yang seolah tidak ada habisnya. Baik bencana alam, wabah penyakit bahkan dari persoalan pribadi yang seakan menguji kita sepanjang tahun ini. Tapi sadarkah kita, ada yang tidak pernah padam dari semua yang hampir hilang di tahun ini, yaitu bahwa harapan itu selalu ada. Yah, seolah sedekat di pelupuk mata kita. Bahkan banyak dari kita yang mungkin meragukan diri kita sendiri, mampukah kita melewati semua ini ? Tapi sadarkah kita bahwa pada akhirnya ada di titik ini. Titik dimana kita mampu terus belari dengan saling menyemangati dengan perubahan-perubahan yang ada hingga tercipta habit baru dari kita yang banyak orang menyebutnya "new normal".


apakah ada dari kita merasa ada yang hilang ? Yah, senyum dari setiap kita yang ingin bertegur sapa. Jabat tangan untuk saling memberikan penghargaan dan penghormatan. Kebersamaan dalam rangkulan. Pelukan yang menjadi cara untuk saling mengatkan. Bergandeng tangan sebagai bukti kebersamaan. Yah, rasa-rasanya semua itu sempat hilangd ari hadapan kita di tahun ini. Senyum itu tersembunyi dari alat pelindung diri kita masing-masing. Melihat orang tidak seantusia seperti sebelum-sebelumnya, karena kita lebih cenderung menjaga jarak atau bahkan menghindar takut jika dia membawa penyakit untuk kita. Sesedih itu melihat realita yang ada, tapi itu yang selalu digaungkan untuk menjaga diri dan keluarga untuk tetap aman. Menyedihkan memang. Jika nanti semuanya telah terpulihkan, semoga sanyuman dan pelukan itu selalu hangat untuk setiap orang dari kita bahkan untuk orang-orang yang merasa terasing dari dunia. 

Kata siapa ini mudah ? Tidak ini cukup butuh kekuatan dari diri kita masing-masing untuk bangkit dan melanjutkan mimpi-mimpi itu lagi. Bagi mimpi-mimpi yang tertunda sejenak, mungkin kini sudah saatnya kita menyapanya lagi atau bahkan membuatnya membara lagi ? Dan membuat kita semakin yakin bahwa kita mampu dan bisa melalui apapun itu. Berterimakasihlah pada diri kita sendiri yang sudah bertumbuh bersama dengan cobaan yang datang silih berganti ini. Tidak ada hentinya kita terus berbenah untuk menjadi pribadi yang lebih kuat lagi, dan selalu percaya bahwa harapan itu akan selalu ada.