Rabu, 16 Oktober 2019

Back To Basic

Hai long time no see ? How is your life ? Hahaha. Setelah hampir seabad absen dan butuh beberapa jam untuk inget alamat email dan password akhirnya back to basic. Yes, i really love this sentence. BACK TO BASIC. Terkadang kita terlalu sibuk berkutat dengan ambisi untuk mengikuti apa yang sedang jadi kekinian. Untuk bisa lebih dikenal dengan istilah milenial, dan yang tak kalah pentingnya tidak gugur disaat persaingan jaman 4.0. Sangat kekinian bukan ?

Tapi terlepas dari semua itu terkadang kita lupa untuk kembali ke basic kita sebagai seorang pribadi. Lupa untuk kembali mengenal dan bercengkerama dengan diri kita. Siapa kita, dimana kita, dengan siapa kita dan apa mau kita. Itu yang kadang terlupakan disaat kompetisi sedang menjadi-jadi. Entah karena kita terlarut dengan hiruk pikuk kesibukan atau memang sudah tak ingin peduli lagi dengan basic yang seharusnya lebih kita hargai ? Entahlah. Yang ada mari kita duduk sebentar berefleksi dengan diri kita, coba bercengkeraman lebih sederhana lagi. Siapa kita ? Kita terkadang terlalu sibuk menjadi oranglain untuk bisa dipandang dan dikenal. Atau bahkan sampai apa yang kita lakukan adalah "masking" untuk membuat orang terpukau dengan apa yang kita lakukan ? Tidak ada salahnya memang untuk kita kembali ke prinsip personal branding. Tapi pada akhirnya baiknya kamu adalah apa adanya dirimu. Bertutur kata sesederhana kamu ingin dikenal orang, tersenyum semanis kamu ingin dikenang orang. Bukankah sesimple itu ? Ya walaupun bayak yang beralibi bahwa hidup tidak sesimple itu. Tapi terkadang hidup yang kita rumuskan serumit rumus matematika, namun ketika kita kembali ke basic kita, kita akan tersadar betapa sederhananya kita menerima diri kita ada apanya.

Kenapa harus back to basic ? Bukankah itu modal kita untuk lebih tahu apa yang akan kita tuju dan visi apa yang akan menujukkan arah kita ke tujuan kita ? Semuannya kembali sesederhana itu. Memang setiap orang dengan kelebihannya, bukan dengan kekurangannya. Jika yang terbanyak di pelupuk mata kita hanya kekurangannya, yang ada hanya kita akan mengotori pikiran kita dengan segala macam prasangka yang sebenaarnya itu semua hanya kita sendiri yang menciptakannya. Tapi coba kita ubah cara pandang kita. Melihat semuanya dari sisi terangnya, sukannya semuanya akan terlihat lebih jelas dan mudah untuk dipahami ? Dan kitapun tidak akan terjebak dalam pemikiran gelap yang akhirnya hanya akan menimbulkan iri hatti dimana itu lebih akan jadi penyakit lagi.

So, tidak ada salahnya kita bermain analisis tentang dinamika yang ada saat ini. Namun, pada akhirnya harapannya adalah kita menemukan jalan untuk kembali ke basic kita, untuk lebih sesimpel dengan pertanyaan "WHO AM I ?"