Senin, 14 Januari 2013

BACKPACKER (1)

Mereka terlihat bebas. Bebas melangkah kemanapun mereka mau. Bebas menjadi siapapun yang mereka mau. Bebas menemukan apa saja yang mereka ingin temui. Bebas dengan dirinya sendiri. Tidak harus terganggu oleh hal-hal yang hanya akan menghabiskan waktu untuk berpikir dan berpikir. Ah mungkin mereka hanya berpijak pada kaki mereka dan membiarkan mata, hati, dan raga mereka yang melangkah. Menemukan banyak hal yang diluar dugaan. Mereka bisa meliat lebih luas lagi. Mereka lebih bisa menjadikan dirinya sendiri sebagai teman, tidak harus selalu tergantung dengan orang lain. Orang lain ? Pasti banyak yang mereka temui di jalan-jalan, di pesisir-pesisir, di manapun mereka berada. Meninggalkan kehirukpikukan dunia yang hanya selalu menyita pikiran dengan segala permainannya hingga akhirnya cuma kepalsuan yang tercermin. Mungkinkah mereka masih memikirkan duniawi ? ah pasti mereka hanya tersenyum kecut ketika dipertanyakan tentang duniawi. Banyak hal yang pasti bisa didapat. Tidak hanya sebuah kesenangan nyata, namun lebih pada kepuasan batin yang mungkin tak pernah bisa tergantikan oleh apapun.

Mereka bisa pergi kemanapun mereka mau. Mereka melangkahkan kaki untuk mengeksplore apapun. Dunia adalah media belajar mereka. Jalanan adalah teman mereka, dan diri sendiri adalah sandaran mereka. Mereka bisa menemukan nilai-nilai dari setiap langkah kaki mereka. Tidak harus dari sebuah buku supertebal mereka mengerti akan sebuah teori, atau bahkan mereka bisa menciptakan sebuah dalil dari apa yang mereka lihat. Ah betapa menyenangkan menjadi mereka. 

Tapi pasti selalu ada kesukaran dibalik kesenangan dan kepuasan yang didapat. Banyak hal yang pasti sempat menjatuhkan mereka atau mungkin sempat mengancurkan semangat mereka, namun kembali lagi. Diri mereka sendiri adalah tempat untuuk berkompromi. Belajar untuk mengontrol kemauan sendiri, belajar untuk melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Untuk apa terus-terusan mengantungkan diri pada orang lain, selagi kita masih bisa melakukannya sendiri dan masih punya kekuatan yang lebih luar biasa dibandingkan harus merengek pada orang lain. Dan belum pasti juga rengekan kita itu akan digubris oleh orang lain. Kamu ingin tau dari mana kekuatan terbesar itu ? Kekuatan yang lahir dari diri sendiri akan adanya Tuhan dalam setiap langkah kaki mereka. 

Mereka bisa bertemu dengan orang-orang yang akan menyampaikan pesan kehidupan yang mungkin tidak pernah tertulis di buku manapun. Pesan-pesan kehidupan yang selalu membisikkan suara dari surga ataupun neraka. Oh surga ? oh neraka ? pembicaraan yang terlalu jauh. Hentikan saja sampai sini.

Ketika melangkah dan bertemu dengan dunia, masihkah mereka peduli akan suara sumbang dari orang-orang yang hanya sirik dengan kebebasan mereka ? Pasti tidak lagi mempedulikan mereka. Untuk apa menjadikan omongan orang lain sebagai sebuah virus, abaikan saja, anggap saja itu angin lalu. Mereka tidak tahu pasti apa yang terjadi dan kita rasakan. Mereka hanya menghakimi dari sudut pandang yang mereka tahu saja. Siapa mereka ? Berhakkah mereka akan hidup kita ? Tinggalkan saja, dan lanjutkan langkah.

Mata yang terus memandang ke depan, langkah kaki yang menjadi pijakan, tangan yang menjaga keseimbangan, dan mulut yang mengucap doa untuk menjadi penenang. Dimana ada kemauan disitu pasti akan jalan. Imajinasi tetang mereka terlalu liar, terlalu menyenangkan, ingin rasanya membebaskan diri seperti mereka dan terbebas dari belit rasa dan asa yang hanya akan selalu mengkritik kehidupan yang tak akan ada habisnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)