Sabtu, 25 Agustus 2012

" OJO CILIK ATI "

Setiap orang istimewa dengan caranya masing-masing. Semua sudah ditakar sesuai dengan porsi dan kodratnya sebagai pribadi yang utuh. Walau kadang dipandang sebelah mata, namun Tuhan tidak pernah menciptakan kita tanpa maksud dan tujuan. Meski kadang kita merasa rendah diri dengan keadaan kita, namun itu porsi yang terindah yang sudah di tentukan Tuhan untuk kita. 

Kita diset sedemikian rupa untuk menemukan jati diri kita masing-masing. Menguasai diri kita pribadi. Tahu akan apa yang kita cari dan ingin kita raih. Golongan atau kasta itu hanya pengelompokan orang-orang yang sedemikian ekstrem menjunjung tingginya perbedaan untuk menjadi pembatas antara yang satu dengan yang lainnya. Semacam dibuat sebuah cluster untuk mendefinisikan mana yang memang terpandang dan mana yang hanya rakyat awam biasa. Namun bukan itu standar yang memang dibuat untuk membuat kita terpisah dalam standar pembatasan yang tidak jelas. 

Semua manusia sama. Namun yang tidak boleh dilupakan, kita sebagai mahkluk yang dikaruniai akal, pikiran dan perasaan harus mampu dan mau mengenali dirinya sendiri untuk menemukan esensi diri yang terdapat dalam diri kita. Setidaknya bisa menjadi sebuah cermin yang digunakan untuk mengetahui dimana kita berada dan apa yang sejatinya yang memang harus kita lakukan. 

Sadar dimana posisi kita. Membuat kita lebih menyadari dimana kita berada dan bukan berarti kita harus memanjakan keterbatasan yang kita miliki. Setiap orang memiliki daya dan upaya untuk melawan keterbatasan yang mereka miliki. Bukan berarti untuk melawan kehendak Tuhan, namun ini menjadi sebuah upaya manusia untuk memanfaatkan dan memaksimalkan anugrah yang sudah manusia dapat dari Tuhan. 

“Ojo cilik ati” sebuah wejangan orangtua Jawa yang menjadi nasihat bagi anak-anak mereka. Kita memang harus tahu diri siapa kita, tidak harus muluk-muluk untuk mensejajarkan level dengan mereka yang nyatanya memang selalu memandang remeh kaum awam, namun setidaknya kita masih selalu punya kekuatan untuk berusaha. Because there is a will, there is a way. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Semua ketidakmungkinan itu akan lenyap jika kita percaya kalau semua itu akan indah pada waktunya. 

Klise memang kalau harus mendengungkan berkali-kali tentang kata-kata “semua akan indah pada waktunya”. Namun ini setidaknya menjadi sebuah sugesti bagi diri kita sendiri, kalau apa yang kita yakini masih ada kemungkinan untuk terealisasi. Karena siapa yang tidak percaya, dia bahkan seperti penjelajah yang tidak tahu arah. Semua sudah terskenario dengan apiknya untu kita. Haruskan kita mendahului apa yang memang sudah tertulis untu kita ? 

“Tak terbatas kuasaMu Tuhan semua dapat Kau lakukan. Apa yang kelihatan mustahil bagiku itu sangat mungkin bagiMu.” 

Ada banyak hal yang kadang membuat kita takut dan ragu ? Kita sering termakan oleh realitas saat ini dan bayangan akan masa yang akan datang. Hari ini cukupkanlah untuk hari ini saja. Tuhan masih menyiapkan banyak hari untuk kita sampai pada janji kehidupan itu menjemput kita. Banyak orang yang takut mati dengan alasan banyak hal yang belum saya lakukan, saya belum mencapai cita-cita saya, saya belum membahagiakan orangtua saya dan banyak hal lainnya yang selalu membuat orang takut akan kematian. Toh hidup ini siapa yang punya ? 

Ibaratnya ketika kita memiliki barang. Barang itu menjadi barang kesayangan kita. Bahkan orangpun sampai tidak boleh menyentuh barang milik kita itu. Karena kita terlalu mencintai apa yang kita punyai. Dan pada akhirnya kita yang berhak penuh akan barang kesayangan kita itu. Akan membuangnya ? akan menjualnya ? akan mengabaikannya ? atau bahkan akan memeberikannya pada orang lain ? Itu semua kita yang menentukan. Sama seperti Tuhan yang utuh memiliki kuasa atas kita. Kita hanya sebagai pemain dan menjadi sosok yang memang Tuhan sudah mengenal kita sejak kita belum ditempatkan di rahim ibu kita. 

Namun kita sebagai manusia kadang bertindak seperti kita yang tahu akan jalan kehidupan kita. Menjadi sok tahu akan apa yang akan terjadi dalam hidup kita. Tuhan itu Maha Kasih. Seberapa jauh kita meninggalkanNya, ia tetap akan mencari kita. Walaupun seperti kita ketahui tanpa kitapun, Tuhan masih memiliki kuasa akan kehidupan kita. Dia bisa mempergunakan kuasanya untuk menjerat kita kembali. Namun itu menjadi bukti betapa sayangnya Tuhan pada kita. Dia menunggu kita sampai kita kembali kepada asal kita. Dimana kita bermula disitu juga nantinya kita akan berakhir. 

Apa sih yang sebenarnya manusia ingin cari ? Kemewahan ? Kekuasaan ? Populer ? Darimana semua itu ? Orang selalu membanggakan dirinya sendiri dengan apa yang dia dapat. Dia merasa kalau apa yang dia peroleh itu karena hasil kerja kerasnya, namun kadang kita lupa darimana sebenarnya sumber dari segala sumber tentang apa yang kita peroleh itu. Kita terlampau sibuk mempertahankan apa yang kita miliki, kita lupa kalau semua itu hanyalah sementara. Itu semua hanya titipan. Dan sebenarnya untuk apa semua itu ? apa hanya untuk kita pertahankan ketika kita sudah mendapatkannya ? Tidak. Ada hal yang lebih penting dari semua itu. Berbagi dengan KASIH. Kasih mengajarkan banyak hal dalam hidup ini. Kesederhanaan, ketulusan, kesetiaan, kemurah hatian dan pengampunan. 

Faktanya sekarang orang banyak yang saling berlomba dengan ego yang mereka miliki. Saling mengunggulkan siapa dirinya dengan segala kepunyaannya. Hingga pada akhirnya nanti saling bermusuhan, saling menjatuhkan dan saling mendendam. Dan saat orang saling bermusuhan mereka dengan sejuta cara mencari alasan untuk tampil lebih baik dari musuh mereka. Mereka saling menjelekkan dengan mengumpat kejelekan mereka masing-masing di hadapan publik. Bahkan lupakah kita akan apa yang tertulis ? “Kasihanilah musuhmu dan berdoalah untuk mereka yang menghinamu”. Ooooh pasti ini terdengar sangat konyol sekali, bagaimana mungkin kita dengan mudahnya bisa mendoakan musuh kita ? ini kedengaran seperti sebuah lelucon. Namun ini yang memang menjadi tantangan dan ujian untuk kita. Kadang bertatap muka dengan musuh kita saja itu sudah menjadi hal yang paling menyebalkan, bagaimana bisa harus mendoakan mereka ? 

Kita kembali lagi ke pokok bahasan kita. “Ojo cilik ati”. Kadang dengan ego yang kita miliki kita tidak mau menyadari kekurangan dan kejelekan kita sendiri. Kejelekan yang kita lontarkan tentang orang lain itu sebenarnya cermin dari sikap kita sendiri. Apa upah kita jika hanya mengasihi mereka yang memang sudah mengasihi kita ? Ini ibaratnya hanya sebuah permainan. Bagai seorang petualang, ia suka tantangan. Dan kita adalah petualang ulung dalam kehidupan ini, itu yang menjadi tantangan bagi kita. Mengampuni mereka yang memusuhi kita dan mendoakan mereka yang menjelekkan kita. Susah, namun ini akan menjadi sebuah mutiara hati ketika kita memiliki kemurahan hati akan sebuah pengampunan. 

Tetap menjadi pribadi yang tangguh. Bahkan sperti batu karang yang tidak akan rapuh begitu saja ketika harus diterjang ombak berkali-kali. “ojo cilik ati” membuat kita tahu bagaimana kita harus bersikap. Memiliki kebesaran hati dan lautan kemurahan hati yang tak terbatas bagi siapapun. Entah itu yang memberikan feedback atau mereka yang mengabaikan kita. “Ojo cilik ati”. Memberi sebuah ruang untuk membuat kita melebarkan langkah dalam melawan keterbatasan yang selalu membelenggu kita. “Ojo cilik ati” membuat kita lebih bijak menyikapi realitas yang nyata dihadapan kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)