Minggu, 29 Juli 2012

Falling in love Vs Broken Heart (?)

“Gimana rasanya jatuh cinta dan patah hati sekaligus ?” Kalau tidak salah ini salah satu tweet yang terbaca oleh saya seperti itu, dan itu diretweet oleh salah seorang teman saya. Dan seketika itu juga saya menjadi langsung tergelitik buat membicarakannya. Ehm, sepertinya seru juga. Gimana tu ya rasanya ? Ah ini pertanyaan klise. Yang jelas dani pasti sakitlah ya, kalau nggak ya nggak jauh-jauh dari kecewa. Maybe begitu. Ini hanya sebuah perkiraan yang belum pasti benarnya juga, tidak bisa divaliditaskan, karena setiap orang punya respons sendiri-sendiri akan hal ini. Sepertinya akan menarik juga kalau dibikin semacam tanya jawab atau mungkin diskusi akan hal ini ? Ah terlalu jauh nglanturnya. Tapi tidak bisa disepelekan juga akan hal satu ini. Oke, saya akan mencoba mendalami peran istilah kerennya roleplay supaya bisa membayangkan dan mungkin bersimpati akan hal dan konflik satu ini. Ini mungkin lebih pada konflik bantin yang mengakibatkan orang yang mengalaminya menjadi seseorang yang tidak bisa bersahabat dengan dirinya sendiri. Karena dalam sekali waktu akan ada pertarungan hebat antara logika dan perasaan. Wuih, sok keren abis ni bahasanya. Tapi ya ini mungkinlah, sekiranya begitu.

 Jatuh cinta. Jatuh cinta ? Pastinya setiap orang amat sangat familiar sekali dengan istilah satu ini. Yang kata orang jatuh cinta itu memabukkan, serasa terbang keawan-awan. Sampai ada tu lagunya Nidji yang “Bila Aku Jatuh Cinta. 

Bila aku jatuh cinta aku mendengar nyanyian seribu dewa dewi cinta mengema dunia Bila aku jatuh cinta aku melihat sang bulan kan datang padaku dan menemani aku Bila aku jatuh cinta

Hahaha. Kalau nggak salah begitu petikan liriknya. Dan nggak heran lagi, mungkin karena saking familiarnya, semakin menjamur aja lagu-lagu yang menggambarkan orang yang sedang jatuh cinta. Oh serasa dunia menjadi taman eden yang penuh dengan bunga-bunga bermekaran dan banyak kupu-kupu. Orang yang sedang kasmaran, begitu ngetrendnya, bisa mengubah apapun menjadi lebih indah. Makan basi sekalipun mungkin menjadi makanan yang ternikmat bagi mereka yang sedang dimabuk cinta. Tapi kira-kira tidak selebay itu sampai perumpamaannya makan makanan basi. Kalau iya begitu berarti rumah sakit laris dong, orang yang jatuh cinta berbanding lurus dengan pasien di rumah sakit. Banyak orang keracunan dan masuk ruma sakit karena memandang dan merasakan apapun menjadi indah dan enak. Ah perumpamaan yang konyol. Bukan jatuh cinta namanya kalau tidak gila. Bukan jatuh cinta namanya kalau masih mengenal logika. Logikanya disimpen dulu di lemari kali ya. Maybe yes maybe no. Orang yang jatuh cinta kebanyakan bisa melakukan apa saja demi membuat pujuaan hatinya terpana dan harus bilang ‘WOW”, mau menjadi orang lain, mau keluar dari kebiasaan demi menjadi apa yang dicari oleh pasangannya. Oh memang sungguh dibuat heran kalau membahas virus yang satu ini. Cinta. Setiap orang punya diskripsi masing-masing dalam menerjemahkan satu kata yang memiliki berjuta-juta arti. Ada yang bilang cinta itu bagai arum manis, diicip-icip dikit-dikit manis tapi kalau kebanyakan malah bikin batuk dan rasanya semakin pahit. Nah lo, gimana tu. Ya udahlah. Ada juga yang mengatakan kalau cinta itu buta. Aduh harus operasi mata dulu dong ya biar bisa melihat lagi. Atau mungkin harus cangkok mata ? kalau cangkok mata jadinya berpaling gitu istilahnya. Atau malah “nikung” gitu istilahnya. Whateverlah apa dikata orang. Nggak bisa nyalahin karena setiap orang punya pendapatnya masing-masing. 

Eitsss. Tapi gara-gara dimabuk cinta, jangan sampai lupa realitas ini. “Orang yang RIGHT TIME belum tentu RIGHT PERSON.” Yap kalau dipikir dan ditimbang-timbang. Ada benarnya juga pepatah ini. Oke kita ambil sempel yang mudah dicerna. Ketika ada seorang cowok panggil saja dia kumbang dan seorang cewek panggil saja dia melati. Nah dalam suatu waktu kumbang habis putus dengan pacar tersayangnya, ya sebut saja mereka sudah pacaran hampir 4 tahunlah. Beuh, jleb. Pasti sakit banget tu berakhir di tengah jalan. Eits, balik lagi. Dan si melati juga barusan saja putus dengan pacarnya yang sudah pacaran 2 tahun. Tapi bedanya si kumbang menjomblonya sudah cukup lama, sudah sempat juga berkelana kesana kemari mencari pelabuhan, eh tapi nggak nyangkut juga. Dan pada akhirnya dia bertemu dengan melati yang notabenya ternyata sudah kenal lama dengan kumbang. Nah karena awalnya cuma iseng ngobrol eh jadinya kedekatan mereka jadi keterusan tu. Beuuh nggak salah lagi kumbang menjadi bersemangat lagi memasang strategi dan apa saja buat menarik perhatian melati. Nah mereka nyambung, jalan kesana kemari bareng-bareng. Kalau boleh dikata tinggal peresmian aja tu. Tapi ya namanya orang pastinya mikirnya seribu langkah kedepan sebelum melangkah. Kumbang berusaha menjadi apa yang dicari oleh melati. Dulu yang tidak ada di mantannya melati, kumbang berusaha menjadi sosok yang menutupi itu. Si kumbang prinsipnya jalani saja, tapi dari sorot matanya dia bersemangat sekali. Udah kayak pejuang yang akan berjuang kemedan perang dengan pertaruhan nyawa sampai titik darah penghabisan. Tidak bisa disalahkan juga, jomblo the spirit of freedom. Mau tembar jaring sana sini ya maklum saja. Antara kumbang dan melati sudah saling terbuka satu sama lain akan cerita mereka masing-masing di masa lalu. Kumbang beralibi, “ ketika ada seseorang yang abis putus dan dia menemukan orang lain yang bisa membuatnya nyaman dan melupakan mantannya, mungkin itu yang membuat kemungkinan mereka akan jadian. Apalagi orang baru itu bisa mereplace dan menjadi apa yang orang itu cari dan tidak ditemukan dimantannya. Udah kemungkinan besar akan ada jalan untuk kesanannya. Nah pertanyaannya, bukankah ini hanya akan menjadi pelarian satu sama lain dan sekedar proving kalau mereka bisa lebih ? Apa benar itu adalah sebuah jawaban yang kumbang cari setelah lama dia mencari ? 

Cerita tadi hanya sebuah perumpamaan saja, fiksi belaka, jika terjadi kesamaan mohon maaf. Soalnya umumnya begitu. Hihihi. Oke lanjut. Seperti yang tertulis tadi. Orang yang right time belum tentu right person. Kebanyakan dari kita bahakan kita semua mencarinya yang RIGHT TIME, RIGHT PERSON, AND RIGHT PLACE. Tidak munafik lagi kalau soal yang satu ini. Namun tidak bisa menyalahkan juga kalau memang begitu yang harus dilalui untuk mendapatkan apa yang dicari. Karena kita harus menyadari kalau jalan setiap orang itu berbeda-beda. Ini semua kembali lagi pada pribadi yang menjalani. 

Tapiiiiiiiii, kalau nyatanya yang terjadi tidak sama apa yang dibayangkan bagaimana ? patah hati. Ini bahasan kita selanjutnya. Patah hati bisa di katakan kebalikan 180 derajat dari apa yang dirasakan orang yang patah hati. Dunia serasa mau runtuh. Mau ngapa-ngapain males. Ah pasti hidup aja sampai sudah tidak berselera. Taukah kita ? Yang sejatinya membuat sakit hati itu karena harapan kita sendiri, ekspektasi kita yang terlalu berlebihan dan ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan harapan. Seperti terlempar dari langit ke tujuh. Dlebuk ! Dubrak ! sampai mati rasa mungkin. Sakit men. 

Ya jatuh cinta sama patah hati itu berbalik 180 derajat. Tapi apa jadinya kalau jatuh cinta dan patah hati terjadi dalam sekali waktu ? JLEGER ! Akan terjadi perang antara logika sama perasaan. Perasaannya bilang iya namun logikanya masih terlalu waras buat bilang tidak. Ini sungguh menyakitkan pastinya. Konflik batin itu lebih melelahkan dan menguras emosi dibandingkan konflik dengan orang lain misalnya adu mulut hanya menghabiskan tenaga. Nah kalau konflik batin ? Pastinya ngapa-ngapain tidak enak. Dan bawaannya ingin mengakhiri semuanya dengan menghilangs aja. Seperti sebuah lingkaran yang berputar disitu saja dan tidak ada pangkalnya. Bagaimana tidak, disatu sisi ada hati kita yang membujuk kita merasakan indahnya jatuh cinta namun di sisi hati yang lain mengajak kita berpikir realistis dan mimikirkan ketidakmungkinan yang hanya akan menyiksa. Hanya mencari penyakit. Penyakit yang mungkin mematikan. Tapi mungkin memang benar, melogikakan apa yang kata orang tidak ada logika sungguh melelahkan dan menguras pikiran bahkan apa saja. Hidup itu pilihan. Beitu juga masalah. Kalau kita memilih apa yang terjadi di depan kita sebagai masalah, maka jadilah masalah. Begitu juga sebaliknya, kalau kita memilih untuk membiarkannya terjadi yasudah kita tidak akan pernah merasakan itu sebuah masalah. Begitu juga sakit hati. Pikiran jelek dan apapun itu yang bertentangan dengan diri kita sejatinya bisa dilawan. Kuncinya berpikir REALISTIS. Mencari banyak alasan mengapa kita bisa bilang tidak untuk apa yang kita juga kita bilang iya. Tidak bisa disangkal kalau merasakan jatuh cinta dan sakit hati sekaligus, karena mungkin ini juga banyak terjadi disekitar kita. Menyadari realitas yang terjadi mungkin lebih bisa melogikkan perasaan. Contoh jatuh cinta dan sakit hati sekaligus, ketika kita suka sama orang ternyata orang itu sudah punya pacar, atau mungkin terbentur perbedaan, atau mungkin banyak hal-hal lain yang membuat mereka harus meng-PUSH perasaan mereka. Ada sebuah buku yang menuliskan seperti ini “ Buat apa aku harus menjadi orang tolol yang memanjakan perasaan yang jelas-jelas salah dan tidak mungkin.” Wuih dalem juga ya bo. Tapi mungkin setiap orang punya bentengnya masing-masing untuk membatasi perasaannya. Kepada siapa dan bagaimana ia akan berproses selanjutnya. Intinya, tetap buka mata. Perasaan dan logika harus kita mainkan, bukan hanya mengikuti perasaan sesaat yang hanya membawa sesaat. Kita yang tahu apa yang kita mau, hanya kita yang tahu apa yang kita cari, begitu juga hanya kita yang tahu sampai mana perasaan itu bisa bersingkron dengan logika kita. Hidup ini bagai roller coaster, nikamti saja naik turunnya biar kita bisa tahu ritme dalam hidup ini dan bisa menyadari akan realitas itu sehingga kita lebih bisa menikmatinya bukan mengeluhkannya. Tapi mau dikatakan apa lagi. Jika memang iya, sadari dan akui terlebih dulu apa yang yang dikatakan oleh perasaan, jika kita tahu apa yang terjadi, cari satu persatu alasan kenapa kita tidak bisa memanjakan perasaan, dan untuk selanjutnya serahkan saja pada Tuhan apa yang terjadi nanti itu yang terbaik untuk kita. Sesuatu yang kita ingini belum tentu terbaik untuk kita. 

“Kalau kamu punya seribu alasan untuk melogikakan sesuatu, apakah kamu punya satu alasan untuk merasakan sesuatu ?” 

Semoga bermanfaat :D 

2 komentar:

  1. hahaha nan kayaknya aku tau siapa yang ngetwit begitu, dan siapa yang ngeritwit tentunya :p

    BalasHapus
  2. Hahaha uups ketahuan deh. Komentarnya apa ni :p

    BalasHapus

Thankyou for reading :)