Kamis, 26 Juli 2012

RELASI (?)

Ehm, banyak dari kita yang masih “sediri” selalu berpikir yang tidak-tidak akan kesendirian kita. Karena lingkungan yang secara tidak langsung menuntut kita untuk segera memiliki pasanganlah, atau mungkin faktor lainnya yang membuat kita ingin segera mengakhiri kesendirian kita. Hahaha. Oke kali ini, saya akan berbagi tentang apa yang saya baca dari buku Infinite Posibilitis. Sebelum kita bertanya-tanya dan berandai-andai untuk segera mencari pendamping, mungkin ini bisa kita pertimbangkan terlebih dahulu. Ada lima pikiran yang di sampaikan oleh Mike Dooley, namun hanya beberapa yang ingin saya share ke yang lain. Yang sekiranya bahasanya tidak tingkat tinggi dan bisa bikin kita tahu. Aatau mungkin saja bagi yang sudah punya pasangan bisa semakin tahu bagaimana menjalin relasi yang lebih baik lagi bukan hanya itu untuk lebih mengelola dan menghargai relasi yang Anda miliki saat ini juga.. Ya bukannya apa-apa, tapi setidaknya kita tahu bagaimananya dahulu. Cekidot.

 1. HORMATI DIRI ANDA DIANTARA RELASI 

Hal penting pertama dalam menjalin relasi sebenarnya adalah tentang ketika Anda tidak sedang terlibat dalam relasi ! Menurut saya, salah satu hal yang palingmenyedihkan dalam kehidupan adalah ketika saya melihat orang lain berusaha keras agar dapat diterima, tanpa peduli bahwa integritas mereka sedang dipertaruhkan. Terlampau sering, dalam pengalaman saya, sepertinya masyarakatdan kebudayaan kita beroperasi dibawah pandangan yang salah bahwa orang harus, idealnya, terlibat dalam relasi asmara. Harapan budaya ini tidak peduli apakah orang ini siap atau menginginkan atau tidak, tapi menyatakan bahwa pada umumnya orang “harus’ memiliki kekasih. Tentu saja artinya jika tidak punya pacar, ada sesuatu yang “salah” dengan Anda, dan Anda tidak akan pernah sebahagia jika punya kekasih. Saya tidak mengatakan bahwa persahabatan tidak alami, ataupun membantah bahwa menikmati waktu bersama orang terkasih dapat meningkatkan kualitas pengalaman apapun. Akan tetapi pandangan umum seperti ini dapat terasa menyakitkan bagi mereka yang sedang sendiri, dan menambah kesuilitan mereka di antara kita, yang, sayangnya, terpengaruh oleh keyakinan umum, menemukan kebahagiaan tanpa orang lain. Orang itu beraneka ragam, dan yang benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Entah Anda sendiri atau sedang terlibat dalam relasi, kehidupan memberi Anda peluang untuk tumbuh, bertualang, dan menemukan diri sendiri yang tidak didapat oleh mereka yang saat ini sedang terlibat dalam relasi. Nimati waktu seperti ini. Gunakan. Hargai setiap momen tanpa mengkhawatirkan apa yang orang lain pikirkan.

 2. UKUR RELASI ANDA YANG SUDAH TERJALIN Seringnya, relasi cenderung diukur BERAPA LAMA RELASI TERSEBUT BERLANGSUNG, bukan SEBERAPA BESAR CINTA ATAU KESENANGAN YANG DIALAMI. Ada keyakinan bahwa relasi yang “hebat” tak lekang oleh waktu. Sejak kapan jam atau kalender menjadi unit pengukur cinta, pertumbuhan emosi, atau kebahagiaan ? Yang penting KUALITAS BUKAN KUANTITAS. Saya tidak mengatakan Anda tidak mungkin menjalin relasi berkualitas yang juga awet seumur hidup, ataupun mengatakan bahwa permusushan dalam relasi selalu berakhir dengan perpisahan. Akan tetapi, dua patokan ini-kuantitas dan kualitas-umumnya jarang sekali punya kesamaan, itu pun kalau ada. Yang penting dalam relasi adalah relasi harus menjadi pengalaman yang memuaskan dan bermakna sebagai proses belajar ataupun memperoleh kebahagiaan.

 3. KETAHUI MOTIVASI ANDA. Menjalin relasi ketika Anda tidak siapatau karena alasan yang salah dapat menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan sedari awal. Lita punya kewajiban terhadap diri sendiri untuk memahami apa yang memotivasi kita, dan kewajiban tersebut juga mencakup pasangan kita. Apakah motivasi kita menjalani hidup ketakutan atau gairah bertualang ? Apakah kita menginginkan relasi supaya dapat bersembunyiseumur hidup atau menyatu dengannya ? Nah, pertanyaan yang paling jamak apakah relasi dimaksud untuk menambah atau menciptakan kebahagiaan kita ? 
Relasi tidak dapat membuat Anda bahagia; relasi hanya memperkuat apa yang Anda sudah rasakan tentang diri dan kehidupan Anda. Orang lain itu ibarat cermin: merefleksikan sikap Anda terhadap kehidupan dan diri Anda sendiri kepada Anda. Orang yang pada dasarnya sudah bahagia kemungkinan akan semakin bahagia ketika memasuki relasi, dan orang yang sejak awal tidak bahagia kemungkinan besar akan makin tidak bahagia ketika memasuki relasi.
 Apa yang sebenarnya dicerminkan ? Bukan prilaku Anda, penampilan Anda, atau ekspresi luar Anda, tapi keyakinan dan presepsi Anda atas diri sendiri. Sering, inilah yang terjadi pada orang dengan rasa percaya diri rendah yang semakin merasa tersiksa dalam relasi intim mereka. Mereka menganggap diri mereka cacat, tidak layak dicintai dan dihargai, atau bahkan pantas dihukum, dan pikiran-pikiran ini tidak hanya diambil oleh orang lain, tapi, tergantung kecenderungan mereka, bahkan diekspresikan, mungkin, dalam bentuk siksaan. Tentu saja, masalahnya disini lebih rumit, tapi, intinya adalah apa yang Anda bawa ke dalam relasi adalah apa yang Anda peroleh darinya, entah itu kebahagiaan, kesedihan, ataupun keraguan terhadap diri sendiri. 
Begitu juga, adalah sia-sia dan biasanya menipu diri sendiri memasuki atau bertahan dalam relasi dengan keyakinan bahwa relasi semacam itu akan membuat orang lain bahagia. Seberapa seringkah Anda mendengar orang berkata, “ Aku hanya ingin membuatmu bahagia”? Terlalu sering! Tidak seorangpun menjalin relasi, atau berpura-pura, untuk membuat orang lain bahagia. Pernyataan semacam ini biasanya menyiratkan rasa tidak bahagia mereka sendiri, biasanyya dalam relasi yang mereka jalin. Tujuan pertama Anda, bagi kebabaikan Anda sendiri dan relasi Anda, haruslah memastikan Anda benar-benar bahagia. Ketika Anda bahagia dan kebahagiaan menjadi motivator Anda, yang lain akan beres dengan sendirinya, dan biasanya, meski tidak selalu, yang paling merasa berbahagia adalah orang-orang disekitar Anda. 


Sumber : Buku Infinite Possibilities, hal 221-223.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)