Rabu, 25 Juli 2012

Pencitraan

Akhir-akhir ini banyak dan sering sekali kita menemui istilah pencitraan. Apa sih sebenarnya pencitraan itu ? Ya ini balik lagi tergantung dari siapa yang memandangnya dan dari siapa yang ingin menilainya. Semua itu relatif. Kita diberi dua mata untuk melihat, dua telinga untuk mendengar, dan yang pasti hati untuk selalu merasakan. Dilengkapi dengan logika dan perasaan. Begitu juga dengan pencitraan. Setiap orang ingin mengungkapkan apa yang ia rasakan, apa yang dia inginkan dan apa yang ingin dia mengerti sekalipun. Semua itu tergambar jelas dari setiap perilaku yang ditunjukkan dari orang tersebut. Dalam bertutur, bersikap, berpikir dan merasakan ingin selalu mendapatkan respon yang baik dan berbanding lurus dengan apa yang ia harapkan. Contohnya, jika kita menggambar suatu pemandangan. Kebanyakan dari kita pastinya terbiasa menggambar pemandangan dengan dua gunung, ditengahnya ada matahari yang akan terbit atau terbenam, dilengkapi dengan persawahan yang membuat pemandangan itu semakin unik dengan kebiasaan dari semenjak kita kecil. Oya ditambah lagi dengan gambar jalanan yang ada kendaraan atau bahkan lampu-lampu jalannya. Ah sungguh ini menjadi sebuah kebiasaan yang sudah mendarah daging dalam diri kita. Pasti kita sangat ingat kalau itu gambaran kita pertama saat taman kanak-kanak. Aduh malah ngelantur sampe jaman TK segala. Oke kembali ke pokok permasalahan. Ketika kita menyelesaikan sebuah gambar, pastinya kita ingin orang lain tahu apa yang kita gambar dan tahu maksud dari gambaran kita tersebut. Melalui gambar itu juga kita ingin mengkomunikasikan apa yang sebenarnya kita maksud. Seperti banyak poster-poster yang mengajak masyarakat untuk membuag sampah pada tempatnya. Begitu juga dengan gambaran itu selalu ada tempat sampah dengan orang yang membuang sampah langsung pada tong sampah yang sudah tersedia. Selalu ada maksud dari apa yang ingin kita ungkapkan. Dengan tujuan pengungkapan itu pastinya secara langsung ataupun tidak langusng dari kita ingin menerima respon, entah itu respon yang baik atau bahkan respon yang mengkritik. 

Manusiawilah ya kalau apa yang ingin kita perlihatkan kepada orang banyak selalu ingin mendapatkan tanggapan yang baik. Pujian tentunya. Tapi ini tidak akan selalu sesuai dengan harapan. Apa yang kita anggap baik belum tentu baik juga dimata orang lain. Oleh itu mengapa banyak orang yang berlomba-lomba untuk menunjukkan sisi terbaikd alam dirinya. Tentunya sesuai dengan permintaan publik. Ketika kebanyakan orang inginnya A ya tentu orang akan berusaha sebisa mungkin untuk menjadi sosok A tersebut supaya disukai dan tentunya dianggap ada oleh orang lain. Ini seperti yang menjadi teori piramida kebutuhan Maslow, ketika kebutuhan-kebutuhan kecil dari kita seperti makan, minum, dan akan semakin meningkat dan puncaknya pada aktualisasi diri. Aktualisasi diri disini, seseorang ingin dianggap ada yang memiliki kriteria sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat secara umum. Pribadi itu ingin setiap orang tahu siapa dirinya, karena dengan penerimaan tersebut seseorang akan merasa berbangga dan juga merasa kalau apa yang didapatkannya selama ini sudah lengkap. Walaupun manusia tidak ada puasnya, karena semakin dia mendapatkan sesuatu semakin dia ingin mendapatkan lebih dalam bentuk dan keadaan yang berbeda dari apa yang sudah didapatkannya. Dengan mengaktualisasikan diri, seseorang ingin mengungkap siapa jati dirinya. Ini mungkin bisa dikorelasikan dengan pencitraan yang menjadi pokok bahasan kita. Orang yang ingin mengaktualisasikan diri selalu mengungkap sisi baik dari dirinya, sehingga dia berusaha sebisa mungkin untuk mencitrakan dirinya baik dimata orang lain. Entah itu aslinya bagaimana, namun orang itu akan selalu berusaha tampil menawan dengan sejuta pesonanya suapa banyak orang yang seggan dengan dirnya. Dengan pencitraan itu juga mungkin orang itu ingin dianggap ada dan mungkin juga supaya memenuhi kriteria suapa dia dibutuhkan oleh banyak orang dengan begitu banyak orang mengenal dia dengan pembawaan yang menawan. Tidak ada salahnya jika setiap orang berlomba-lomba untuk menujukkan siapa dirinya. Itu tergantung juga pada kadar seberapa besar dia ingin dikenal oleh banyak orang dan dianggap oleh orang disekitarnya. Sekiranya tidak ada salahnya kita berusaha menunjukkan sikap baik kita kepada sesama namun bukan juga menjadi senjata supaya orang menjadi tunduk pada kita. Ini lebih suapa kita lebih bisa saling menghormati dan menghargai dengan sesama kita tanpa tendeng aling, sederhana dengan menjadi siapa diri kita apa adanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)