Sabtu, 02 Juni 2012

Manungsa Mung Sederma Nglakoni

kita sering dan bahkan selalu berpikiran kalau memberi itu harus mendapatkan imbal balik yang senyatanya pantas untuk kita. Yah memang manusiawi kalau kita mengharapkan seperti apa yang ada dalam asas keadailan ataupun asas keberimbangan. Tapi taukah kita, kasih itu memberi, kasih itu sederhana, kasih itu tidak menuntut, kasih itu tulus, kasih itu tidak berkesudahan, dan yang pasti kasih itu memaafkan. Dengan kasih kita mampu melihat dunia dari sudut pandang yang lain. Namun tak mustahil kalau hal ini dianggap percuma sisaat dunia yang semakin tua ini, bahkan sesuatu yang dulunya dianggap mulia kini dianggap sesuatu yang klise dan percuma. Rasanya dunia memang sudah mengalami pergeseran yang sangat pesat. Apa ini hanya perasaan saya saja atau memang nyatanya begitu ? dunu saling menghormati dan saling memberi masih dianggap menjadi suatu keharusan antara satu orang dengan orang lain, tidak harus memandang dari mana dia dan siapa dia. Dulu kasih sangat dekat dengan kehidupan kita. Kasih yang tulus. Yap namun kini, bahkan ketika kita memberi seperti menanam benih yang mengharapkan akan ada benih yang tumbuh dari benih yang kita tabur. Bahkan mungkin kita memang sengaja melakukan hal yang nantinya biar terlihat mecolok dan dengan begitu mendapatkan sejuta sanjungan untuk tetap mendongkrak popularitas atau bahkan mungkin untuk menjulangkan namanya stinggi langit. Sungguh sebuah kaharausan sepertinya untuk saat ini. Biarkan saja, semakin lama dunia semakin mempunyai normanya sendiri. Ehm, ini hanya pemikiran saya saja sih. Dulu korupsi menjadi sebuah harga mati yang tidak bisa ditolerir, namun sekarang sudah menjadi harga mati untuk dibudayakan. Apa ini bukti kalau semakin kita mendekati akhir jaman ? Semakin kesini bahkan bukan hanya itu saja. Banyak hal positif yang bisa dipetik ketika kita belajar dari pergeseran budaya dan norma yang ada saat ini. Ternyata, seperti yang semua keyakinan mengajarkan, kasih itu seperti kata-kata di lagu anak kecil "kasih ibu", yaitu "MEMBERI TAK HARAP KEMBALI". Jika kita sudah bisa memaknai hal itu, mungkin dnegan begitu kita sudah bisa dikatakan lulus akan sebuah pelajaran tenatng kehidupan. Apa sih sejatinya dalam hidup ini ? Bukannya memang itu, saling mengasihi sesama kita. Namun bahkan sekarang kekerasan semakin meraja lela dimana-mana, bahkan hal itu menjadi sebuah kebiasaan yang tidak bisa dihapus lagi. Mungkind alam benak mereka, dengan kekerasan mereka bisa menunjukkan hakekat mereka dengan kekuasaan yang mereka miliki. Yasudahlah, setiap orang memiliki hak untuk mempresepsikannya dengan pikiran mereka masing-masing. Semakin kesini manusia yang menghuni dunia ini semakin tahu amnaa yang benar dan mana yang tidak, meski mungkin tidak bisa memaknainya untu direalisasikan dalam kenyataan yang ada. Ya, memang benar juga sih, harus dimengerti juga. Kebaikan tidak selamanya dibalas dengan kebaikan, mungkin kadang kita harus bersikap sedikit licik untuk mendapatkan kebaikan itu. Bahakn disini terlihat akan ego dunia, siapa yang memberi harus mendapatkannya kembali. Biarkan saja semua berjalan sebagaimana mestinya, tetap bertahan dan menyakini bahwa semua itu akan ada alurnya tersendiri. Tidak harus dibuat-buat, karena "MANUNGSA MUNG SEDERMA NGLAKONI" kira-kira seperti itulah orang Jawa menyebutnya. Yang pasti semua itu akna indah pada waktunya. Let"s see :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)