Minggu, 17 Juni 2012

Jangan Panggil

Hari demi hari memang kita lalui bersama. Waktu demi waktu memang kita habiskan bersama. Berbagi ceritapun sudah kita lakukan bersama. Ah memang yang namanya kebersamaan itu tidak akan ada habisnya jika diceritakan kembali apalagi jika itu kebersamaan yang menyenangkan. Kisah yang kita tulis bersama selalu mampu mengembalikan ingatan disaat waktu-waktu senang bahkan waktu tersulit sekalipun, ya keran kita bersama. Hari-hari terburukpun serasa tidak akan menjadi masalah kalau ternyata kita bisa lewati bersama. Sungguh tidak ada habisnya kalau menceritakan kebersamaan yang sudah pernah kita habiskan bersama, meskipun itu sudah usang bahkan sedikit tersingkirkan karena waktu yang begitu cepatnya melaju. Memang tidak ada dari kita yang mampu dan sanggup menghentikan waktu sejenak saja untuk mengambil bagian-bagian terindahnya, yang ada pastinya nanti kita hanya ingin selalu merasakan enaknya dan mengabaikan hal terburuknya. Namun itulah bagian dari semesta, selalu ada dua sisi yang bertolakbelakang. Namun tidak ada yang salahnya dari apa yang terjadi. 

Oke. Aku percaya kamupun percaya. Kepercayaan yang kita lahirkan karena kita tidak memulainya dengan semacam kontrak, namun kepercayaan itu ada dan hadir begitu saja tanpa harus dibuat-buat. Kamu mampu mengajarikuarti sebuah kepercayaan yang tulus lahir tanpa harus ada yang dimanipulasi. Namun kepercayaan itu menjadi harga yang mahal ketika setitik nila rusak susu sebelanga. Ya karena kadang satu kesalahan itu akan menutup sepuluh kebaikan yang kita berikan kepada sesama kita. Yasudahlah mungkin begitu adanya hakikat manusia. Kita tidak "mengikrarkan" persahabatan kita. Namun itu terjadi begitu saja. Percaya, tulus, mengerti, dan memahami. Ah mungkin begitu dengan teori yang dipatenkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Namun seiring berjalannya waktu banyak hal yang membuat kita mengerti. Mengerti akan apa itu yang dinamakan dan memang pantas disebut sahabat. Aku belajar memaknai hidup saat kita memberi dan menerima. Aku belajar memaafkan ketika kita saling menayalahkan. Aku belajar kesetiaan ketika ada sebuah pengkhianatan. Aku belajar pengertian ketika kita saling memanjakan ego. Aku belajar arti melepaskan ketika kita tidak bisa selalu bersama. Aku belajar ihklas ketika nyatanya itu hanya akan saling menyakiti. Aku belajar arti hidup ketika kita bersama. 

Namun, dalam setiap langkah memang banyak hal yang harus kita pertimbangkan. Aku kini belajar, mengerti, dan memaknai. Sahabat itu bukan hanya berarti sebuah kata yang mudah diucapkan. Karena sahabat itu hanya sebuah kata simple, tapi sahabat itu adalah sebuah rasa. Rasa yang memiliki makna, hanya bukan sekedar kata-kata. Ya, yang pasti persahabatan itu bukan hanya fiksi namun kenyataan. Itu yang dimengerti dari sebuah cacian. Sahabat itu bukan hanya mencari kesenangan diri, namun kita harus bisa mengerti dan memahami apa itu yang dinamakan sahabat.

Jangan panggil aku sahabat, jika nyatanya nanti kamu masih akan mengunjingkanku dibelakangku karena kesalahan-kesalahanku dan hanya akan menjadi leluconmu bersama yang lain.
Jangan panggil aku sahabat, jika aku belum bisa mengertidan memahamimu dengan sepenuhnya.
Jangan panggil aku sahabat, jika nyatanya dunia tidak mau menyatukan kita.
Jangan panggil aku sahabat, jika nanti aku terjatuh kamu hanya akan memandangku dari jauh.
Jangan panggil aku sahabat, jika nanti kamu hanya membiarkanku berjalan sendirian ketika dunia menjauh dariku.
Jangan panggil aku sahabat, jika ternyata salahku membuatmu menyadari aku bukan yang terbaik dimata kamu.
Jangan panggil aku sahabat, jika nyatanya kamu hnaya tersenyum didepanku namun tidak di belakangku.
Jangan panggil aku sahabat, jika nyatanya aku memang tidak pantas dipanggil sebagai sahabat.
Tapi tenanglah, kita semua terlahir di dunia ini untuk saling mengasihi bukan untuk mengkategorikan mana itu yang dipanggil sahabat, ini hanya sebuah pemaknaan yang mungkin bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda. 




Dulu kita sahabat
Teman begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari

Dulu kita sahabat
Berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu
* kini kita melangkah berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
Namun itu karna ku sayang
Reff:
Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong
Na na na na na na na na na
Semua yang berlalu
Biarkanlah berlalu
Seperti hangatnya mentari
Siang berganti malam
Sembunyikan sinarnya
Hingga ia bersinar lagi
** dulu kita melangkah berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
Namun itu karna ku sayang

#Sindentosca-Kepompong

1 komentar:

  1. :) friends not always together. He's keeping the good name of his friend even though he should stay away.

    BalasHapus

Thankyou for reading :)