Lihat sudut-sudut ruangan itu. rasanya masih sama
saja. Masih sama yang seperti itu. Namun dari setiap sudut ruangan itu ada yang
tidak bisa pergi darinya. Memori itu. Memori akan sebuah masa yang sepertinya
terekam jelas dengan kebisuan dinding-dindingnya yang mulai usang. Matahari
terbit yang terlihat dari jendela itu masih sama juga rupanya sejak pertama ada
kaki-kaki kuat yang masih dengan mantapnya menatap keluar jendela itu.
Pandangannya jauh menembus batas dihadapannya. Apa yang dia pandang seolah
hanya dia sendiri yang bisa menikmatinya. Udara yang menembus setiap pori-pori
itu rasanya masih sama. Meski kini terksan mencekam dalam balutan ruang yang
seolah hanya bisa diam ketika tatapan tajam itu memaksa untuk kembali
menceritakan kembali. Masa itu. Sudut-sudut ini seolah menyimpan tangis yang
hanya dia sendiri yang boleh tahu. Tidak seorangpun yang boleh mendengar isak
itu kecuali dinding-dinding rapuh. Atau mungkin setiap jengkal sudut ini juga
teremkam sebuah memori akan doa yang terlantunkan semasa itu ? Sebuah ingatan
yang mengembara. Bukan lagi sekarang. Ini hanya sebuah melodi yang ingin
terputar kembali dalam sebuh ingatan. Seperti piringan hitam yang dengan
anggunnya berputar mengembalikan semua kisah yang telah lampau. Tapi ada satu
lagi yang tidak bisa dipungkiri dari setiap sudut dalam kebekuan ini, yah
kesepian ini. Aura itu ternyata masih sama saja. Seolah kembali membawa ingatan
akan ratusan jam yang lalu atau mungkin sudah dalam hitungan tahun ? Sepertinya
tidak ada satu orangpun yang tahu akan hal ini. Dia seolah ingin kembali
bercengkrama dengan kesunyian yang setiap detik menjadi sahabat baiknya,
mendengarkan keluhnya, melantunkan seramaian walaupun itu adalah kesunyian yang
cukup membuat ngelu. Dinding ini, seolah bukan lagi musuh buat dia. Bahkan
dalam diamnya, dingin mampu memluknya menjadi sosok yang terberkati karena
merasakan sisi lain dari dingin yang dia hindari. Bukan lagi tentang sekarang,
esok ataupun yang akan datang. Ini semua tentang masa silam. Masa yang begitu
ingin terhindari. Namun nyatanya kaki-kaki kecil itu membawa sampai pada titik
ini. Meski kaki itu pernah menjadi kuat hingga kini serapuh ini. Sebuah masa
yang terdengar amat panjang.Mulut itu masih terkatup dalam diam. Seorang ingin
meniti kembali tiap-tiap detik yang dia habiskan di tempat ini. Caba saja lihat
wajahnya, trelihat sayu, tidak ada lagi pancaran jelas dari matanya. Semua
trelihat kabut. Tidak seperti dulu lagi. Semu. Semu yang seorang menjadi
latarbelakang kehiudpannya. Mencoba melangkahkan kakinya, meski tidak mampu.
Tapi apa yang terjadi, masa itu telah berganti. Hujan itu tidak lagi datang.
Yang ada hanya suara sayup yang menyatakan hujan tidak lagi sama seperti yang
dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thankyou for reading :)