Senin, 04 November 2013

momen



Lihat sudut-sudut ruangan itu. rasanya masih sama saja. Masih sama yang seperti itu. Namun dari setiap sudut ruangan itu ada yang tidak bisa pergi darinya. Memori itu. Memori akan sebuah masa yang sepertinya terekam jelas dengan kebisuan dinding-dindingnya yang mulai usang. Matahari terbit yang terlihat dari jendela itu masih sama juga rupanya sejak pertama ada kaki-kaki kuat yang masih dengan mantapnya menatap keluar jendela itu. Pandangannya jauh menembus batas dihadapannya. Apa yang dia pandang seolah hanya dia sendiri yang bisa menikmatinya. Udara yang menembus setiap pori-pori itu rasanya masih sama. Meski kini terksan mencekam dalam balutan ruang yang seolah hanya bisa diam ketika tatapan tajam itu memaksa untuk kembali menceritakan kembali. Masa itu. Sudut-sudut ini seolah menyimpan tangis yang hanya dia sendiri yang boleh tahu. Tidak seorangpun yang boleh mendengar isak itu kecuali dinding-dinding rapuh. Atau mungkin setiap jengkal sudut ini juga teremkam sebuah memori akan doa yang terlantunkan semasa itu ? Sebuah ingatan yang mengembara. Bukan lagi sekarang. Ini hanya sebuah melodi yang ingin terputar kembali dalam sebuh ingatan. Seperti piringan hitam yang dengan anggunnya berputar mengembalikan semua kisah yang telah lampau. Tapi ada satu lagi yang tidak bisa dipungkiri dari setiap sudut dalam kebekuan ini, yah kesepian ini. Aura itu ternyata masih sama saja. Seolah kembali membawa ingatan akan ratusan jam yang lalu atau mungkin sudah dalam hitungan tahun ? Sepertinya tidak ada satu orangpun yang tahu akan hal ini. Dia seolah ingin kembali bercengkrama dengan kesunyian yang setiap detik menjadi sahabat baiknya, mendengarkan keluhnya, melantunkan seramaian walaupun itu adalah kesunyian yang cukup membuat ngelu. Dinding ini, seolah bukan lagi musuh buat dia. Bahkan dalam diamnya, dingin mampu memluknya menjadi sosok yang terberkati karena merasakan sisi lain dari dingin yang dia hindari. Bukan lagi tentang sekarang, esok ataupun yang akan datang. Ini semua tentang masa silam. Masa yang begitu ingin terhindari. Namun nyatanya kaki-kaki kecil itu membawa sampai pada titik ini. Meski kaki itu pernah menjadi kuat hingga kini serapuh ini. Sebuah masa yang terdengar amat panjang.Mulut itu masih terkatup dalam diam. Seorang ingin meniti kembali tiap-tiap detik yang dia habiskan di tempat ini. Caba saja lihat wajahnya, trelihat sayu, tidak ada lagi pancaran jelas dari matanya. Semua trelihat kabut. Tidak seperti dulu lagi. Semu. Semu yang seorang menjadi latarbelakang kehiudpannya. Mencoba melangkahkan kakinya, meski tidak mampu. Tapi apa yang terjadi, masa itu telah berganti. Hujan itu tidak lagi datang. Yang ada hanya suara sayup yang menyatakan hujan tidak lagi sama seperti yang dulu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)