Jumat, 08 November 2013

[ CERPEN ] : Hujan Yang Tak Lagi Sama

"Kok hujannya deres banget sih. Gimana bisa ke toko beli peralatan buat program ni." Kata Naya sambil merapatkan jaketnya dan mengamati buliran hujan yang turun dengan derasnya. Dia belum mempersiapkan alat apapun buat program KKN-nya besok. Jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 16.00 tapi hujan belum juga menujukkan akan berhenti. "Nih, coklat panas buat kamu. Tunggu aja ujannya sampai reda. Paling bentar lagi juga reda kok." Kata Lana yang tiba-tiba berdiri di samping Naya sambil menyodorkan secangkir coklat panas. Naya hanya mampu menatap Lana heran. Heran dengan sikapnya, dan heran dengan perhatiannya yang tiba-tiba berubah 180 derajat dari biasanya. Lana terkenal sebagai orang yang keras. Yang pasti tidak ada satu orangpun yang berani mencari masalah dengan dia. Bahkan teman-temannya yang lain kadang memilih untuk diam daripada harus berurusan dengan orang egois satu ini. Tapi tiba-tiba saja segala stereotipenya selama ini luruh seketika saat Lana tanpa diduga menyodorkan secangkir coklat untuk Naya. Naya hanya menatap heran dan belum mengambil cangkir yang disodorkan oleh Lana.

"Nggak mau ni ? Yaudah aku kasih ke yang lain aja. Kalau nggak aku buang saja." Kata Lana masih dengan nada super ketusnya. Kayaknya dewi kebaikan sedang nyamperin ini orang sampai-sampai tanpa ada pertanda apa-apa, tiba-tiba cowok super egois ini membuatkan Naya coklat panas. "Nggak usah geer. Aku bikinin ini tapi sekalian aku bikin buat aku. Nggak ada maksud apa-apa jadi nggak usah mikir yang macem-macem." Celetuk Lana sepertinya tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Naya. Naya hanya mampu mendengus kesal dan langsung mengambil cangkir yang ada di tangan Lana lantas duduk di bangku depan pondokan mereka.

"Kita disini tinggal seminggu lagi." Celetuk Lana lagi yang sekarang duduk di samping Naya. Naya masih sibuk dengan pikirannya sendiri sembari mempelajari setiap butir hujan yang turun. "Terus ?" Tanya Naya tidak kalah ketusnya. "Kok kamu sekarang lebih galak sih ?" Protes Lana. " Kok bisa ? Kayaknya aku cuma nanggepin omongan kamu barusan deh. Galak dari mananya coba. Wajar sih ya, orang galak takut kesaing kegalakannya sama orang lain. Uuupss" Kata Naya seperti kehilangan rem. Lana tidak protes dan tanpa diduga Lana mengacak-acak rambut Naya. Lagi-lagi Naya dibuat tertegun dengan sikap Lana akhir-akhir ini. Bukan hari ini saja, karena ini sudah masuk minggu-minggu akhir KKN.  Lana sepertinya sudah berubah dari predikatnya sebagai sosok yang super egois. Oke, di saat suasana hujan yang selalu sukses membuat suasan romantis, tidak salah juga kalau wajah Naya memanas karena perlakuan Lana barusan. 

"Makasih Ya Nay buat semuanya. Udah nemenin aku tiap malem begadang nggak jelas, ngomongin banyak hal. Kamu yang sering jadi sasaran empuk kalau aku marah. Selalu aja ngalah kalau aku lagi egois. Dan banyak hal lagi, sampai mungkin nggak bisa disebutin satu-satu. Maaf juga kalau aku banyak salah sama kamu. Ah times flies so fast. Mungkin nggak ya suasananya akan masih sama kayak gini lagi ?" Ucap Lana panjang kali lebar. " Kok kamu jadi melow gitu sih. Sejak kapan tuan perfeksionis dan maha egois jadi melow gitu ? Duh, kayaknya dunia sudah gonjang ganjing ni." Ucap Naya tanpa rasa bersalah sembari masih membekap cangkirnya mencari kehangatan. " Ya, whateverlah. Terserah kamu mau bilang aku apa. Emang selama hampir dua bulan ini cuma kamu yang terlalu jujur dan bahkan blak-blakan bilang aku egoislah, perfeksionislah, apalah. Berasa udah nggak punya harga diri aja aku di depan kamu." Kata Lana pasrah. Seketika Naya merasa lucu dengan kata-kata Lana barusan dan tidak bisa menahan tawanya. " Tapi benerkan itu semua ? Aku nggak buat-buat kok. Tenang aja, kartu merah kamu aman ditanganku." Tambah Naya lagi seperti seorang sindikat yang siap dengan strategi-strategi buat menghadapi musuh. Dan selanjutnya hanya hening diantara mereka.

Hujan seolah beradu membuat sebuah suara-suara merdu yang mengisi jeheningan diantara Lana dan Naya, selanjutnya hanya pikiran mereka yang terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. Entah alam akan menyampaikan pesan apa lagi untuk mereka berdua melalui hujan yang seolah menyerupai serdadu-serdadu utusan langit pembawa pesan.

Tempat itu, hujan itu dan semua yang ada disitu seolah-olah menjadi saksi akan sebuah kata yang tidak terungkap atau bahkan tidak akan pernah kembali terungkap. Karena kesempatan yang diberikan telah habis. Dua bulan hidup bersama, berposes bersama hingga bertahan bersama. Membuat Lana dan Naya semakin mengenal satu sama lain. Meskipun kadang Naya mampu mengenal Lana dengan baik tapi ada kalanya Naya tidak kenal sama sekali sosok Lana. Siapa yang tahu akan rahasia sebuah misteri sebelum rahasia itu terungkap dengan sendirinya. Naya terlalu sadar dan terlalu tahu bahwa kenyataannya hanyalah sebatas di tempat itu dan disaat itu. Benteng antara Lana dan Naya terlalu kuat dan tinggi, dan sepertinya tidak ada sedikitpun celah untuk mereka untuk saling menyapa. Hingga dunia dipisahkan dalam sekat-sekat atas nama perbedaan tanpa sebuah kesempatan lagi.

"Lan, maaf ya nanti kalau seandainya KKN sudah selesai aku susah ditemui. Atau mungkin aku bakalan nggak mau ketemu kamu lagi. " Kata Naya disela-sela kesibukannya packing barang-barang. "Emang ada gitu yang bakalan nyari kamu ?" Balas Lana seolah tidak mengamini perkataan Naya. "Nah, bagus deh kalau begitu. Lagipula selesai KKN berarti selesai semuanya. Dan yang pasti nanti kita bakalan sibuk sendiri-sendiri. Yeeeey, pulaaaang dan tidak ketemu Lana lagi." Ucap Naya sedikit berteriak karena gembira. Entah gembira yang diungkapkan Naya itu jujur atau tidak, bahkan tidak ada satu orangpun yang tahu begitu juga dengan Naya. "Memang aku seberapa menyeramkan sih buat kamu, sampai kamu sebegitu ingin menghindar dan tidak mau ketemu aku lagi ?" Tanya Lana dengan nada yang terdengar mengiba. Naya menghentikan aktivitasnya dan menatap Lana. " Karena everything will change Lan. Keadaannya nanti mungkin akan berubah. Setelah kita balik ke rutinitas kita, semuanya aku yakin akan berubah. Lana yang aku kenal akan jauh berbeda dengan Lana yang aku kenal sekarang. Mungkin begitu juga dengan aku. Mungkin akan lebih baik seperti itu." Suara Naya kini terdengar benar-benar mengiba dan seolah Naya menahan dirinya untuk tidak terlalu sedih akan keadaan yang dia tahu akan berubah itu. "Tapi sepertinya aku bakalan butuh kamu nanti, entah sampai kapan. Yang pasti setelah kita pulang dari sini, aku mungkin akan sering mencari kamu." Ungkap Lana jujur. "Let's see." Naya tidak banyak bicara lagi. Dia seolah tahu apa yang nanti akan terjadi untuk kedepannya, jalan mereka jelas berbeda, dan keadaan juga akan jauh berbeda dengan sekarang. " Sepertinya aku akan selalu punya alasan untuk datang kesini kalau aku kangen sama kamu." Tambah Naya lalu beranjak meninggalkan Lana sendirian yang nampaknya terperangah dengan ucapan Naya barusan.

                                                                                         ***

Dan seperti yang Naya duga sebelumnya. 3 bulan setelah KKN-nya usai. Naya kembali lagi ke tempat itu, namun kali ini dia hanya datang dengan dua temannya yang lain. Rasanya ada yang kurang. Walaupun Naya tahu pasti apa yang kurang, namun dia tidak ingin terlalu terlarut dengan segala memori yang seolah masih tergambar nyata saat Naya menyusuri tempat-tempat itu lagi. "Hallo kenangan, apa kabar ? Kita berjumpa lagi." Ungkap Naya sambil menatap rumah dimana tempat itu yang dulu menjadi pondokannya. Suara-suara itu seolah masih terdengar jelas dalam ingatan Naya. Teriakan itu, dan semua memori itu seakan berputar ulang di kepalanya seperti filim yang berulang kembali dan terlampau jelas di matanya.

Sepertinya alam juga sukses membawa Naya dalam ingatannya lagi, hujan seketika turun dengan derasnya. Namun kali ini hujan tidak lagi sama seperti 3 bulan lalu. Lana. Ya, Naya memutuskan untuk menghindari dan menjauh dari Lana. Naya tahu saat ini, mungkin detik ini Lana sudah menemui wanita yang selama ini dia cari. Naya terlampau sadar akan hal itu, seolah ingin berpesan melalui hujan, Naya hanya berharap Lana selalu bahagia. Naya masih ingat jelas percakapan terakhirnya dengan lama,. "Let me go," itu yang diminta Lana. Naya hanya mempu menghela nafas. Lana yang menahan Naya untuk pergi namun kala itu Lana pula yang meminta ijin untuk pergi. Sungguh, seperti apa yang bisa ditebak oleh Naya. Semua itu hanya sementara. Lana hadir sesaat membawa sebuah pesan dan seketika itu tanpa harus menunggu hitungan abad Lana pergi meninggalkan pesan yang meminta Naya untuk emnghapus semua ingatan tentang mereka. Lana dan Naya hanya bertemu dipersimpangan, menyapa lalu saling mengucapkan selamat tinggal. Hanya itu dan tidak akan ada lebih lagi. Namun kini Naya membuktikan ucapannya, Naya akan selalu punya alasan untuk datang ketempat itu jika merindukan Lana. Meskipun kini hujan tak lagi dirasa sama, karena ada bagian yang hilang walaupun belum sempat untuk dipertahankan. 



Inspired by "Broken Vow" - Lara Fabian

Tell me her name
I want to know
The way she looks
And where you go
I need to see her face
I need to understand
Why you and I came to an end
Tell me again
I want to hear
Who broke my faith in all these years
Who lays with you at night
When I'm here all alone
Remembering when I was your own
[Chorus:]
I'll let you go
I'll let you fly
Why do I keep asking why
I'll let you go
Now that I found
A way to keep somehow
More than a broken vow
Tell me the words I never said
Show me the tears you never shed
Give me the touch
That one you promised to be mine
Or has it vanished for all time
[Chorus]
I close my eyes
And dream of you and I
And then I realize
There's more to life than only bitterness and lies
I close my eyes
I'd give away my soul
To hold you once again
And never let this promise end
[Chorus]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)