Rabu, 27 November 2013

Lelaki Berbaju Hitam

Hai kamu yang berbaju hitam, sepertinya kamu nampak muram. Mengapa begitu ? Adakah yang sedang membebani pikiranmu ? Coba berhentilah sejenak. Lupakan laramu. Atau mungkin laramu itu ingin kau bagi denganku. Lihat. Lihat aku disini. Aku disini hanya bisa memandangmu. Tidak banyak mauku. Aku hanya melihatmu tersenyum kembali. Mana senyummu yang dulu ? Yang diam-diam aku liat dan aku kagumi. Bukan hanya punggungmu saja yang bisa aku lihat dari jauh, karena semenjak saat itu aku tahu bahwa kamu tidak akan pernah tergapai. Sungguh ironis memang ingin dekat denganmu, namun jarak antara kita bahkan seperti jutaan tahun cahaya. Membentang antara kita namun yang pasti kita tidak akan pernah saling menggenggam. Lupakan saja tentang keironisan ceritaku. Aku tahu itu sedikitpun tidak akan menarik perhatianmu. Hei kamu lelaki berbaju hitam, sepertinya aku bisa ikut merasakan kesedihan yang kamu simpan dibalik mata bulatmu itu. Sinarnya nampak redup, apakah tidak bisa seperti dulu lagi ? Masih mengangakah lukamu yang dulu ? Luka yang dulu kamu coba simpan sendiri. Luka dari masa lalumu yang kini seolah nampak menjadi sebuah lelucon untuk kamu ceritakan. Mana ? Coba lanjutkan ceritamu. Aku ingin mendengarkannya lebih jelas lagi, masa lalumu yang hanya bisa membuatmu terdiam dan tidak bisa lagi menerima realitas. Tapi bukankah itu sudah lama ? Lupakan saja semuanya, letakkanlah laramu dipundakmu. Mari, mari bersama kita hadapi realita itu bersama. Namun maukah kamu membaginya bersamaku ? Aku tahu kamu akan mengurungkan niatmu itu. Mekipun tawaranku ini menarik, tapi aku tahu diri ini tidak akan menarik untukmu. Kamu terlalu kekeuh dengan apa yang ingin kamu genggam sendiri. Ingin berapa lama lagi kamu mengeraskan hatimu itu ? Yah, kamu nampak bebal. Sampai kapan kamu akan seperti itu ? Hei kamu lelaki berbaju hitam. Mengapa kamu suka sekali mengenakan baju itu ? Apakah itu punya makna tersendiri buat kamu ? Oh, itu memang bukan urusanku. Namun kamu selalu sukses menarik perhatianku dengan baju hitammu itu. Kamu nampak berbeda. Kamu nampak, ehm entahlah. Aku tidak punya kata-kata lagi untuk mengungkapkan bertapa aku kagumnya sosokmu dengan baju hitammu itu. Hei kamu yang berbaju hitam, masihkah kamu menuliskan segala kisahmu dalam lembaran-lembaran kertas ? Sudah tertulis berapa lembar halamankah ? Sungguh, aku bisa mengerti mengapa kamu begitu cintanya pada pena kesukaanmu itu. Lagi-lagi aku hanya bisa mengangguminya dari jauh, melihatmu menumpahkan segala rasa dan asamu dalam kertas-kertas usang yang mampu menyimpan segala memorimu. Ah aku tidak ingin lagi menganggumu dengan segala rengekanku. Biar saja aku tetap disini, ditempaku ini, melukiskan sebauh cerita tentang kamu lelaki berbaju hitam. Entah sampai kapan aku bertahan di tempatku ini, karena inilah tempat aku selalu bisa menikmati senyummu dari jarakku menjadi pengangummu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)