Senin, 25 Maret 2013

Katarsis



Menulis. Membaca, Menyanyi. Traveling. Kumpul dengan teman. Tidur. Dan masih banyak kegiatan lainnya yang bisa kita pilih dan kita lakukan untuk mengisi waktu luang kita. Ya, istilah kerenya sekarang mengisi waktu "selo". Kegiatan-kegiatan yang yang kita lakukan untuk mengisi waktu luang itu kadang lebih di kenal dengan hobi. Dari kegiatan itu kita bisa merasakan sebuah kepuasan yang itu didapat setelah melakukan kegiatan yang kita sukai. Namun, kali ini kita tidak akan membahas tentang hobi ataupun waktu selo. Namun kita akan membahas istilah dan alasan mengapa kadang kita cenderung melakukan hal-hal yang kita sukai atau bahkan lebih ekstrem ketika kita sedang mengalami sebuah masalah atau istilah gaulnya galau.

Katarsis. Apa itu katarsis ? 
Dalam KBBI, katarsis diartikan 1 Kris penyucian diri yg membawa pembaruan rohani dan pelepasan dari ketegangan; 2 Psi-cara pengobatan orang yg berpenyakit saraf dengan membiarkannya menuangkan segala isi hatinya dengan bebas; 3 Sas kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan dan pertikaian batin akibat suatu lakuan dramatis. Dalam wiki Katarsis atau katharsis, (dari bahasa Yunani: κάθαρσις) pertama kali diungkapkan oleh para filsuf Yunani, yang merujuk pada upaya "pembersihan" atau "penyucian" diri, pembaruan rohani dan pelepasan diri dari ketegangan. Istilah ini digunakan antara lain oleh: "Penyucian" yang dihasilkan pada para pemirsa dalam sebuah pentasan sandiwara, menurut Aristoteles, metode psikologi (psikoterapi) yang menghilangkan beban mental seseorang dengan menghilangkan ingatan traumatisnya dengan membiarkannya menceritakan semuanya (JS Badudu, hlm 175)

Dua pengertian itu adalah pengertian formal. Namun dalam keseharian kita lebih di kenal dengan istilah curhat (curahan hati). Curahan hati itu ada dua jenis yang pertama tersirat dan yang kedua yaitu tersurat. Tersirat contohnya kita yang memiliki kebiasaan pergi traveling jika ada masalah seenggaknya dengan alibi untuk "merefresh pikiran". Secara tidak langsung kita sedang melakukan proses katarsis yang tidak kita sadari. Karena dengan berpergian itu seseorang bisa melepaskan emosi-emosi negatifnya dan mengantinya dengan emosi positif. Atau mungkin orang yang memiliki kesukaan naik gunung. Dengan naik gunung itu terlepas dari hobi adalah sebuah media untuk mengeluarkan segala beban pikiran, mungkin dengan naik gunung segara masalah yang di hadapi di kampus atau di manapun itu setidaknya bisa terlupakan sejenak. Dan bisa jadi dengan naik gunung itu mendapat sebuah pencerahan untuk melakukan sesuatu sebagai jalan keluar. Sedangkan katarsis secara tersurat misalnya kita curhat dengan teman. Dengan begitu emosi-emosi negatif yang ada dalam diri kita keluar dan dengan begitu ada sebuah kelegaan yang bisa menjadikan diri kita lebih rileks dan bisa berpikir secara dingin untuk menghadapi sebuah masalah.

Dalam ilmu prikologi sendiri katarsis dikenal dalam dalam proses konseling Freud. Karena melalui katarsis seseorang bisa digali lebih jauh apa yang dialaminya, sehingga klien tersebut bisa menceritakan apapun masalahnya kepada psikolog. Sehingga psikolog di sini berperan sebagai media katarsis yang memberikan sebuah cermin kepada klien akan masalah yang di hadapinya.Setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda untuk melakukan katarsis, mungkin dengan berpergian, makan yang banyak, karoke, tidur, ataupun menulis. Menurut sebuah Penelitian Adi Onggoboyo dalam “Suatu Fenomena Sociocyber yang unik dan dinamis” pada bulan Oktober 2004 yang lalu mengungkapkan bahwa 95,26% dari 211 blogger Indonesia menyatakan bahwa mereka merasa mendapatkan hal-hal positip setelah menjadi blogger. Hal-hal positif tersebut diuraikan lagi oleh Adi Onggoboyo sebagai berikut :

  • Meningkatkan Gairah Hidup 2,98%
  • Lebih Disiplin 0,49%
  • Semangat Prestatif 3,98%
  • Menjalin dan memperbanyak relasi/ kawan/ persahabatan 48,75%
  • Rajin menulis/ meningkatkan kemampuan/ produktivitas menulis 8,95%
  • Lebih kreatif/ ekspresif/ inspiratif/ motivatif 4,47%
  • Menambah berbagai wawasan 3,98%Lega bisa berbagi 2,48%
  • Lain-lain 7,96%
  • Gabungan beberapa poin diatas 15,92%



Dalam penelitian itu di jelaskan sebuah media katarsis dengan menulis. Dengan menulis seseorang bisa bebas menjadi siapapun dan mengeluarkan unek-unek apapun. Menulis merupakan proses ledakan otak yang bisa membuka sbagian yang awalnya tidak bisa kita temukan dengan merenung. Menulis bisa menjadi sebuah wadah penemuan jati diri. Ketika kita menulis kita tidak perlu menjadi orang lain, apa yang ada dalam benak kita, apa yang ada dalam otak kita itulah hasil kita. Tidak perlu berpikir tentang komentar orang lain karena orang lain tidak akan pernah mengerti proses apa yang kita alami dalam katarsis kita itu. Bahkan sebuah tulisan bisa menyiaratkan keperibadian dan gaya berpikir seseorang, bagaimana dia berbahasa, bagaimana mereka berpendapat dan bagaimana mereka bisa berekspresi. Jangan pernah takut untuk mengungkapkan siapa diri kita dalam sebuah tulisan jika memang kita menyakini ini menjadi media katarsis yang ampuh untuk kita. Pengungkapan diri dengan menulis akan memberikan sebuah jalan bagi kita untuk sebuah proses pembaharuan. Oleh karena itu mengapa akhir-akhir ini di temukan banyak blogger (entah itu blog yang dipublish atau tidak) yang bisa sukses dengan menulis. Karena mereka tidak hanya jujur pada diri sendiri saat menulis namun mereka berani untuk menyampaikan pendapat mereka ke ranah publik, dengan begitu proses katarsis tidak melulu harus berkonotasi negatif karena selalu berindikasi dengan galau. Salah satu contoh yang nyata yaitu Mantan Presiden kita BJ. Habibie. Saat beliau ditinggal oleh Ibu Ainun untuk selama-lamanya, beliau sempat mengalami rasa kehilangan yang mendalam sehingga beliau sempat didiagnosa mengalami depresi. Ada beberapa alternatif yang ditawarkan oleh tim dokter untuk mengatasi depresi beliau, pada akhirnya beliau memilih untuk menulis sebagai media katarsisnya. Buku itu memuat perjalanan beliau dengan Ibu Ainun dan juga sukses difilmnya. Dari situ kita bisa lihat dengan nyata betapa besar manfaat menulis sebagai media katarsis kita. 

Katarsis adalah wajar bagi setiap orang. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki letupan emosi yang berbeda-beda, sehingga media katarsis setiap orangpun juga berbeda-beda. Akan berbeda sudut pandangnya dengan orang yang memilih menulis sebagai media katarsis dengan backpacker sebagai media katarsis. Seseorang yang memiliki kesukaan pada backpaker akan memiliki prespektif bahwa dengan berpergian itu bisa merefresh kembali pikiran dan segala unek-unek itu akan berguguran sepanjang perjalanan mereka, sehingga mereka beranggapan sekembalinya dari berpergian akan ada sebuah penemuan jiwa yang baru dari sebuah perjalanan dengan mengambil nilai-nilai yang di dapat dari setiap momen yang di temui dari proses perjalanan itu sendiri. Oleh karena itu, katarsis dilakukan sebagai salah satu cara pengungkapan diri seseorang untuk memperbarui diri dengan insight-insight yang baru dan membuang pikiran negatif. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)