Senin, 04 Maret 2013

Seleksi Alam

Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan isitilah satu ini, yap, seleksi alam. Seleksi alam sering kita dengar di pelajaran biologi yang mejelaskan adanya gejala alam dimana disitu mahkluk yang bisa bertahanlah yang akan bisa survive dan menjaga kelangsungan hidupnya, kalau tidak salah teroi ini dikemukakan oleh Darwin yang meenemukan istilah ini dari rusa jerapah yang awalnya berleher pendek, panjang, sedang, hingga akhirnya ada jerapah macam sekarang karena mereka mampu bertahan dengan keadaan alam yang menjadikan mereka seperti sekarang ini berleher panjang untuk menjangkau pohon yang tinggi untuk mendapatkan makanan. Kurang lebih seperti itulah teorinya. Ya, namun kalau kita cermati, seleksi alam tidak saja ada dijaman dahulu, bahkan sampai sekarang seleksi alam masih sangat lekat di kehidupan kita. Bahkan di keseharian kita, dalam berbagai hal, seleksi alam itu masih ada.

Inti dari teori seleksi alam itu sendiri adalah siapa yang mampu bertahan dialah yang bisa meneruskan kelangsungan hiudpnya sesuai dengan lingkungan sekitarnya, bahkan ada semacam eliminasi pihak-pihak yang tidak bisa menyesuaikan diri hingga harus punah. Begitu juga dalam sebuah hubungan persahabatan, entah sadar atau tidak sadar ada proses seleksi alam untuk kita menemukan mana yang bisa dikatakan "true friend". Bahkan ada kata bijak yang mengatakan "jangan menjadi sahabat bayangan", apa maksudnya ? Yah, seperti yang kita ketahui bayangan ada disaat sinar itu ada, dia akan mengikuti kemanapun sumber bayangan itu, namun jika tidak ada lagi cahaya bayangan itu menghilang. Tanpa harus dijelaskan lebih detail lagi, masing-masing dari kita pasti tahu apa makksudnya. Seperti yang kita ketahui, konflik itu ada sebenarnya untuk menguji. Lebih baik memiliki satu sahabat daripada seribu teman namun yang ada semuanya seperti bayangan. Kita tahu kita tidak bisa hidup tanpa orang lain, oleh karena itu mengapa Tuhan menghadirkan sosok sahabat ditengah-tengah kita. Kita sebagai manusia tidak selamanya benar dan tidak sepenuhnya salah. Ada kalanya kita ibarat cermin, menjadi pantulan bagi sosok lain untuk menemukan diri mereka. Bukan untuk mengurui namun untuk menemani. Ibaratnya ada lima orang mengikrarkan diri mereka bersahabat, ketika berjalannya waktu pasti akan ada konflik-konflik entah itu disengaja atu tidak yang akan menguji persahabatan mereka, dan seperti sebuah ajang kompetisi pasti akan sada pihak-pihak yang berguguran hingga nantinya teruji mana yang memang pas atau layak dipanggil sahabat. Ini yang kita temui sebagai seleksi alam di dalam sebuah hubungan kita sehari-hari dengan sahabat. Karena kita tahu yang bisa menguji seberapa kuat hubungan dan kedewasaan seseorang adalah waktu dan masalah. Ketika kita bisa melewati itu, kita tahu apa itu yang dinamakan dengan bertahan. 

Kenyataan akan berjalan sebagaimana mestinya. Karena kenyataan bukanlah sebuah angka-angka yang bisa dimanipulasi tetapi sebuah fakta yang memang tidak bisa dihindari dan dibohongi. Inilah realitas yang memang seharusnya kita hadapi. Realitas itu bersifat subjektif dan objektif. Tinggal bagimana kita memandang realita yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, mau dinikmati atau mau disesali. Hingga perubahan yang terus menerus menjadi suatu yang tidak bisa terhindarkan lagi dan ini yang menyebabkan kita semakin berkembang. Dan seperti yang kita tahu ini yang membuat kita juga tidak bisa terlepas dari seleksi alam selama proses hidup kita. Bahkan kalau dengar kata seleksi pasti kita akan familiar dengan kata kompetisi juga, disinilah ajang kita untuk membuktikan siapa kita. Karena sejatinya setiap orang memiliki jalan ceritanya masing-masing. Hingga satu orang dengan orang lainnya tidak bisa disamakan. Kalah atau menang itu adalah hal biasa dalam sebuah kompetisi. Tinggal bagaimana kita bisa menghargai setiap hasil dari sebuha permainan itu.

Setiap orang memiliki tinggat fleksibilitasnya masing-masing. Apa maksudnya ? Yap, kita dari lahir hingga sekarang ini dianugrahi kemampuan untuk menyesuaikan diri, bukan hanya binatang saja yang dalam teori biologi memiliki kemampuan adaptasi. Kita sebagai manusia memiliki daya, cipta, dan karsa begitu juga kemampuan untuk menyesuaikan lingkungan. Ketika dunia berubah secara tidak pasti kita dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan perubahan itu, bukan hanya menyesuikan. Karena dengan adaptasi kita lebih bisa menerima keadaan sebagaimana mestinya tanpa ada keinginan untuk merombak keadaan yang sudah terjadi,  namun diri kita yang diubah dengan maindset baru untuk lebih bisa survive hingga kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dari lingkungan sekitar kita. Berbeda jika kita hanya menyesuaikan, karena menyesuaikan selalu ada keinginan dalam benak kita untuk mengubah sistem atau keadaan yang memang sudah begitu adanya, sehingga tidak akan ada indikasi kesuksesan karena kita selalu berusaha mengubah apa yang terjadi sesuai dengan keinginan kita tanpa mau memperdulikan mindset kita. Yap, satu yang pasti kita harus siap dengan segala perubahan yang terjadi ketika seleksi alam itu menuntut kita untuk survive dengan kemampuan adaptasi kita. Bersikap fleksibel sehingga kita tidak terlalu trepenjara oleh kehendak kita yang kaku. Karena apa yang terjadi itu adalah sebuah proses yang memang begitu adanya dan tidak bisa kita rubah sesuai dengan kehendak kita sendiri, intinya yang bisa kita rubah adalah mindset kita untuk mampu bertahan dalam arus persaingan yang semakin ketat. Bersahabat dengan diri sendiri adalah kuncinya tanpa harus menjadi orang lain untuk diakui dunia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)