Minggu, 09 Juni 2013

Di Balik Pintu

Sore. Duduk. Termenung. Sebuah aktivitas yang jauh dari kata biasa. Meneliti setiap sudut yang mampu tertangkap kamera mata. Sesuatu yang menakjubkan. Tidak bisa berhenti meneliti setiap apa-apa saja yang terlihat. Di balik pintu. Harapan itu muncul. Dibalik pintu. Ada sebuah jalan yang terbentang. Memandang dengan syahdu alam yang seolah menginginkan untuk lebih dikenal. Bukan tentang kegaduhan, namun lebih tentang bagiamana kedamaian itu mampu terungkap. Dari sudut melihat, ada sebuah harapan yang tidak bisa diartikan secara jelas. Mereka diam dalam bahasa yang sulit untuk dimengerti. Di balik pintu. Ada sebuah keresahan yang tidak bisa dihindari. Ketakutan akan sebuah kesendirian dalam perjalanan panjang. Bukankah semua terlahir sendiri ? Hingga saatnya nanti semua juga akan pergi untuk kesendiriannya itu. Diam. Semua masih terlihat diam. Bukan tentang sebuah penantian. Namun mungkin saat ini lebih tentang kesia-siaan akan sebuah harapan.Ada hamparan memori luas yang menyimpan sejuta makna disana. Enggan untuk diungkapkan karena dunia tak lagi berpihak. Dibalik pintu ada canda yang tertahan, ada rasa yang terpendam, ada cinta yang terpatahkan. Semua hanya sebuah cerita. Cerita untuk dimanjakan dari sudut sempit pintu yang memberikan sudut pandang yang luas. Menghimpit dalam realita yang menyesakkan. Di balik pintu semua masih tersimpan. Begitu juga dengan bahasa. Di balik bahasa ada sebuah makna. Di balik asa ada sebuah kecewa. Jauh. Jauh realita itu untuk mampu kembali dirasa. Semua sudah tidak bisa lagi ter lihat dari balik pintu. Hampa. Sebuah ruang dimana disana tidak ada lagi sapa. Semua menghilang meninggalkan cerita. Di balik pintu, tekad itu muncul. Sebuah rasa yang menggebu namun berharap bukan hanya menjadi sebuah wacana. Rasa yang membawa pada pemahaman baru. Disana, ya disana meski tak terlihat dari balik pintu rasanya semua semakin jelas. Untuk apa lagi menunggu. Jalan itu ada nyata. di balik pintu semua mimpi kembali terangkai. Meninggalkan segala keterbatasan yang mencekat dalam keputusasaan. Berlari. Untuk apa hanya diam menunggu. Menunggu untuk sesuatu yang jelas tak pasti. Logika kembali mengerjakan segala sistemnya hingga hati tak lagi mampu merayunya lagi. Di balik pintu semua mulai terungkap. Di balik pintu ada dunia baru yang menunggu. Di balik pintu, semua kecewa itu akan sirna. Di balik pitu rasa itu akan mulai bersemi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)