Senin, 09 Oktober 2017

"PRIHATIN"

Prihatin. Sepertinya kata yang mudah untuk diucapkan, tetapi kita lebih sering lupa untuk bisa memaknainya. Apa sih sebenarnya prihatin itu ? Ehm, disini sekali lagi tidak bermaksud untuk memaksakan pandangan orang lain seperti apa yang menjadi definisi kita. Prihatin memiliki banyak makna. Disini berusaha untuk menjabarkan seperti apa yang terlihat disekitar saja. Prihatin mungkin diartikan sebuah sesuatu dimana kita menahan diri untuk tidak mengerutu dengan apa yang sudah ada atau bahkan belum ada pada kita. Ada hal-hal yang terkadang kita lupa kalau apa yang ada pada kita saat ini adalah sesuai dengan apa yang menjadi porsi kita saat ini. Bukan berusaha untuk membandingkan dengan kepunyaan orang lain, tapi terkadang kita lebih melihat apa yang dimiliki orang lain secara kasat mata. Lalu dibalik itu apakah kita tahu seperti apa proses pendewasaan mereka dengan apa yang ada pada mereka saat ini ? Ah terkadang kita tidak mau tau apa yang menjadi proses mereka, karena apa yang kita nilai lebih pada apa yang ada di depan mata kita. 

Saya percaya, bahwa setiap orang punya proses pendewasaannya masing-masing, mereka yang memiliki segalanya belum tentu bisa menikmatinya. Bukan berusaha untuk mengejudge, tapi itu yang lebih tampak di sekitar kita saat ini. Mereka selalu merasa kurang-kurang dan kurang, sampai mereka lupa dengan apa yang sudah ada pada mereka. Mereka terkadang terlalu silau dengan keberadaan orang lain, tanpa mempedulikan lagi yang sudah menjadi keistimewaan mereka masing-masing. Cantik, tampan, kaya, miskin, pandai, berbakat, dan apapun itu, itu yang terkadang ajdi point penting dalam poenilaian seseorang. Lalu apakah yang ada dibalik itu semua ? Itu yang kadang terabaikan oleh kita.

Lalu bagaimana dengan prihatin itu sendiri ? Prihatin menjadi cara setiap orang untuk berproses dalam perjalanannya. Itu adalah semacam kunci bagaimana kiat berusaha untuk mengapresiasi apa yang sudah kita punya tanpa lagi-lagi membandingkan. Terlalu lelah memang jika harus membandingkan dengan orang lain, toh apa yang kita pikir itu lebih daripada kita bukan berarti seperti itu adanya. Prihatin lebih pada memaknai setiap moment yang mendewasakan untuk menempa kita menjadi pribadi yang lebih "anggun" lagi dalam menghadapi setiap cerita. Pecyalah, setiap cerita yang dibentuk untuk kita itu adalah sesuatu yang unik, tidak akan pernah sama dengan orang lain. Itu nyata bahwa kita istimewa, bukan berarti lebih jelek atau bakan lebih malang daripada yang lain. Menarik bukan ?

Prihatin itu semacam cara pendewasaan kita bahwa waktu yang diberikan kepada kita adalah sebuah media kita untuk berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari hari ke harinya. Lihat saja anak bayi, dari mereka terlahir, apakah mereka langsung bisa berlari ? Tidak. Kita tahu bahwa tidak ada proses yang akan mengkhianati hasil. Mereka terjatuh berkali-kali untuk tahu bahwa nantinya mereka bisa berlari lebih kencang dan jauh lagi tanpa harus takut sakitnya terjatuh, karena setiaknya mereka sudah pernah merasakan seperti apa rasanya terjatuh. " Jatuh" bukan berarti menghentikan langkah kita, tapi dengan "jatuh" kaki-kaki kita ditempa untuk belari lebih kuat dan jauh lagi. Untuk apa semua itu ? Untuk kita tahu bahwa akan banyak petualangan yang membawa kita pada pemahaman apa yang kita cari, apa yang kita mau dan apa yang nantinya kita dapati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)