Jumat, 03 Januari 2014

selamat-tinggal

Hei, aku ingin memberitahumu satu hal. Mungkin ini tidak berarti lagi buat kamu. Ya, aku tahu kamu tidak mau mendengarkan cerita kliseku ini ? Oh tidak apa, mungkin aku hanya ingin menyampaikan sesuatu padamu. Entah cerita ini akan kamu dengar atau tidak aku tidak peduli karena ini hanya semacam kabar. Seperti angin yang datang kadang didamba dan tidaknya, manusia sering mengabaikannya hingga dia menggunakan seluruh dayanya untuk dihiraukan baru semua orang menyadari angin itu ada. Mungkin ini sama seperti apa yang ingin aku sampaikan padamu. Aku tidak memintamu atau bahkan tidak sedikitpun memohonmu untuk menyisakan sedikit waktu untuk diam sejenak mendengarkan apa yang ingin aku sampaikan. Biar saja ini menjadi semacam pesan yang tidak tersampaikan jika nyatanya kamu sudah tidak memiliki waktu  barang sedetikpun karena aku terlampau sadar waktumu lebih berharga untuk menggenggam apa yang sekarang telah kamu miliki.

Ah rasa-rasanya baru kemarin aku melihatmu merencanakan sebuah mimpi untuk masamu yang akan datang. Tapi apa ? Oh ya, aku sudah dengar kabar bahagia itu. Awan yang sembari kemarin menyampaikan pesan bahagia darimu. Seolah langit malam yang aku pandangi kemarin mengatakan bahwa duniamu sudah berwarna. Dengan bintang-bintang yang kamu rindukan untuk kamu nikmati keindahannya setiap malamnya. Lalu siapa disampingmu itu ? Oh ya, itu dia orangnya yang selama ini kamu nantikan. Aku bahkan mungkin terlalu naif jika harus mengatakan aku-turut-bahagia jika nyatanya aku ingin menyampaikan sesuatu tentang janji kita dimasa lampau. Ah mungkin ini tidak akan mungkin berarti lagi. Mungkin orang-orang akan menatapku dengan tatapan ironis. Melihat sebuah senyuman yang seolah terlahir karena sebuah keadaan yang terlampau memaksa saraf-saraf di otot mukaku menarik menyunggingkan sebuah senyuman. Walaupun itu senyuman palsu. Pasti kamu tahu senyumanku ini hanya untuk menyenangkanmu. Tidak, mungkin aku harus melatih senyumku untuk terlihat lebih tulus lagi hingga kamu percaya bahwa aku kini baik-baik saja. Memang. Seperti itu yang aku ingin sampaikan padamu.

Kemarin aku menyusuri lagi jalanan itu yang seolah membangkitkan ingatanku yang ingin aku luruhkan dalam setiap waktuku semenjak aku melangkah pergi dari hidupmu. Langit yang seolah menjadi saksiku menjadi trenyuh melihatku seolah kembali menyapa ribuan daun yang mengiringi langkahku kembali ke tempat dimana disana aku datang untuk memungut sisa-sisa memori yang tertinggal. Yah, waktu memang mampu mengubah segalanya. Dan orang banyak tahu akan hal itu. Setiap sudut tempat itu seolah menertawakanku. Mereka menyambut kedatanganku dengan sindirian bahwa kini aku datang hanya sendiri. Dan itu tanpamu. Mana senyummu yang dulu ? Yah, ilalang-ilalang itu meneriakkan lagi namamu. mereka memutar kembali ingatanku akan masa dimana aku menemukan diriku di pelupuk matamu. Namun apa, kini di pelupuk matamu bukan lagi ada bayanganku namun ada sosok lain yang lebih nyata. Sosoknya lebih dekat dan mampu merengkuhmu lebih damai lagi, namun tangan itu bukan lagi tanganku yang mampu meghapus peluhmu. Lupakan saja. Masih terlampau ingat akan kata yang kamu teriakkan di telingaku. Tapi kini aku seolah menantang diriku sendiri untuk datang menantang ingatan yang ingin aku lupakan. Aku ingin membiarkan segalanya pergi dengan indah. Bukan tentang kenangan yang membuat takut ketika film-film kehidupan itu berputar kembali. Masa itu adalah bagian dari hidupku. Masa itu mempertemukan aku ke hadapanmu. Hingga masa itu pula yang membuat aku sadar bahwa aku terjebak dalam keinginan sesaat. 

Kamu pasti akan akan mengataiku sosok yang sok tangguh. Lantas apa salahku jika memang aku ingin terlihat baik-baik saja dihadapnmu ? Aku memang bukan manusia sempurna yang mampu menjadi apapun yang banyak orang inginkan. Ini aku dengan segala caraku untuk menemukan keutuhanku. Dan mungkin inilah caraku untuk melihatku berjalan memunggunggiku dengan sosok di sampingmu yang menjagamu. Tidak. Aku tidak akan pernah takut untuk selalu mengenangmu. Bahkan tempat ini seolah masih menggambarkan bahwa kamu masih begitu nyata dihadapanku. Ah bahkan aku rasanya hampir muak melihat segala keangkuhan bayanganmu. Keangkuhanku untuk terus mengingatmu itu hanya akan semakin membuatku mengerti bahwa aku harus meninggalkan semuanya. Bukan karena menyerah dan ingin melupakan, namun aku ingin melihat cahaya yang berbeda di malam kelam yang aku temui esok. Biar saja dinding-dinding dingin dan kaku itu selalu menjadi saksi bahwa aku dan kamu pernah menikmati malam yang sama di tempat yang sama. Hingga nanti kamu menemukan duniamu yang baru aku juga mampu melihatmu dengan dia yang seolah mampu menyempurnakan hidupmu walaupun itu bukan aku. Aku tidak ingin lagi terlalu berlama-lama meratapi apa yang memang tidak pernah bisa aku miliki. Bukankah lebih baik begini walaupun bagaimana bisa aku merasa kehilangan bahkan aku tidak pernah memilikinya ? Sudahi semua ini. Sungguh aku tidak ingin lagi menanti jika yang aku nanti tak sanggup lagi memberi. Bahkan waktu yang selalu aku minta tak lagi buatmu mengerti jika itu hanyalah setapak yang pantas ditinggalkan di belakang sana. Yah, aku mampu melihatmu dari caraku memahamimu meski dimensi kita berbeda. Bahagiamu akan selalu aku lihat dari tempatku mengamatimu, meski disampingmu bukan lagi aku. Aku tidak pandai mengucap kata-kata yang indah hingga membuatmu terpukau dan berpikir ulang untuk bertahan dan menanyakan semuanya untuk berulang. Bahkan aku tidak ahli dalam bersandiwara menjadi pemain yang handal untuk membuatmu tahu bahwa aku baik-baik saja. Tidak ada kata yang pantas lagi untuk membuatmu tahu bahwa aku hanya ingin mengucapkan selamat-tinggal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)