Minggu, 21 Oktober 2012

Ourtrip, BROMO !!!


Berawal dari sebuah keinginan dan pada akhirnya ada sebuah jalan yang membawa mimpi itu menjadi sebuah kenyataan. BROMO. Dari dulu hanya melihat dari layar kaca dan mendengar dari banyak teman yang sudah berhasil pergi kesana, atau bahkan sempat dibuat mupeng ketika harus membuka blog orang-orang yang dengan bangganya memposting tentang BROMO dan foto-foto bahkan cerita yang mengiringi perjalanan mereka. Dan memang benar ada pepatah yang mengatakan, dimana ada keinginan disitu akan ada jalan yang di mudahkan. Ini adalah sebuah perjalanan yang terencana dengan singkat namun begitu mengesankan.

Berawal dari sebuah ide asal dan pada akhirnya menjadi sebuah rencana yang bisa merekrut orang-orang yang juga memiliki mimpi dan keinginan yang sama. Oke, dimulai dengan perjalanan dari Jogja dengan naik Prameks ke Solo. Dari Jogja naik prameks yang terakhri tujuan solo pukul 19.00. Dari jogja kita berlima. Dan disitu dimulailah kekonyolan demi kekonyolan yang tidak sengaja. Sesampainya di solo, sungguh wao ketika setiap jalan dimudahkan. Karena diluar perkiraan, di Solo dijemput oleh ayah salah satu teman kita. Dan transitlah kita di rumah salah satu teman kita itu. Karena kereta yang nantinya kami naiki berangkat jam 00.48 dan itu dari stasiun Jebres. Jadi mau tidak mau kita transit di rumah teman kita itu. Dan waonya lagi, disitu karena dari kami belum pada makan dan perutpun keroncongan, kita diberi makan malam. Lagi-lagi ini diluar ekspektasi kita.

Setelah transit, pukul setengah 12 kita berangkat ke stasiun Jebres dan sebelumnya kita menjemput dua personil kita. Akhirnya kita ada tujuh personil dan dengan bangganya kita memberi nama kelompok bermain kita EKSCER. Apa itu EKSCER ? Yaitu ekspedisi ceria. Niatnya dari nama itu apapun yang nanti kita hadapi dijalan dan di lapangan kita tetap ceria. Dan nama itu akhirnya manjur juga. Dan waktupun menunjukkan pukul 00.48 kereta Matarmaja akhirnya datang juga. Kesan pertama saat memasuki kereta itu, JLEGER ! Antara percaya dan tidak percaya, ya taulah bagaimana keadaan kereta ekonominya Indonesia. Begitulah, dengan banyak orang yang tidur disepanjang gerbong dengan beralaskan koran dan serba tidak mengenakkan ketika pertama kali masuk. Bau yang campur aduk, tapi yasudahlah niatnya emang backpackeran, apapun keadaannya harus tetap dihadapi. Beruntungnya lagi kita bertujuh bisa duduk berdekatan dan tidak terpisah walaupun ada tragedi mas boxser yang dnegan tenang dan nyantainya tidur tanpa peduli kalau didepannya ada tida cewek yang duduk berhadapan dengan bangkunya. Ah masa bodoh dengan mas boxser, sampai di tujuanpun akhirnya masnya baru bangun dan tersadar kalau disekelilingnya kita tujuh cewek. Beuh.

Oya, dan entah apa rencana Tuhan, perjalanan pertama kita ini tepat tanggal 15 September. Dan yang mengesankan lagi, baru pertama kali saya meniup api langsung dari korek sambil diiringi lagu happy birthday dan itu tengah malem di stasiun. Dan harus bilang wao untuk sesuatu yang berbeda dan menjadi pertanda memasuki gerbang angka 20. Thanks God.

Dan perjalanan menuju Malangpun di mulai. Di kereta tidak ada suara lagi, karena kita memang menghemat tenaga untuk besok membolang di Malang dan memang tempatnya tidak mendukung untuk bercengkerama lebih lagi. Pim pim pim. Suara kereta mengiringi perjalanan kita kurang lebih 7 jam. Dan setelah bergelut dengan kebosanan di kereta akhirnya kita sampai juga di stasiun Malang kota pukul 8 kurang.
Welcome Malang ! Tanpa menunggu lama lagi kita langsung memutuskan untuk mencari informasi untuk tiket pulang. Dan setelah bertanya sana sini dan menunggu lumayanlah lama dan sempet dijudesin mbak penunggu loketnya akhirnya kita baru sadar ternyata tiket kereta ekonomi tujuan Jogja untuk hari Minggunya sudah habis terjual sampai tanggal 20. Daaan, Jleger lagi. Sambil berembung untuk kepulangan kami esoknya, kami sempet sarapan dengan perbekalan seadanya kita dan tidak hanya itu saya sempatlah ngecharge walaupun hanya satu strip dan pas juga hp lagi rame-ramenya. Ceile. Finally, kita memutuskan untuk pergi ke terminal mencari tiket bus untuk kepulangan kita. Dan pasnya lagi waktu nunggu di stasiun kita sempat ngobrol dengan bapak-bapak yang memberi tahu tentang terminal Arjosari dan transport kesana. Naik angkotlah kita. Bener-bener angkot di Malang itu pada fleksibel, tahu kalau kita rombongan langsung cus aja di angkut tanpa menunggu lama lagi. Eits, mau di bohongin ni kita soal tarif. Karena kita udah tahu dulu kalau bayarnya hanya 3000 akhirnya tidak jadi kita dibohongin untuk membayar 5000.

Terminal Arjosari. Cukup lama kita ada di terminal. Tanya sana sini dan akhirnya tiket pulangpun sudah ditangan yaitu bus Rosalia Indah. Bersyukurlah, agak mewah. Uuups. Dan kiat merombak rencana awal kita yang awalnya ingin muter-muter dulu di Malang. Tapi ternyata waktu dan kondisi tidak memungkinkan karena sudah siang juga dan usut punya usut akses menuju Bromo itu jauh kalau dari malang. Setelah berpikir dan berunding cukup lama akhirnya kita memutuskan untuk mencarter mobil. Karena jika dipikir akses menuju Bromo kalau ke Purbolingga dulu harus ditempuh 2 jam perjalanan dan habis itu harus lanjut naik kendaraan yang membawa kita ke terminal Bromonya. Dan setelah membandingkan harga dan tawar menawar mati-matian akhirnya kita menyewa mobil ya keadaannya memang seadanya. Sebelumnya kita mencari sarapan sekaligus makan siang untuk menganjal perut kita yang sudah keroncongan. Dan kita menemukan soto kaki lima yang dekat dengan terminal dan rasapun juga seadanya karena sebanding dengan harganya. Akhirnya sekitar pukul setengah 12 kita cus menuju Bromo.

Sepanjang perjalanan dari terminal Arjosari ke Bromo hanya keheningan yang tercipta. Karena sebelumnya sudah pada minum antimo dan langsung pada tertidur waktu mulai perjalanannya. Dan waktu itu Malang lagi cucok dengan kombinasi antara panas, macet dan ah begitulah. Tapi ditahanlah, itung-itung uji kesabaran juga.

BROMOOOOOO. WE’RE COOMING ! Akhirnya sampai juga di Bromo walaupun sempet berhenti di jalan karena mobilnya mogok dan beruntungnya bisalah sekalian foto-foto di pinggir jalan, dan pemandangannya itu tidak bisa dibantah lagi indahnya. Dan beruntungnya lagi pas mogok itu kita bertemu dengan mas-mas yang mau mengantarkan kita mencari tempat penginapan walaupun itu diajak muter-muter dengan tawar menawar yang mati-matian akhirnya dapetlah kita penginapan yang diluar perkiraan kita karena sudah terhitung bagus walaupun di atas buget kita.

Ini belum perjuangan menyewa hartop untuk mendaki ke Penajakan buat liat sunrise. Dan dalam proses pencarian persewaan itu sapai muter-muter dan memutar otak karena harus disesuaikan dengan buget awal kita, jangan sampai ini melebihi apa yang sudah dianggarkan dari awal. Akhirnya kita memutuskan untuk menyewa hartop yang di rekomendasikan mas-mas yang mengantar kita mencari penginapan walaupun kita harus nambah anggaran. Tapi yasudahlah, masak iya sudah sampai Bromo harus menyia-nyiakan kesempatan, begitu mikir kita saat itu.

Daaan, pagi haripun datang. Sekitar pukul 03.30 bapak yang entah siapa namanya lupa akhirnya menghampiri kita ke penginapan. Setelah besiap-siap. Kitapun meluncur ke Pananjakan. Daan, perjalananpun mampu menguji adrenalin siapapun yang melewati jalanan yang amat sangat bikin jantung pengen nari balet. Tenyata sampainya di Pananjakan sudah kayak pasar pagi, banyak orang-orang yang ingin melewatkan momen sunrise. Apalagi sih yang memang dicari ke Bromo kalau salah satunya bukan sinrise itu. Awalnya kami bertujuh ikut berdesak-desakan dengan puluhan atau bahkan ratusan, ah terlalu berlebihan. Tapi yang pasti spotnya udah pada dibooking orang-orang yang ingin mengabadikan kedatangan sang Fajar dengan kamera mereka masing-masing. Awalnya memang kita berada dibagian belakang, Tuhan memang sangat berbaik hati pada kita saat itu. Akhirnya tepat matahari muncul, kami bertujuh sudah berada di barisan depan langusng menghadap ke matahari yang mulai menampakkan sinarnya. Wuuuiiiih. Puji Tuhan, dan lagi-lagi harus dan wajib bilang WOW !

Oya, seperti pesan bapak hartopnya kalau sudah selesai liat sunrisenya mending langusng kembali ke parkiran hartop untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Karena jalan turunnya akan macet, dan kalau macet itu bisa satu jaman sampai ke savana dan ke kawah Bromonya. Akhirnya kitapun langusng cus dan sampainya dijalan sempat berhenti sebentar buat foto yang viewnya sungguh indah buanget pake nget lagi. Hahaha.

Dan sampailah kita ke savana dan kawah Bromonya. Sungguh ini harus dan wajib lagi bilang WOW. Pemandangannya seperti sebuah lukisan yang mungkin kalau dijual muahal pake banget. Tapi itu nyata dan bener-bener dihadapan kita saat itu juga. Ini sungguh momen yang luarbiasa. Akhirnya kita berhenti dan foto-foto sambil menikmati pemandangan sepuasnya.

Kawah Bromo. Mungkin di tempat ini yang menjadikan perjalanan kita sangat seru dan mengesankan. Gimana nggak seru dan mengesankan, pas pengen naik ke kawah Bromonya sudha diuji harus melewati padang pasir yang serasa di Gurun Sahara. Abis itu belum debunya yang luarbiasa tebelnya, pasir pula. Belum lagi harus berlomba dnegan kuda-kuda yang emmbawa turis-turis ke atas yang memang nggak mau jalan sammpai tangga kawahnya. Dan yang palings serunya lagi, saat itu juga entah ada angin apa kita diserang badai pasir yang mungkin baru pertama kali itu benar-benar merasakan gimana rasanya diterjang badai pasir. Tapi jangan dianggap enteng untuk sampai ke kawah Bromonya, pas ditengah jalan mau ke tangganya saja kami sudha sempat berkali-kali terhenti dan berpikir mau dilanjutin apa nggak. Akhirnya atas dasar pikiran karena sayang udah sampai di sana, akhirnya kita perlahan-lahan tapi pasti melanjutkan sampai puncaknya. Tapi kami terpisah rute. Aku dan mbak novia melewati jalan diluat tangga suapa bisa cepat sampai di puncak, karena yang lewat tangga macet dan belum lagi anak tangganya yang tidka terlihat karena tertutup oleh pasir. Dengan perjuangan yang wah dan sampai titik darah penghabisan, wiiuuh, akhirnya saya dan mbak novia sampai juga di puncaknya. Tapiiiii... ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Kawahnyapun sama sekali tidak terlihat karena tertutup oleh debu. Parahnya lagi, diantara kami berdua tidak ada yang bawa minum. Eh zonknya lagi mau ngambil gambar pake kamera ternyata kameranya kemasukan debu karena dalam perjalanan menuju puncak nggak aku masukin ke tas tapi aku pegang ditangan. Tanpa berpikir panjang lagi, akhirnya saya dan mbak novia segera turun untuk memberi tahu yang lain supaya tidak melanjutkan perjalanan karena akan percuma kalau sudah capek-capek sampai diatas tapi sesampainya diatas tidak bisa melihat apa-apa. Fiuuuh. Sungguh luar biasa pengalamanya di ‘”padang pasir” itu dengan terjangan badai pasir belum lagi bentuk kita sudah seperti patung yang diarsir dengan pasir. Hahaha.

Selanjutnya yaitu pasir berbisik. Kenapa dinamakan dengan pasir berbisik ? Katanya dulu ada film yang dibuat disitu kalau nggak salah pemainnya Cristine Hakim dimana judul filmnya itu ya pasir berbisik. Jadinya tempat itu lebih dikenal dengan pasir berbisik. Tapi imajinasi kita masing-masing membawa pada tempat di luar negeri yang biasa buat tempat kejar-kejaran para penjahat dan semacamnya. Dasar imajinasi yang nggak tahu rambu bawaannya imajinasi kalau kita lagi diluar negeri saja. Padahal kita masih di Bromo. Hahaha.

Singkat cerita, setelah itu kita balik ke penginapan untuk segera packing. Saat yang lain packing dan bersih-bersih badan, yang lain makan nasi bungkus yang kita beli di warung dekat penginapan. Dan, akhirnya kitapun cus balik ke Malang. Byeeee, Bromo. See you soon.

Belum selesai ni cerita kita sesampainya di terminal Arjosari. Seperti yang direncanakan sebelumnya, karena bus yang akan membawa kita balik ke Yogyakarta masih jam 19.00. Dan saat itu masih pukul 13.00 jadinya kita nanya-nanya tempat yang bisa kita singgahi setidaknya untuk menghabiskan waktu dan membeli oleh-oleh. Karena tanya sana sini dan ternyata tempat wisata di Malang itu terpusat di Batu akhirnya kita memutuskan hanya membeli oleh-oleh yang bisa dijangkau dengan angkot dari terminal. Yasudah, oleh-oleh sudah ditangan. Dan sudah bingung mau kemana lagi. Eh pas di Malang ni, tiba-tiba pengen makan bakwan kawi malang yang biasa terkenal di Jogja. Tapi kenyataannya di Malang aja nggak ada tu yang namnaya bakwan Malang, adanya bakso biasa. Setela muter-muter nanya sana sini dan nyari-nyari akhirnya kita tanpa punya rasa malu makan bakso di terminal dan ngesot dijalanan serasa jalanan milik kita bertujuh. Hahaha.
Finally, jampun sudha menunjukkan jam 18.00 Sebagian dari kita sholat dna yang lain menunggu di agen tiket Bus Rosalia Indahnya. Setelah semuanya lengkap, kitapun memutuskan untuk menuju bus. Dan ini lebih dari manusiawi daripada bayangkan kita sebelumnya. Bus yang bisa dikatanya supernyaman dan kaki bisa selonjor pastinya. Tepat pukul 19.00 bus Rosalia Indahpun membawa kami kembali ke Jogja. Byeeeee Malang !

Dua personil kita turun di stasiun Tirtonadi, dan sisanya turun di Janti. Perjuangan belum berakhir ni, karena motor kita dititipin di stasiun Lempuyangan. Mau nggak mau kita naik taksi sampai Lempuyangan. Lalu telepon bapak yang punya penitipan motor, karena kami sampai di Janti pukul 03.30. Tidak berpikir panjang lagi, kita langsung kembali ke kos. Akhirnya, welcome Jogjaaaa ! Walaupun abis itu saya masuk kuliah jam 07.30 tak apalah. Walaupun begitu perjalanan singkat kita terbayar sudah. Thannks God, thanks EKSCER, thank BROMO, thanks Malang. Finally back to reality :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)