Sabtu, 21 Desember 2013

RIVAL

Dalam diam bukan berarti tidak banyak yang bisa dilakukan. Lihat saja, dinding-dinding dingin dan beku itu seolah menertawakan kekosongan yang telah lama menghampa bahkan mungkin lama tak tersinggahi. Lihat saja, kesombongannya seolah menertawakan kesendirian yang hanya akan mengerogoti waktu yang tak segera menjauh. Lalu apa yang diinginkan dari senyum kecut itu ? Hei senyum-senyum sinis, masih dengan angkuhkah kamu akan selalu dengan caramu yang masih saja sama dari waktu ke waktu ? Tidakkah kamu lelah dengan kesombongamu itu ? Tidak. Ini bukan tentang sebuah belas kasian. Bahkan mungkin tidak membutuhkan semua itu. Karena ada hal yang masih bisa dipercaya, karena ini akan berlalu. Ah, tidak ada gunanya memang kalau nyatanya hanya saling menertawakan keadaan yang engan berganti warna ini. Mungkin posisi ini tidak selamanya menjadikan kita sebagai seorang musuh. Ah, tapi nyatanya kamu masih saja tetap menertawakan kesendirianku. Tidak, aku tegaskan lagi. Aku tidak butuh belas kasian darimu. Karena yang aku tahu hanya kesombonganmu yang seolah tidak menyadari bagaimana keadaan dirimu sendiri.

Oke. Kalau ini maumu. Mau sampai kapan kita akan saling menyebut sebagai rival ? Rival dalam kegelapan, rival dalam kekosongan, rival dalam kesendirian atau bahkan rival dalam kesepian ? Bukannya kamu akan lebih menertawakan keironisan kata-kataku ini ? Tidak, harus berapa puluh kali lagi aku menyatakan padamu bahwa aku tidak butuh belas kasianmu. Lalu bagaimana dengan tawaranku, mungkin kita bisa saling memahami keadaan kita masing-masing. Bukankah kamu selalu dan selamanya akan menjadi sosok diam, dingin dan tetap kekeuh dengan keadaanmu saat ini ? Jika kamu tahu, aku tidak akan menganggapmu sebagai musuhku. Aku ingin bersahabat denganmu. Tapi ternyata balasanmu masih saja tetap sama. Bahkan pandanganmu nampak sinis melihatku, ehm mungkin lebih tepatnya lagi kamu mengangapku nampak sendu memintamu untuk menemaniku. Lalu selain kamu kemana lagi aku mampu bersembunyi dibalik keriuhan di luar sana ? Bukankah di luar sana akan nampak lebih sombong dari apa yang ada dalam diam disini ?

Ayolah. Aku bukan menantangmu untuk saling berbentur ego dalam kesendirian. Coba saja, kita mungkin bisa saling mengisi. Meski aku tahu dan sadar, kamu akan tetap dalam posisimu saat ini. Hahaha. Yah, kamu pasti akan tertawa seperti apa yang baru saja aku lakukan. Aku memang bisa saja meninggalkanmu dan memamerkan padamu keramaian diluar sana yang bisa aku dapat ? Tapi selama ini apa buktinya ? Ada sisi lain yang memintaku untuk tetap bersembunyi di balikmu. Walau aku tahu kehangatan yang kamu beri mungkin berbeda dari apa yang aku cari. Namun disini satu-satunya tempat yang memberi aku ruang dan waktu berbincang dengan sisi lain dari diriku yang seolah aku anggap baik-baik saja. Tapi apa nyatanya ? Dia meronta, memintaku untuk diperhatiakan, lantas dia memintaku untuk tetap berjuang. Kamu pasti penasaran sebenarnya apa yang aku cari ? Sudah tidak perlu kamu melontarkan pertanyaanmu itu. Sini biar aku beritahu. Yang aku ingin adalah sebuah pencapaian. Bukan berada ditengah keramaian jika nyatanya ada jiwa kita yang kosong, namun pencapaian bahwa waktu yang aku lalui telah terlewati dan nyatanya aku bisa. Namun sepertinya itu masih terlampau jauh dari pandangan. Anggap saja ini prosesku menuju tempat itu.

Hei kamu dinding-dinding dingin, kaku dan nampak egois. Sudah abaikan saja semua yang ada saat ini. Anggap saja kita ada untuk saling bersimbiosis memainkan peran kita masing-masing. Aku berlindung dibalik bahumu dan kamu akan tetap saja sama dengan posisimu sata ini. Yang seolah mengejekku karena apa yang aku lakukan saat ini. Aku anggap kita rival, rival yang akan saling membuktikan siapa yang akan lebih bisa bertahan. Aku bukan takut, namun aku tahu aku hanya membutuhkan satu tempat untukku mengerti apa yang saat ini aku jalani adalah jalanku menuju pencapaian yang tadi aku ceritakan. Masih butuh kata-kata yang seperti apa lagi ? Ah aku tidak mau terlalu banyak berujar padamu. Bukan takut membuang terlalu banyak waktu, tapi mungkin ini hanya akan semakin menujukkan sisi lainku untuk kamu ketauhi sebagai titik kelemahanku buat kamu kalahkan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)