Senin, 19 Juli 2021

To You

Memulai kembali apa yang sempat tertunda itu memang membutuhkan sesuatu penyemangat yang besar. Tidak serta merta, aku akan mulai, lalu segala sesuatunya menjadi lancar kembali seperti sedia kala. Rasa-rasanya seperti seorang yang acuh, selama ini membendung arus yang seharusnya mengalir untuk menemukan muaranya. Maaf, bukan bermaksud untuk mengabaikan. Tapi kadang terlalu dibuai oleh kesibukan yang ternyata bukan itu yang dicari. Bukan yang dimau. Bukan itu yang ternyata didapat. Lalu kemana saja selama ini ? Hanya disimpan dan bahkan dipendam, ingga akhirnya seperti sebuah bom waktu yang ingin diuraikan kembali menjadi sebuah barisan kata-kata yang apapun itu akhirnya tersusun dengan sendirinya.

Tidak menarik memang. Bahkan jauh dari kata pujian. Tapi kadang ini yang diperlukan. Untuk menemukan sebuah keselasan, ternyata membutuhkan wkatu untuk kita memberikan jeda pada diri kita sendiri. Dari kehirukpikukan keinginan duniawi yang terkadang hanya memberikan janji palsu. Seolah akan membawamu terbang tinggi, namun ternyata akhirnya bukan kamu yang akan dijadikannya pilot untuk pesawat itu. Sadar diri, ya lebih tepatnya belajar untuk menerima. Menerima sesuatu yang ternyata bukan atas kendali diri kita. Apa yang terjadi itu bukanlah segalanya atas mau kita, tapi setidaknya kita masih bisa mengupayakan apa yang menjadi strategi kita untuk menjadikannya menyenangkan untuk dijalani.

Ikhlas, ketika kamu memeluk dirimu sendiri untuk meyakinkan apa yang terjadi itu adalah skenario terbaik yang memang sudah dituliskan untuk kita. Menerima dan memberi ruang untuk bernafas terhadap apa yang ada didepan mata. Meminta walaupun ternyata bukan untuk kita. Berusaha walau ternyata itu bukan kesempatan untuk kita. Ikhlas, kata yang selalu menjadi afirmasi untuk segara sesuatu yang memang tidak mudah untuk kita terima. Ikhlas. Menjadi kata penguat bahwa segala sesuatunya nantiny akan menjadi indah padaa wktunya. Melepas. Kecewa, marah, iri dan benci yang ternyata itu hanya menjadi toxic untuk kita. Melupakan walaupun itu bukan cara yang baik untuk memaafkan. Merekalan. Mungkin itu yang lebih elok untuk kita sematkan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)