FAKE. Istilah ini mungkin tidak asing lagi bagi kebanyakkan orang. Karena istilah ini sebenarnya sangat lekat dengan kehidupan kita. Seperti dua sisi mata uang. Ada yang asli dan ada yang palsu. Ada kejujuran ada kebohongan. Seperti dua sisi yang saling menyatu dan tidak bisa terpisahkan. Ibaratnya ada orang baik pasti ada orang jahat. Tidak akan ada istilah orang baik jika tidak ada pembanding dimana pembanding itu pasti terlihat jauh berbeda dan lebih jahat dari yang baik. Itulah mengapa orang baik dikatakan baik karena ada orang jahat. Begitu juga mengada ada FAKE karena ada yang REAL.
Sadar tidak sadar kita semua sebagai mahkluk yang jauh dari sempurna ini memiliki kedua sisi itu. Entah itu lebih dominan mana namun apa itu yang dinamakan dengan fake tidak akan jauh-jauh dari kita. Kata orang tidak ada salahnya berbodong demi sebuah kebaikan. Ini yang kadang salah ditafsirkan oleh kebanyakan dari kita. Apa itu yang dinamakan dengan kebohongan selamanya akan tetap menjadi kebohongan walaupun dialibikan dengan apapun karena kebohongan itu yang menjadi sebuah pembuka bagi kebohongan-kebohongan lain. Singkat katanya, sekalinya bohong selanjutnya akan tetap bohong. Walaupun manusia memiliki daya lenting dimana kita seperti gelombang yang ada pasang dan surutnya. Namun semua itu akan tetap bisa terkontrol jika kita mau mengenali diri kita sendiri.
Kebanyakan kita kadang mengabaikan satu hal ini. Betapa pentingnya kita untuk mengetahui titik lemah dan titik lebih kita. Untuk apa ? Yah, karena kita selalu bersama dengan diri kita. Banyak kasus yang memperlihatkan betapa tidak mengenalnya kita dengan diri kita sendiri. Bahakan, apa yang kita rasakan, apa yang kita mau, dan apa yang akan kita lakukan sampai kehilangan arah karena terlalu acuhnya kita dengan diri kita sendiri. Kita terlalu memfokuskan diri kita dengan dunia luar kita. Bagaimana lingkungan kita, dengan siapa kita bersahabat, bagaimana kita memperluas koneksi. Tidak ada salahnya kita terlalu memfokuskan dengan apa yang ada di luar kita. Namun dengan begitu kadang diri pribadi kita terabaikan begitu saja, dan nanti pada akhirnya kita akan bertemu dengan fake. Bagian lain dari diri kita.
Kita ingin melakukan A namun yang terjadi malah B. Itu sudah hal wajar yang biasanya kita alami. Namun bagaimana dengan sisi lain dari diri kita ? Kita seolah memakai topeng. Topeng yang sewaktu-waktu siap untuk kita pentaskan di kehidupan nyata kita. Tergantung bagaimana situasi dan kondisinya. Itulah kita manusia yang terlihat lebih dari mahkluk ciptaan Tuhan lainnya. Kita dikaruniai akal. pikiran, dan rasa untuk mengondisikan segala yang ada di dunia ini untuk membuat kita survive. Survive dengan segala keadaan, entah itu menyenangkan, menyedihkan, mengharukan, atau bahkan membingungkan. Karena inilah kehidupan yang sesungguhnya. Apa pernah kita bisa menuntut ? Tidak akan pernah ada daya kita untuk menjadikan semuanya seperti apa yang kita mau, karena "manungsa mung sederma nglakoni".
Kembali lagi ke hakikat kita sebagai manusia yang dibekali dengan cipta, rasa dan karsa. Dengan begitu kadang dengan mudahnya kita memanipulasi keadaan menjadi seperti yang kita ingini. Begitulah kenyatannya. Seperti sebuah permainan yang penuh dengan tips and trick. Ah entahlah, mungkin tidak akan ada habisnya jika hanya ingin menceritakan apa yang kenyatannya terjadi saat ini.
.jpg)
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thankyou for reading :)